Hari Minggu ini, Archana memutuskan untuk kembali ke apartemennya, karena besok masih ada kegiatan yang harus ia hadiri. Selesai menyegarkan diri, ia segera bergabung dengan Arvind, Lata, dan Nisha yang sudah menungu di ruang makan. Raj, seperti anak laki-laki pada umumnya, bemalasan di hari Minggu, tapi tidak lama setelah Archana duduk di kursinya, Raj juga ikut berkumpul bersama mereka. Archana tidak menyangka, menu sarapan yang disajikan oleh Lata pagi itu adalah vada pav, burger kentang khas India, salah satu favoritnya. Mereka menikmati sarapan sambil berbincang ringan.
"Kakak, apa tidak mau menghabiskan waktumu di sini saja? Lagi pula, tempat kegiatanmu juga di sini, 'kan," ujar Raj sambil mengunyah vada pav-nya.
"Telan dulu makananmu, baru bicara," sela Lata.
"Dia memang seperti itu, Ma," sahut Nisha. Archana dan Arvind hanya tertawa kecil.
"Andai tempat kegiatanku dekat dari sini, aku akan menghabiskan sepuluh hariku di sini, kau tahu," jawab Archana. "Kalau kau ingin berlama-lama bertemu denganku, datang saja ke India. Sekali-sekali berliburlah di tempatku. Rumahku terlalu sepi dan besar jika hanya ada aku, Priya, dan beberapa pekerja," lanjutnya.
"Benarkah? Kalau begitu, Ayah, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru di India nanti?" Nisha bersemangat. Arvind melirik Lata sekilas sebelum melirik Archana. Lata memberikan anggukan kecil.
"Apa tidak akan merepotkanmu, Sayang?" tanya Arvind.
Archana menelan sisa vada pav-nya. "Ayolah, Ayah, kita ini keluarga. Tidak ada istilah merepotkan. Datanglah, akan kuberi tahu Priya, dia juga pasti akan senang," katanya.
***
Cuaca cerah dan angin sejuk menyelimuti kota yang memiliki wilayah seluas 600,59 km2. Archana memacu mobilnya dalam kecepatan sedang, membelah jalanan kota yang tidak sepi, tapi juga tidak cukup ramai. Konsentrasinya sempat terganggu ketika Priya menghubunginya. Archana tetap melajukan mobilnya sembari berbincang singkat dengan Priya.
Perjalanan dari rumah Arvind menuju apartemen yang disewa Archana memakan waktu kurang lebih satu jam hingga satu setengah jam. Sebelum memasuki area apartemennya, Archana menyempatkan dirinya singgah ke sebuah toko roti untuk membeli beberapa roti dan kue kering. Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya ke kafe di seberang toko roti itu.
"Tolong dua latte dingin untuk di-take away," ujarnya pada sang barista.
Sementara di sudut ruang, ada seseorang yang jantungnya berdegup kencang ketika mendengar suara yang dirasa cukup familiar baginya. "Aku tahu pemilik suara ini," pikirnya. Ia menoleh ke arah kasir dan melihat Archana dalam blouse abu-abu dilengkapi ornamen pita ikat di kerahnya dan celana panjang berwarna hijau army yang menampilkan kesan sederhananya. Tidak lupa kacamata hitam yang bertengger di atas kepalanya untuk melengkapi style-nya. Selesai melakukan transaksi, Archana merapikan tasnya sejenak. Beberapa detik kemudian, menoleh tepat ke arah orang itu memperhatikan dirinya. Terdiam. Keduanya terdiam. Archana tidak yakin apa dirinya harus menyapa, mengingat kejadian di perayaan Diwali dua tahu lalu.
"Ya Tuhan, dari banyaknya orang di kota ini, aku dipertemukan dengannya lagi? Sebenarnya bukan masalah, sama sekali tidak masalah. Hanya saja, aku tidak tahu aku siap untuk ini," bisik Archana dalam lamunannya. Darah dalam tubuhnya terasa berdesir begitu cepat.
"Archana," gumamannya membuyarkan lamunan Archana.
Archana melangkah perlahan menghampirinya seraya tersenyum kaku. "Hai, uh-hm, Aman."
"Duduklah," ucap Aman, menunjuk kursi yang berada di seberang kursinya. Archana melanjutkan langkahnya dan mengangguk.
Pertemuan ini begitu di luar dugaan. Aman tahu bahwa Archana ada di San Fransisco, Radha memberitahunya. Namun, ia tidak menduga bahwa mereka akan benar-benar bertemu di kota ini. Kejadian yang sangat tidak disengaja ini begitu canggung, hingga tidak ada percakapan di antara mereka. Hanya saling melirik dan mengalihkan pandangan. Keheningan di antara mereka baru terpecah ketika seorang barista mengantarkan minuman Archana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FATE (✔)
Fiksi Penggemar[Versi bahasa Indonesia] "Takdirku terhubung denganmu." -Tum Hi Ho Seorang wanita dengan 'hadiah spesial' tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki sepasang mata yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sejak saat itu, ada sesuatu y...