•23

180 9 14
                                    

Haii!!

Jangan sampe ketinggalan vote dan komen nya! <3

••

Suara bising dari lantai bawah membuat seorang wanita membuka matanya dengan terpaksa.

Jam dinding yang berada di tembok samping kasur, menunjukan pukul 7 pagi.

"Lo gak berhak ikut campur urusan gue, bangsat!" umpat seseorang dari bawah, Mey tau siapa pemilik suara itu. Herza, suaminya.

"Dia istri Lo, bego! Lo gak sepantasnya kasar sama dia!" balas lawan nya. dan itu adalah Reyza.

"Itu hak gue! mau gue kasar mau gue apain juga gak ada larangan nya!" nada bicara keduanya semakin meninggi, Mey cepat-cepat turun dari kasur. tapi belum sempat dia membuka kenop pintu, lebih dulu Herza datang membuka pintu dengan kasar, sorot matanya tajam, nafas nya menggebu-gebu.

"Herza," cicit Mey.

"Beresin semua barang Lo sekarang!" perintah Herza dingin.

"Kamu usir aku, Za?" tanya Mey gemetar. Ia takut kalau Herza benar-benar mengusirnya, mau tinggal dimana nanti dirinya.

"Gak usah banyak tanya! ikutin perintah gue! jangan tunggu gue main kasar sama Lo!" sentak Herza.

"Beresin semua barang gue juga!" tambahnya.

Mey menurut, ia mengambil semua pakaian nya dari lemari dan memindahkannya nya ke dalam koper. Setelahnya ia memasukan peralatan pribadinya, seperti skincare, dan lainnya.

Herza, lelaki itu sibuk berkutik dengan handphone nya, entah sedang apa Mey tak tau. ia melirik sebentar ke arah suaminya setelah itu ia kembali melakukan kegiatannya.

Setelah barang milik Mey sudah selesai, tinggal barang Herza yang Mey kerjakan.

Mey menghembuskan nafasnya lega, lumayan membuat tubuh wanita hamil itu lelah, 2 koper besar sudah selesai Mey isi. tentunya tanpa bantuan suami.

"Za!" panggil Mey.

"Hm" sahut Herza yang masih duduk di sofa sejak tadi.

"Kita mau kemana?" tanya Mey dengan tenang.

"Pindah ke apart," jawab Herza tanpa mengalihkan pandangannya dari benda pipih di tangannya.

"Kenapa pindah?" tidak ada jawaban.

"Kamu ribut sama bang Rey? ada masalah?" tanya Mey kesekian kali. namun tetap tak ada jawaban.

"Herza!" panggil Mey kesal, dari tadi ia ngomong tidak ada satupun jawaban dari mulut lelaki itu.

"Bisa diem gak sih, bangsat! gak usah banyak tanya! suara Lo bikin telinga gue sakit!" maki Herza, emosinya sedang tinggi, dan wanita di depannya ini menambahkan tingkat emosinya.

"Maaf, Aku tanya kamu diem aja dari tadi," ucap Mey pelan.

Herza bangkit dari duduknya, menyimpan benda pipih itu ke dalam saku celana, "Bawa koper itu ke bawah, gue tunggu di mobil, jangan lama!" ujar Herza sebelum keluar kamar.

Dengan susah payah Mey membawa koper itu, di tambah kamar Herza yang berada di lantai 2 yang artinya harus melewati tangga untuk turun ke bawah.

Hati-hati Mey menuruni tangga, koper di kedua tangannya ia angkat dengan sekuat tenaga.

"Gue bantu!" ucap Reyza dari belakang, mengambil alih dua koper dari tangan Mey.

"K-kak Rey?"

"Turun duluan, biar gue yang bawa koper nya" titah Reyza.

TITIK AKHIR. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang