31.Kehujanan

1.1K 50 0
                                    


.......**.......

Setelah kejadian sore tadi, Syhiera dan keempat kakaknya hanya berdiam diri di dalam kamar masing-masing. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Clara dan Ayahnya setelah itu, mereka hanya mendengar sedikit perdebatan diantara keduanya.

Pikiran anak itu masih di penuhi oleh keadaan Kenzo saat ini, ia bahkan tak memperdulikan rasa sakit pada kening dan pipinya yang terlihat sedikit membengkak dengan warna ungu kebiru-biruan. Ia terus menggigiti kuku jarinya,kebiasaan yang buruk ketika ia sedang cemas dan gugup. "Bang Kenzo baik-baik aja gak yah?" Gumamnya dalam hati karena memang tadi ia tak sempat melihat keadaan kakaknya itu karna Reinan langsung membawanya ke kamar dan mengobatinya dan dia tidak di perbolehkan keluar sama sekali oleh Keinan.

Setelah berpikir cukup lama akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar dengan cara mengendap-endap agar tak ketahuan oleh kakaknya yang Lain. Namun ia tak langsung ke kamar Kenzo melainkan berjala ke arah luar rumah dan menuju sebuah Apotik menggunakan payung akibat hujan yang cukup deras. Jaraknya agak jauh jadi ia membutuhkan sedikit waktu untuk pergi kesana dan kembali kerumah. Saat kembali dari Apotik barulah ia berjalan menuju kamar kakak keduanya dengan keadaan basah kuyup. Kini dirinya sudah berada di depan kamar Kenzo, kemudian di ketuknya pintu itu dengan pelan beberapa kali.

Tok tok tok

"Abang....maafin adek yah,abang gak apa-apakan? Ini adek bawain obat sama cemilan, adek gantung di pintu ab-" ucapannya terpotong saat ia hendak menggantung plastik itu di gagang pintu kamar Kenzo, namun anak itu langsung membuka pintu membuat Syhiera sedikit terkejut. Seketika senyuman di wajah cantiknya muncul hingga hanya sepersekian detik senyuman itu luntur saat melihat wajah babak belur Kenzo di sana sini.

"Ini aku bawain abang obat sama cemilan,maaf yah bang gara-gara aku abang dipukulin Ayah" katanya sambil menyodorkan sebuah kantong plastik hitam berisi salep dan beberapa cemilan manis didalamnya.

"Darimana?"

"Habis dari beliin abang ini"

"Kok basah gini?"

"Apotiknya Jauh,trus hujan juga"

"Jalan kaki?" tanya Kenzo lagi, gadis itu hanya mengangguk.

"Udah gila yah kamu!, ngapain hujan-hujanan cuman buat beli ginian"

"Maaf, aku cuman pengen buat abang seneng"

"Kenapa gak naik taxi aja sih?"

"Duit aku gak cukup. kalo di pake naik taxi, nanti aku gak bisa beliin abang cemilan" jawabnya seraya menunduk. Ia masih dalam masa hukuman jadi ia tak punya uang lebih, itupun kalo bukan Leon dan Keinan yang memberinya mungkin ia tak bisa membelikan Kenzo semua itu.

"Itu jauh loh, kamu gak pake payung juga?"

"Tadi pake,cuman pas Taroh di luar Apotik payungnya ilang kayaknya diambil orang" katanya, karena tadi saat pergi ia memang memakai payung. Namun karena basah ia meninggalkannya di luar apotik dan saat hendak pulang payung itu sudah tak berada di tempatnya. Terpaksa ia harus pulang dengan hujan-hujanan.
Kenzo menghela nafas kasar dan memijat pelipisnya dia dibuat pusing akibat ulah adiknya itu.

"Kamu selalu ngekhawatirin orang lain, tapi kamu gak pernah khawatir sama diri kamu sendiri! Liat nih perban kamu aja udah mau lepas gini" Ucapnya panjang lebar menasehati sang adik. Ada rasa tak percaya di hati Syhiera saat melihat Kenzo mengkhawatirkan dirinya.

"Sana ganti baju, kalo udah nanti balik lagi ke kamar abang" final Kenzo lalu mendorong pelan tubuh sang adik menyuruhnya ke kamar.

Setelah mengganti Bajunya, ia kemudian pergi ke kamar Kenzo seperti yang tadi laki-laki itu perintahkan.

"Abang adek udah ganti baju"

"Masuk aja" katanya, Syhierapun masuk dan langsung di suruh duduk oleh Kenzo di tepi kasurnya. Kenzo kemudian menarik kursi yang tak jauh dari sana lalu duduk di hadapan Syhiera. Ia membawa beberapa perban dan gunting. Dibukanya plastik hitam yang tadi gadis itu bawa lalu mengambil salep dari sana

"Loh itu kan buat abang, kenapa di pake buat aku?"

"Udah diem,lagian gak bakal abis kalo di pake sekali doang"

"Tapi aku belinya buat abang"

Tuk

"Auuuhh..abang sakit ih!" Ia meringis saat dahinya di sentil oleh Kenzo

"Bawel"

Beberapa menit keadaan menjadi hening,mereka terdiam tanpa ada yang berbicara, Kenzo terlihat serius saat mengobati luka sang adik mulai dari membersihkan lukanya hingga menggantinya dengan perban yang baru.

Ia menatap wajah adiknya lekat-lekat, tanpa sadar tangannya terulur mengusap pipi Syhiera yang terlihat sedikit membengkak akibat ulah sang Ayah. Hatinya berdenyut nyeri saat melihat keadaan adiknya seperti itu. Syhiera terdiam, alisnya sedikit terangkat karena heran akan tingkah Kenzo memperlakukan dirinya. Kenzo kemudian membuka salep yang tadi Syhiera beli lalu mengoleskannya pada ujung bibir gadis itu. Tiba-tiba Syhiera memeluk erat leher sang kakak lalu menenggelamkan wajahnya disana, sedetik kemudian ia terisak dan bergumam

"Kalau nanti Ayah nikah, Ayah gak bakal buang aku kan bang?" Ucapnya lirih namun masih bisa didengar oleh laki-laki itu, Kenzo kemudian membalas pelukan sang adik dan mengusap punggungnya penuh sayang.

"Gak akan,kalo itupun terjadi. Kamu masih punya Abang" ia menangkup wajah gadis itu dan mengusap air matanya.

"Siniin obatnya, sekarang gantian aku yang obatin abang, kan kalo aku luka abang sering obatin aku"

"Gak usah, gak parah ini kok"

"Tetep aja harus di obatin"

"Udah biasa luka juga, jadi kalo segini mah gak ada apa-apanya, udah sana balik kamar trus tidur"

"

Tapi abang..."

"Sana, udah malem. Jangan lupa minum obat biar besoknya gak demam, kamu habis hujan-hujanan kan"

"Iya" jawabnya singkat lalu mengecup pipi Kenzo singkat dan berlari keluar menuju kamarnya, Kenzo hanya tersenyum melihat tingkah manis adiknya itu.

"Ck...dasar"

.
.
.
.
.
.
.

Makasih banyak buat semuanya aku bener-bener gak nyangka masih ada yang mau baca story aku sampai chapter ini😭..terharu banget padahal udah sempat mau nyerah😔😢.... Sekali lagi makasih yah😘💖💕

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang