•12

345 43 79
                                        

Happy reading:*

••

Ini sudah 3 minggu setelah kejadian yang tak seharusnya itu terjadi. Dan selama berminggu-minggu itu Mey merasakan mual dan pusing di kepala. Ia sudah minum segala obat pereda sakit kepala dan obat asam lambung. Tapi itu tidak mempan, Tidak menghilangkan sedikit pun rasa sakit nya.

"Ini aku kenapa sih, Apa masuk angin ya? minta kerikan deh sama ibu." Mey beranjak dari kasur, mengambil minyak kayu putih dan koin.

"Ibuu," panggil Mey

"Kenapa Mey, muka kamu pucat banget? kamu sakit?" Tanya Aini khawatir.

"Iya buk, ini Mey mau minta kerikan." Ujar Mey.

"Yaudah sini, Duduk di kasur." Titah Aini.

"Mey kapan mau lanjutin sekolah nya lagi? sayang loh udah kelas 12." Tanya Aini sambil terus menggesekkan koin pada punggung Mey.

"Bulan depan aja deh buk." Jawab Mey.

"Loh, ini udah tanggal 22, harus di siapkan dari sekarang."

Mey tersentak, Apa? ini tanggal 22? "I-Ini beneran tanggal 22 buk?"

"Iya, siapin dari sekarang nanti ibu bantuin."

"Hmm udah buk, Mey udah enakan." Mey memakai baju nya lalu pergi dari kamar Aini.

Dada nya berdetak kencang. Keringat dingin mulai mengucur. Mey melihat tanggal di kalender, Ternyata benar ini tanggal 22, Yang artinya...

"Aku harusnya datang bulan tanggal 12, Dan ini udah lewat 10 hari" Tubuh Mey merosot kebawah. Tubuhnya bergetar hebat.

"Gak! Gak mungkin!!! Aku gak mungkin hamil!!" Ucap Mey. Air matanya terus keluar dengan deras.

Mey lari ke kaca, Melihat perut nya yang mengembang dikit di pantulan cermin.

"Dia ada di sini?" Mey mengelus perut nya yang hampir buncit.

"A-aku g-gak mungkin hamil kan!!! Aku belum siap. Aku gak mau!!!" Mey menangis histeris, Menggigit jari nya.

Tidak, Mey tidak boleh seperti ini, ia harus memberi tau Herza. Mey tidak bisa menanggung sendiri. Ia mengusap air matanya, Merapihkan penampilan lalu pergi untuk mencari keberadaan Herza.

Mey tidak bilang ke Aini, Ia langsung bergegas cari ojek untuk segera ke rumah Herza. Air matanya tak henti-hentinya keluar.

"Bang, ojek." Ucap Mey

"Kemana neng?"

"Jalan Perbudayaan, komplek anggrek." Mey naik ke motor. Abang ojek segera melajukan motornya.

Di tengah perjalanan Mey Tidak berhenti mengusap air matanya yang terus keluar.

"Makasih ya, Bang." Ucap Mey memberikan uang ongkos pada tukang ojek.

"Sama-sama Neng."

Mey melangkahkan kakinya, Menarik nafas panjang sebelum masuk ke dalam. Ia tidak boleh menangis, Ia harus kuat.

TITIK AKHIR. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang