Bab 23 - Plin-plan

46 8 20
                                    

"Kakak," sapa Radha ketika ia melihat Aman menyibukkan dirinya menyirami tanaman bunga anggrek di halaman belakang rumahnya. "Memberi cinta pada bunga, tapi membiarkan milikmu pergi," lanjutnya. Aman tidak menghiraukan perkataan Radha. Ia tetap menutup mulutnya rapat sambil menumpahkan butir-butir air ke tanamannya.

"Memintaku untuk mempertemukanmu dengannya tapi kau memintanya pergi," kata Radha. Perkataannya semakin mengusik sesuatu dalam diri Aman.

"Langsung bicara intinya saja," balas Aman dingin.

"Tanpa kuberi tahu intinya, kau juga sudah mengerti 'kan."

"Aku tidak mencintai Archana," jawab Aman penuh penekanan.

Radha menarik satu sudut bibirnya. "Aku bahkan tidak menyebut namanya." Aman mematung mendengar itu.

"Anyways, dia pergi," lanjutnya.

Awalnya Aman terdiam. Ia menolehkan kepalanya hingga menatap Radha yang hanya menatap lurus bunga-bunga anggrek di hadapan mereka.

"Dia pergi?" tanya Aman dalam bisikan yang nyaris tidak terdengar. Radha mengangguk pelan.

Aman mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Selaput kristal bening terlihat mulai menutupi kedua bola matanya, tapi ia berusaha menahannya agar tidak pecah. Pandangannya kembali kepada tanaman-tanaman anggrek itu.

"Bagus," gumamnya.

Kini, Radha yang menatap Aman. "'Bagus' katamu?"

Aman mengangguk, sementara hatinya bimbang. "Apa dia benar-benar pergi? Bagaimana dengan keyakinannya terhadap—apa? Tunggu, tunggu. Kenapa aku mempertanyakan hal itu? Aku tidak mempercayainya. Uh-hm, tapi ayahnya juga pernah berkata, mungkin Archana mengetahui sesuatu yang tidak kuketahui? Apa tentang hal ini? Apa aku harus percaya?" Suara-suara Aman bertempur di dalam dirinya sendiri. Ia pikir, kepergian Archana bisa membuatnya merasa lebih baik, setidaknya untuk saat ini.

"Bagaimana kalau suatu saat dia kembali?" selidik Radha. Ia tahu, ada kemungkinan Aman tergoyahkan dengan hal ini, karena ia masih ingat betul, bagaimana sorot mata Aman terlihat begitu berbeda ketika memandang Archana.

Aman membalas tatapan Radha. Pikirannya terus berputar mencari berbagai kemungkinan jawaban untuk memperkuat dirinya dan langkah yang telah diputuskannya. Buntu. Aman hanya menggerakkan bahunya.

"Itu di luar kendaliku."

"Tapi reaksimu, ada di dalam kendalimu. Itu yang aku tanyakan."

Aman menatap Radha dalam-dalam seakan mencari tahu kepada siapa adiknya berpihak. Mengapa gadis itu terus mencecarnya dengan berbagai hal menyangkut Archana?

"Aku akan senang kalau kalian bisa saling menerima kembali," kata Radha sembari berkedip pelan setelah merasa cukup lelah beradu tatap dengan kakaknya.

Aman menghela napas berat. "Sepertinya, kau ingin sekali aku bersatu dengannya? Bagaimana kalau kami tidak diciptakan untuk satu sama lain?"

Radha memutar bola matanya dan berdeham pelan. "Tidak ada yang tahu pasti tentang itu. Tapi aku yakin, rencana Tuhan adalah yang terbaik."

"Lagi pula, sesuatu tidak akan menjadi bagus, apalagi baik, kalau kau terus menerus menyangkal kebenaran. Bukan satu kebenaran, tapi kebenaran yang lain. Kebenaran yang hanya diketahui dan dirasakan olehmu. Meski begitu, kau tahu, aku akan selalu bersamamu, apapun yang terjadi, apapun keputusan yang kau ambil dalam hidupmu, dan ke mana pun takdir Tuhan membawamu," lanjut gadis itu.

Aman mengangguk samar. Terkadang, ia merasa bahwa adiknya jauh lebih dewasa daripada dirinya sendiri. Choti Rani-nya tahu bagaimana harus bersikap dan berkata, bahkan gadis itu juga tahu bagaimana menjadi detektif terhebat dalam menyelidiki seluruh seluk beluk jiwanya.

"Lihat saja nanti," bisik Aman. "Ngomong-ngomong, jangan terus mengurusiku. Carilah seseorang untuk dirimu sendiri."

"Tidak sebelum aku memastikan seseorang yang akan menemanimu adalah orang yang pantas. Terlebih lagi, aku tidak ingin melangkahimu, kau tahu itu, Kakak."

***

Berakhir memutuskan untuk menjauhi Aman, bukan hal yang mudah bagi Archana. Namun, ia tahu tidak ada jalan untuk kembali. Ia sudah memberi tahu keputusannya kepada Radha dan Priya. Ia tidak ingin hubungannya dengan Priya merenggang seperti ancaman Priya kepadanya. Tidak ada yang ia miliki selain Priya. Meskipun begitu, pikiran dan rasa yakin terhadap apa yang ia temui ketika matanya menatap kepunyaan Aman tetap tinggal dalam dirinya. Entah bagaimana ia akan membuktikan itu, pada Aman, pada Priya, dan pada dirinya sendiri.

Akal cerdiknya tidak membiarkannya menjalani hari dengan hanya berdiam diri dan benar-benar menjauh dari Aman. Ia sesekali memeriksa keadaan Aman melalui Radha. Sahabatnya itu adalah satu-satunya akses untuk mengetahui tentang Aman, sementara Radha yang turut terlibat dengan senang hati, sesekali mengejek Archana, sebab kawannya itu sudah menyatakan untuk pergi dari hidup Aman tetapi nyatanya tidak. Menurut Radha, baru kali ini Archana terlihat plin-plan.

THE FATE (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang