•25

168 7 0
                                    

hppy reading!

••

"Beneran gak mau gue temenin dulu sampai Herza pulang? muka Lo pucat banget," ujar Denna penuh khawatir.

"Gakpapa, Na. Gak lama Herza juga nanti pulang" jawab Mey meyakinkan.

"Yaudah, Kalo ada apa-apa telfon gue ya."

Mey mengangguk, "Gue masuk ya, Lo hati-hati," ucap Mey seraya menenteng tote bag belanjaan keluar dari mobil.

"Gue pulang, bayy!"

Mey melambaikan tangan, setelah mobil hitam itu pergi ia langsung masuk ke dalam rumah.

Langkah Mey langsung menuju kamar, pusing di kepalanya semakin terasa. Wanita berbadan dua itu langsung terlentang di kasur, sangat melelahkan tanpa terasa mata itu tertutup menuju alam mimpi.

••

"Langsung bersih-bersih terus istirahat." tutur Herza.

Sila mengangguk, ia merasa cemas sejak kejadian tadi.

"Herza, gimana?" tanya Sila

"Gimana apanya?" tanya lelaki itu balik.

"Soal tadi,"

"Jangan di pikirin biar gue yg ngurus, Lo masuk istirahat." jawaban Herza

"Iya deh, Lo hati-hati"

"Gue pulang,"

Pukul 7 malam Herza sampai di apartemen, Mata nya menangkap wanita yang sedang tertidur dengan tenang. Kejadian tadi teringat kembali lelaki itu membuang nafas berat nya.

"Cewe bodoh! penghancur hidup gue." umpat nya dalam hati.

Suara lenguhan terdengar, Mey membuka matanya menangkap Herza yang berdiri tak jauh dari ranjang.

"Herza"

Malas mendengar suara itu, Herza melengos pergi untuk mandi. Tapi suara panggilan kembali lagi terdengar, Herza mengurungkan langkah nya.

"Aku bisa ngomong sebentar sama kamu?" tanya Mey turun dari ranjang.

"Gue mau mandi" jawab Herza

"Sebentar, pliss." mohon Mey memegang tangan Herza

"5 menit." ucapnya seraya menepis tangan Mey.

"Mau sampai kapan kaya gini, Za? sesulit itu kah kamu nerima aku lagi di hidup kamu? hubungan kita bukan lagi pacaran yang bisa putus kapan aja, kamu udah ucap janji ketika ijab kabul, jadi bisa kamu fokus hanya untuk keluarga kita?" tutur Mey

"Waktunya habis, gue mau mandi"

Mey menahan tangan Herza, "Jawab aku, Za. pilih keluarga kecil kita tinggalin dia"

"Lo gak ada hak buat ngatur hidup gue."

"Tapi aku istri kamu, Za!"

"Gue gak pernah anggap itu"

Sakit? jangan di tanya.

Air mata itu kembali turun dengan bebas.

"Apa artinya pernikahan kita kemarin?"

"Gue gak pernah anggap ada pernikahan sialan itu, Semua nya terjadi karena drama yang lo mainkan!"

"Hidup gue hancur karena Lo, kalau lo gak dateng waktu itu Bunda Papah gak akan tau!" suara Herza meninggi.

"Aku lakuin itu karena bayi ini,Za. Aku gak mungkin besarin dia tanpa seorang ayah"

"Tinggal Lo gugurin bayi sialan itu, penghancur hidup gue!" sarkas Herza.

TITIK AKHIR. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang