Udah tau mati itu pasti, tapi kenapa lebih suka ingat hari lahir daripada hari akhir?—miniondajjal.
--------
HAPPY READING
🐾🐾🐾
Fajri memarkirkan motornya di halaman depan rumah. Sudah pukul dua siang hari, yang artinya kegiatan belajarnya sudah selesai, dan dia baru pulang dari rumah sakit. Sedangkan Lyodra masih berada di sana, mengurus semua tentang Dhika selama dirawat.Fajri berjalan menuju pintu dengan lunglai. Namun, langkahnya harus terhenti tak kala Gilang sudah berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan bersilang di depan dada. Mirip dengan ibu kos yang menagih uang bulanan.
"Dari mana aja lu? ditanya bukannya jawab, malah langsung ngacir!" sembur Gilang dengan aura yang tidak enak. Wajahnya masam dengan kening berkerut tipis.
"Gue gak bolos semata-mata, kok. Gue punya alasannya. Udah, ah, minggir!" Fajri mencoba menyingkirkan tubuh Gilang, tapi laki-laki itu enggan berpindah.
Gilang mengangkat dagunya, terkesan menantang. "Apa alasan lo?"
Fajri berdecak sebal, ia menyerobot masuk lagi, tapi gilang menghalanginya, lagi. "Lang, gue mau masuk!" sentak Fajri kelepasan.
Farhan dan Shandy yang berada di ruang tamu segera muncul setelah mendengar keributan, lalu berdiri diantar Gilang dan Fajri yang sama-sama hilang mood.
"Paan, sih, berisik-berisik? Depan pintu lagi!" tanya Shandy sedikit tidak santai.
Fajri menunjuk Gilang dengan dagunya, tatapannya masih dingin dan tidak bersahabat. Begitupun dengan yang ditunjuk.
"Adek lo, noh, bolos belajar, gurunya pada nyari!" serobot Gilang.
"Udah gue bilang, gue bolos gak semata-mata!" sungut Fajri tidak ingin disalahkan. Tidak terima dengan tuduhan tersebut.
Farhan terdengar menghela napas berat. "Coba omongin baik-baik, gue yakin Aji beneran punya alasan dan Gilang cuma khawatir sama Aji."
"Lu abis dari mana emang, Ji?" tanya Shandy mencoba menengahi.
Fajri berdecak, kemudian mengacak rambutnya kesal hingga berantakan. "Sorry gue gak bilang kalian. Tadi pagi gue dikabarin tantenya Lyodra, Dhika operasi. Makannya gue langsung panik."
"Innalilahi.." spontan mereka dengan serempak.
"Serius, Ji?" tanya Shandy memastikan.
"Gue gak lagi main-main!" balas Fajri dengan ketus.
"Operasinya lancar?" tanya Gilang ikut penasaran. Ada sedikit rasa bersalah sudah memarahi Fajri tanpa mendengar alasannya lebih dulu, tapi ia juga tidak bersalah, ia hanya khawatir.
Fajri menggeleng pelan. "nggak, operasinya gagal. Dhika pulang ke peristirahatan terakhir."
"Innalilahi wa innailaihi raji'un." ucap mereka dengan serempak.
"Udah dikebumikan?" tanya Shandy.
Fajri menggelengkan kepalanya. "Nanti sore."
Farhan mengangguk kecil. "Masih ada waktu buat kita jenguk Fenly, setelah itu ke makam Dhika. Kalian siap-siap!"
Mereka mengangguk dengan kompak. "Jemput Fenly-nya semuanya? Kenapa gak sebagian aja? Jemput orang kok gerombolan." lontar Gilang diakhiri kekehan.
Farhan mengangguk setuju. "Ya udah, kalo gitu biar, gue, Shandy, ma Ricky aja yang jemput Fenly."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Say Goodbye
Hayran KurguAhmad Maulana Fajri, remaja yang sukses dalam pekerjaannya di dunia musik. Berada dalam lingkaran UN1TY membawa takdirnya bertemu dengan seseorang yang menjebak hatinya. Wajah tampan meskipun terbilang datar miliknya mampu menjadikannya pujaan sekol...