Bonus Chapter

3.9K 140 49
                                    


.......**.......

Semua orang kini hadir di pemakaman, tak terkecuali Najendra dan teman-temannya. Laki-laki itu nampak begitu murung dengan mata yang memerah. Sedangkan di seberang sana Leon terlihat mendapingi Keinan yang sedang memegang sebuah bingkai foto bergambarkan wajah adiknya yang sedang tersenyum manis. Bibirnya yang pucat serta tatapan kosong yang menatap ke arah keranda mayat sang adik membuat Keinan nampak seperti mayat hidup, Kepergian Syhiera benar-benar membuat dirinya terguncang dan karena dia adalah orang yang paling dekat dengan adiknya, maka wajar saja jika ia merasakan kehilangan dua kali lipat dari apa yang saudaranya rasakan.

Acara pemakaman akan segera di lakukan, Kenzo serta Ayahnya turun terlebih dahulu ke liang lahat untuk mengangkat dan meletakkan tubuh gadis itu ke peristirahatan terakhirnya.

"Biar gue aja Rei, lo tolong pegangin si Keinan" ucap Leon saat melihat Reinan yang akan ikut turun.

"Iya bang" jawabnya singkat.

Kemudian penutup keranda itupun di buka. Najendra,Aji,Malvin,serta Sadana membantu mengangkat tubuhnya dan di serahkan kepada Ayah serta kakaknya untuk di kuburkan.

"Rei, kok Ayah sama abang nguburin adek sih? Nanti adek gak bisa nafas Rei" ucapnya sambil menghadap ke arah Reinan dengan wajah yang datar.

"Kei sadar, adek udah gak ada. Kita disini buat nganterin adek untuk yang terakhir kalinya, lo yang tabah Kei kita semua ngerasa kehilangan" kata Reinan sambil sedikit menggoyang-goyangkan Lengan pria itu.

"Enggak Rei, adek tuh masih hidup! Dek, kamu marah karena abang gak mau temenin kamu ke pantai yah? Sekarang kita pergi yuk, sini pegang tangan abang" katanya sambil ingin meraih tubuh sang adik yang sudah di letakkan di bawah sana.

"Sayang, ikhlasin adek yah nak? Kasihan kalo adek di tahan terlalu lama" kata sang Bunda sambil memeluk kepala Keinan.

"Adek bangun dek, jangan tinggalin abang. dek, abang nanti gimana kalo gak ada kamu?" Karena tak tega Reinan ikut memeluk saudara kembarnya sambil menangis.

"Bang, ijinin Ayah yang ngadzanin adek yah? Biarkan Ayah melakukan tugas sebagai seorang Ayah untuk terakhir kalinya buat adek" kata laki-laki itu dengan wajah yang lesuh, Leon hanya mengangguk lalu mengulurkan tangan di bantu Kenzo untuk naik ke atas dan membiarkan Ayahnya untuk mengadzani sang adik. Abigail mulai mengadzani dengan suara yang bergetar, rasa penyesalan memenuhi hatinya, bayangan-bayangan saat ia memukul dan bagaimana ia memperlakukan gadis itu terputar dalam kepalanya. Setelah selesai ia akhirnya naik tapi sebelum itu ia berbisik ke telinga sang putri.

"Selamat tidur nak, maafkan Ayah untuk semuanya" katanya lalu naik untuk menguburkan sang Putri.

"Jadi maksud kamu abang bakal berhenti ngobatin luka kamu tuh, ternyata ini dek?" Ucapnya dalam hati sambil menatap ke arah tubuh sang adik yang perlahan mulai menghilang karena tertimbun oleh tanah. Ia teringat akan ucapan sang adik saat Kenzo mengobati lukanya malam itu.

"Tega banget lo ninggalin kita gak pamit"-Sadana

"Tenang disana yah, sorry kalo gue ada salah sama lo"-Aji

"Makasih yah Ra udah mau jadi temen gue, gue beruntung banget kenal orang sebaik elo"-Malvin

"Sekarang gak ada lagi yang bisa nyakitin lo, penderitaan lo udah berakhir. Gue harap di sana lo bisa dapet kehidupan yang lebih baik"-Arumi

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang