"Hai, Radha! Kau sudah datang? Kenapa tidak menemuiku?" seru Archana ketika melihat Radha berbincang dengan Priya.
"Kau ingin bertemu Kak Radha atau Kak Aman?" ejek Priya yang diikuti tawa kecil Radha.
"Tadi aku tidak melihatmu, Archana. Btw, kakakku mungkin sedang menyusuri rumahmu untuk mencari jalan ke halaman belakang," timpal Radha.
"Kakak, dia sudah tahu jalan menuju taman belakang rumah kami," sahut Priya. "Tinggal mencari tahu jalan menuju kamar Kak Archana," tambahnya.
"Diamlah kalian," sela Archana dengan raut wajahnya yang menunjukkan kalau dirinya sedikit terganggu. Namun, bayangan merah muda di pipinya tidak pernah bisa membodohi adik dan sahabatnya itu.
Akan ada perayaan malam tahun baru yang digelar di rumah Archana. Arvind, Lata, Nisha, dan Raj sudah berada di Mumbai sejak satu minggu terakhir. Mereka mengundang beberapa kerabat dan juga teman-teman dekat. Gemerlap lampu membuat suasana menjadi lebih hangat. Para tamu terlihat gembira, bercengkerama bersama dan menikmati beberapa hidangan. Archana mengambil segelas jus jeruk dan hendak membawanya entah ke mana, mungkin menemui teman-temannya yang lain atau berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya. Ketika membalikkan tubuhnya, ia terkejut. Aman berdiri di hadapannya dengan sedikit membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan wajah Archana.
"Hai," sapa Aman dengan senyum berlesung pipinya sembari menggerakkan kedua alisnya.
"Astaga! Kau mengejutkanku," balas Archana. Untung saja gelas yang berada di tangannya tidak tersenggol atau jatuh, bahkan tidak menumpahkan isinya ke baju mereka.
Aman tertawa pelan. "Maaf. Terima kasih atas jus jeruknya," ujarnya, mengambil alih gelas jus jeruk itu dari tangan Archana. Gadis itu hanya tergelagap tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Ya, baiklah. Sama-sama," kata Archana seraya kembali membalikkan tubuhnya untuk mengambil gelas jus jeruk lainnya. Ia meneguk isi gelas itu sedikit demi sedikit.
"Lain kali, jangan lupa berbagi padaku ya."
Perkataan Aman hampir saja membuat Archana tersedak. "Apa?" tanyanya.
"Kurasa aku tidak perlu mengulangi perkataanku," jawab Aman. "Lagipula, kau sudah memecahkan teka-tekiku, 'kan?" Aman kembali menyunggingkan senyum di bibirnya, mengingat bagaimana dirinya kebingungan sewaktu memilih bunga untuk Archana, dan begitu cepatnya wanita itu memecahkan teka-tekinya. Cerdas! Kekagumannya akan seorang Archana Kapur semakin menyeruak dalam dirinya.
"Teka-tekimu?" Archana balik bertanya. Keningnya berkerut dan matanya menatap Aman. "Oh, bunga. Ya, aku sudah tahu jawabannya."
"Lalu, jawabanmu?"
"Kupikir, kau sudah tahu jawabanku sejak awal. Jadi, tidak perlu kuberi tahu lagi, 'kan?"
Senyum Archana maupun Aman merekah disertai tawa kecil mereka. Tidak lama, Arvind dan Lata datang menghampiri keduanya.
"Aman sudah di sini juga rupanya," sapa Arvind ramah. Aman sedikit membungkuk untuk menyentuh kaki Arvind, tapi pria itu menahannya dan menggantinya dengan sebuah pelukan.
"Archana, kau tidak pernah bercerita kalau kau sudah mempunyai kekasih," kata Lata. Archana dan Aman terkejut. Mereka saling melempar pandangan dan tertawa pelan.
"Mama, Aman bukan kekasihku," sela Archana. "Oh iya, Aman, ini Lata, mamaku."
Aman menangkup tangannya untuk memberi salam setelah mengetahui itu adalah ibu kedua Archana. Lata membalasnya dengan senyuman. Mereka berbincang sejenak, hingga Raj menghampiri mereka dan mengajaknya untuk ke halaman belakang, karena hitung mundur tahun baru akan dimulai dalam lima belas menit.
"Archana, Aman mungkin bukan kekasihmu sekarang, tapi tidak ada yang tahu besok, bahkan satu detik setelah ini," ujar Arvind dengan gaya bercandanya.
"Ayah," balas Archana sedikit cemberut. Aman hanya tersenyum dan terkekeh.
"Jangan mengejek putrimu. Ayo, kita ke halaman belakang," lerai Lata sebelum ia dan Arvind pergi lebih dulu, meninggalkan Archana dan Aman yang masih ingin menghabiskan beberapa teguk terakhir jus jeruk mereka.
Berjarak dua menit, Archana dan Aman menyusul orang-orang ke halaman belakang. Perlahan, Archana menautkan jari-jari tangannya ke sela jari-jari Aman. Keduanya menoleh di saat yang bersamaan karena hal itu. Senyuman yang tidak lagi asing, lagi-lagi tercipta di bibir mereka.
"In case, kau masih ingin tahu jawabanku lebih jelas," bisik Archana.
Tiba di halaman belakang, mereka memilih untuk berdiri di paling belakang, sedikit jauh dari kerumunan orang-orang itu. Aman melingkarkan lengannya di pinggang Archana, menariknya mendekat, dan menahannya agar wanita itu tidak menjauh.
Ia berbisik, "Terima kasih," sambil menatap langit gelap yang bersih tanpa awan. Beberapa bintang yang berkelip di atas sana jelas saja tidak bisa mendengar bisikan Aman, tapi bintang yang berada di sisinya, mendengarnya dengan sangat jelas.
Archana menolehkan wajahnya, menatap wajah Aman dari sisinya. Patahan di hidungnya, garis rahangnya, hingga dagunya, seakan terpahat dengan sempurna. Merasa diperhatikan, Aman membalas tatapan Archana sambil menganggukkan kepalanya, seperti bertanya, 'Kenapa?'
Entah sihir apa yang dimiliki Archana hingga matanya juga memiliki kekuatan untuk menarik Aman ke dalamnya, ke dalam sebuah cahaya dan ketenangan. Perlahan Aman mendekatkan wajahnya ke wajah Archana. Tangannya yang melingkar di pinggang wanita itu memutar tubuhnya dan menariknya lebih dekat lagi.
"Aman," lirih Archana. Detak jantungnya begitu cepat. Tangannya mencengkeram kerah kemeja putih yang Aman kenakan. Darahnya seakan berdesir karena sentuhan napas Aman di kulit pipinya. Archana perlahan terhanyut dalam kehangatan di antara mereka dan ia sontak memejamkan matanya.
"Ssshh, tidak akan terjadi sesuatu, 'kan? Tidak akan terjadi sesuatu," kata Aman ketika berhasil menempelkan keningnya dengan kening Archana.
"Yang berlalu, sudah berlalu, 'kan...Archana?" Archana mengangguk pelan sambil menyentuhkan hidungnya ke hidung Aman.
"Aman," bisik Archana seraya memberi jarak di antara mereka. Matanya menatap mata Aman dalam-dalam. Hal yang sama selalu ia temukan di sana. Hal yang pertama kali ia lihat dalam mata Aman—dirinya dalam hidup Aman.
"Hmm?" Aman bergumam pelan. Pandangannya tidak berpaling dan tidak akan pernah berpaling dari wanita yang berdiri di hadapannya.
"Terima kasih."
Mendengar itu, Aman menggeleng. "Terima kasih sudah menerimaku kembali, Archana Kapur Singh."
Jantung Archana berdetak lebih cepat setelah ia mendengar Aman menyebutkan nama lengkapnya. Aman menarik tubuh Archana kembali mendekat dan mendekapnya erat hingga Archana dapat mendengar detak jantungnya. Alam semesta seakan mendukung momen yang terjadi di antara mereka. Beberapa letusan kembang api terdengar. Langit malam itu penuh warna-warni cahaya kembang api. Riuh suara para tamu menyerukan "selamat tahun baru" memeriahkan pesta tahun baru yang diselenggarakan oleh keluarga Archana. Sementara dua insan berinisial A, masih bersisian, saling mendekap, dan menatap langit dengan harapan hanya akan ada lembaran baru yang diisi dengan penuh ketenangan, kebahagiaan, serta cinta yang tidak lagi diragukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FATE (✔)
Fanfiction[Versi bahasa Indonesia] "Takdirku terhubung denganmu." -Tum Hi Ho Seorang wanita dengan 'hadiah spesial' tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki sepasang mata yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sejak saat itu, ada sesuatu y...