43. 17.00

89 13 3
                                    

HAPPY READING


🐾🐾🐾

Sejak pertemuan terakhir-hingga hari ini Lyodra dan Fajri tidak lagi sempat menuai temu. Lyodra rasa laki-laki itu semakin disibukkan pekerjaannya. Jujur bila ia memantau akun sosial media Fajri selama ini, tidak begitu sering kok. Lebih-lebih lagi mereka akan mengeluarkan album baru. Hanya ada pesan singkat yang dibalas pada tanggal berbeda.

November mungkin akan menjadi akhir gadis itu bertempat di ibu kota Indonesia. Surat pindahnya selesai lebih cepat dan Bram berhasil menemukan sekolah baru untuknya dengan cepat.

Hujan lebat mengguyur kota tadi malam, menyisakan hawa dingin yang cukup nyaman. Lyodra melayangkan pandangan keseluruh penjuru kamarnya. Ruangan bercat biru yang menyaksikan banyak tangis, bahkan sedikit tawa. Segala persiapannya sudah selesai dibantu oleh Raina yang semalam datang tanpa diminta. Ada dua koper berukuran sedang, isinya hanya beberapa baju favorit dan barang-barang penting termasuk dua kotak berharga mereka, sisanya akan diurus nanti.

Terlalu banyak kenangan yang berkeliaran di rumah ini. Rasanya bahkan Lyodra tak rela untuk menjualnya, meskipun kepada sahabat Tantenya. Kepulangannya yang tak pasti memaksanya rela. Awalnya Zefni menawarkan untuk disewakan sementara saja, namun Lyodra menolak.

Besok sore, sebelum matahari tenggelam pada persembunyiannya Lyodra dan keluarga Tantenya akan berangkat ke bandara menuju Singapura, memulai kehidupan baru disana. Rasanya baru sebentar Lyodra mengenal Raina, Jakarta, bahkan Fajri dan UN1TY yang tak ia duga.

Helaan napas terdengar dari gadis pemilik rumah. "Dhika...." Lirihnya hampir tak bersuara. Pandangan kosong terarah pada langit-langit kamarnya. Dirinya berbaring pada kasur yang mungkin saja akan ia rindukan.

"Lu tau? Besok hari terakhir gue tinggal di sini. Rumah ini akan dijual dan gue nggak akan bisa tidur lagi di kasur kesayangan lo itu!"

Tentu saja tidak ada Dhika di sini. Lyodra hanya sedang merindukannya. Mengajaknya bercengkrama sebentar tak masalah bukan? Kehilangan orang tua dan adik yang begitu ia jaga adalah luka paling dalam.

Ponsel gadis itu bergetar disela lamunannya. Keningnya sedikit berkerut. Apa Fajri sedang luang? Sehingga sempat mengajaknya Vidio call. Lyodra segera duduk mengangkat panggilan tersebut. Sosok laki-laki kelahiran Sunda tengah memasang wajah masamnya di sana.

"Lama banget ngangkatnya!" Oceh Fajri begitu terhubung. Tentu saja membuat Lyodra terkekeh pelan.

"Jadi keliatan bocilnya," celetuknya melihat style Fajri. Kaos oblong pink ditambah bunny hat pink membuatnya tampak sedikit menggemaskan?

"Dikatain malah ngatain!"

Lagi, Lyodra terkekeh. Hanya karena sosok bernama Fajri.

"Muka lu kusam, baru bangun tidur?"

Fajri tampak menggeleng. "Gue abis joging, lagi istirahatkan kaki."

"Tumben banget nelpon. Gak ada jadwal?"

"Ada, nanti, siangan dikit."

Fajri tampak memicingkan mata, membuat Lyodra sedikit panik.

"Kenapa?" Tanya gadis itu.

Before You Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang