14. Kenzo Menangis?

1.2K 54 0
                                    

.......**.......

"Ekhem!!!"

"EH ASTAGFIRULLAHALADZIM..BANG KENZO SEJAK KAPAN ADA DI SINI??" pekik Keinan terkejut karna Kenzo yang tiba-tiba Muncul entah dari mana sambil melotot tajam ke arahnya

"berisik banget sih lo" kata Reinan sambil menggeplak kepala Keinan agak kasar

"Dari lo bilang muka badutnya serem kek muka gue" jawab Kenzo dengan Wajah datar melewati mereka bertiga menuju kamarnya

"bukan gue bang, itu si Reinan yang bilang" menunjuk Reinan yang berada di sampingnya tapi wajahnya menoleh ke arah Kenzo. lagi-lagi dia mendapat pukulan di kepalanya dari Reinan, Kenzo tak memperdulikan, dia malah melenggang pergi memasuki kamarnya.

"ITU ELO YAH ANJ-" umpatan Reinan terhenti

"berantem mulu lo pada, mending lo berdua cari cara supaya adek mau bukain pintunya" kata Leon melerai kedua anak itu

"Kita udah bujuk dia dari tadi, tapi anaknya gak keluar-keluar" ucap Keinan yang memegangi belakang kepalanya yang dirasa agak ngilu akibat ulah Reinan

"ini sebenernya ada apa sih? gak mungkin kalo cuman karna hal itu adek ngurung diri di kamar kayak gini, Rei jelasin" perintahnya pada Reinan. Reinan akhirnya menjelaskan semuanya pada Leon meskipun ada perdebatan kecil anatara ia dan Keinan

"Kenapa kalian gak bilang dari tadi? harusnya masalah kayak gini kalian langsung kasi tau abang" marahnya pada kedua adiknya itu. 

"udah berapa lama dia kayak gini?"

"sejak pulang dari taman bang"

"Astaga Keinan, kenapa gak telfon abang sih" mengusap wajahnya secara kasar. ia benar-benar di buat frustasi oleh ucapan Keinan

"Maaf bang, kita cuman gak mau buat abang khawatir"

"Tapi dengan cara kalian yang kayak gini tuh malah tambah bikin abang khawatir"

"Iya bang Maaf"

mengabaikan Keinan yang dari tadi meminta maaf, kini dirinya mulai beralih pada pintu bernuansa dark Brown di hadapannya. ia mulai mengetuk pintu itu pelan

"Dek, ini bang Leon, kamu gak mau ketemu bang Leon yah? keluar yuk, nanti abang buatin makanan kesukaan kamu, kamu belum makan kan?" namun masih tidak ada jawaban dari dalam

"iya dek ayo dong keluar, kata bang Reinan dia kebelet berak nih, kamu gak kasian apa"

"dih kok gue, mau gue gebuk lo?"

"Lo berdua bisa diem gak sih? Ini bukan waktunya bercanda tau gak" ucap Leon marah. Bagaimana tidak, ia sudah di buat pusing dengan masalah Shyiera dan kini mereka malah bercanda.

Sebenarnya Shyiera mendengar semua perdebatan si kembar hingga kedatangan Leon dan juga Kenzo, namun ia enggan untuk bangun dari posisinya, ia terus menyembunyikan wajahnya di sela-sela lengan yang ia taruh diatas lututnya.

Gadis itu sudah lelah dia tak tau harus melakukan apa lagi, ditatapnya sebuah bingkai foto yang berada di atas meja belajarnya, ia lalu berdiri mengambil benda tersebut. Kemudian ia mengusapnya dengan tersenyum hambar. Cairan bening dari matanya kembali turun membasahi lantai kamarnya, ia meremat kuat-kuat dadanya sesekali ia akan memukul-mukulnya karna rasa sesak yang begitu hebat.

Entah sudah berapa banyak ia menangis hari ini, bujukan demi bujukan dari luar pun ia hiraukan, hingga satu suara membuatnya tertegun dan menatap ke arah pintu

"keluar atau gue dobrak pintunya?"

-flashback on-

Kenzo berjalan meninggalkan saudaranya yang lain,sejujurnya ia juga penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. namun egonya yang terlampau tinggi membuatnya lebih memilih untuk tak perduli sama sekali. saat menutup pintu kamarnya, dia malah berdiri di balik pintu itu sambil terus mendengarkan percakapan ketiganya. saat Reinan mulai menjelaskan kejadian tadi, ia berdecih lalu melemparkan jaket yang ia pegang ke sembarang arah. Ia benar-benar marah saat mendengar Reinan menjelaskan semuanya pada Leon.

Karena adiknya itu tak kunjung keluar, akhirnya Kenzo membuka pintu kamarnya dengan kasar, kemudian berjalan ke arah kamar Syhiera. dia lalu mendorong Leon pelan menggunakan satu tangan menyuruhnya untuk minggir

"Keluar atau gue dobrak pintunya" katanya dingin, Leon,Reinan, serta Keinan yang mendegarnya membelalakan mata tak percaya.

-flashback off-

Setelah dirasa agak lama, kesabaran Kenzo mulai hilang, baru ia akan mengambil ancang-ancang untuk mendobraknya, pintu itu tiba-tiba terbuka lebar menampakkan seorang gadis yang lebih pendek darinya. tatapan matanya kosong bagaikan tubuh tanpa jiwa, dengan wajah yang pucat pasi serta penampilan yang kacau. ditangannya terdapat sebuah bingkai foto bergambarkan foto keluarganya yang masih lengkap, disana ia tampak sangat bahagia dengan senyum secerah matahari. Tapi hari ini sepertinya hanya ada awan mendung dalam kehidupannya.

betapa terkejutnya Kenzo saat melihat keadaan adiknya, ini adalah kali kedua dia melihat Syhiera hancur seperti itu setelah perceraian kedua orang tua mereka, hati Kenzo benar-benar sakit. Secuek dan sedingin apapun Kenzo, tapi ia tetaplah seorang kakak.Tak dirasa kedua tangannya mulai terkepal sehingga buku- buku jarinya memutih.

Leon yang melihat adiknya tampak kacau langsung memeluk untuk menenangkannya, begitu juga dengan Sikembar Reinan dan Keinan, sedangkan Kenzo masih berdiri di tempatnya dengan tangan yang terkepal.

Kenzo merebut benda yang sedari tadi Syhiera pegang dan melemparnya hingga benda itu hancur berkeping-keping. Namun Syhiera tak melakukan perlawanan, ia masih diam dengan Leon yang memeluknya dari samping serta Reinan dan Keinan yang berada di belakangnya, tatapan gadis itu masih kosong seakan-akan raganya terbang entah kemana.

"Lo apa-apaan si Zo!!" Bentak Leon pada Kenzo. Namun pria itu diam saja sambil menggeretakkan gigi menahan amarah.

"Lo jangan gini bang, kasihan adek" kini Reinan mulai bicara juga

"Brengsek!!" Umpatnya lalu angkat kaki dari sana meninggalkan saudaranya yang lain.

"Lo mau kemana? Kenzo!!!!!!"

Kenzo berlari pergi begitu saja tanpa menghiraukan Panggilan dari Leon, ia menuju garasi untuk mengambil motornya. Ditancapnya gas sekuat mungkin, ia melesat jauh meninggalkan Kediaman keluarganya.

"Kenapa harus elo sih dek? Abang gak akan pernah maafin mereka yang udah buat lo hancur kayak gini" Katanya sambil terus menambah kecepatan motornya tanpa rasa takut, ia bisa saja kecelakaan jika tidak lihai mengendarai benda besar itu.

Kendaraan yang ia tunggangi itu melaju dengan kencang membelah dinginnya malam. Tanpa ia sadarai sebulir air mata jatuh membasahi pipi dibalik helm full facenya dan Untuk pertama kali Kenzo akhirnya menangis.

.
.
.
.
.
.
.
.

Huhuhuhu...Abang Kenzo😭

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang