49.Kepergian

3.6K 111 19
                                    


.......**.......

Tak berselang lama setelah kepergian Kenzo, Syhiera merasa ada yang membuka pintu kamar miliknya. namun ia hanya mengira kalau itu adalah Kenzo kakaknya. Jadi ia tak terlalu menghiraukan kedatangan orang itu.

Saat Syhiera ingin memejamkan mata, samar-samar ia melihat sosok tinggi di depannya. Ia kemudian menetralkan penglihatannya untuk melihat lebih jelas siapa sosok tersebut. Dan ternyata itu adalah sang Ayah bukan Kenzo seperti dugaannya.

"Ayah? Ayah udah pulang? Kenapa malah kesini bukannya istirahat?" Katanya dengan suara yang parau sambil berusaha mendudukan diri walaupun ia merasakan sakit di kepalanya yang luar biasa. Namun hening tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut pria itu. Ia malah berbalik dan hendak angkat kaki dari sana sebelum tangannya di tahan oleh putrinya.

"Ayah, Aku boleh gak dipeluk Ayah sekali aja?" Ucapnya sambil menatap punggung sang Ayah dengan cairan bening yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Jangan perah kamu meminta sesuatu yang tidak akan pernah kamu dapatkan" katanya lalu menghempas genggaman sang putri pada tangannya. Syhiera hanya bisa menangis dan meremat dadanya kuat. Ia benar-benar merasakan sesak yang begitu hebat hingga sulit bernafas. Padahal Syhiera hanya meminta satu pelukan hangat dari sang Ayah karena Bisa saja ini adalah hari terakhir ia dapat melihat pria yang ia panggil Ayah selama hidupnya itu. Dari luar seorang anak laki-laki tertunduk sambil menahan emosi serta air matanya saat mendengar percakapan dari keduanya.

Sore ini sejak pulang dari sekolah dan setelah kejadian tadi, Kenzo terus menemani sang adik di sampingnya tanpa beranjak sedikitpun, dengan hati-hati ia meletakkan sebuah handuk kecil di atas kening adiknya yang sudah Kenzo basahi dengan air hangat sebelumnya. Gadis itu akan sesekali meringis dan Kenzo akan mengelap keringat yang mengucur membasahi wajahnya.

"Abang dingin" eluhnya, ia merasakan dingin padahal suhu tubuhnya sangat panas. Jadi Kenzo menaikkan lagi selimut gadis itu setinggi lehernya.

"Abang keluar dulu beliin bubur sama obat sebentar. nanti bang Kenzo suruh bibi temenin kamu di sini, kalo ada apa-apa telfon aja"

"Abang...."

"Kenapa, ada butuh sesuatu?"

"Aku sayang sekali sama abang" ucap gadis itu dengan tatapan lemahnya

"Abang juga, udah yah abang pergi dulu" katanya lalu beranjak pergi dari sana.

Entah mengapa hari ini gadis itu merasa sangat lelah mungkin karena efek demam, dan rasa sakit di sekujur tubuhnya yang dirasa sangat sakit secara tiba-tiba. Saking sakitnya tubuh Syhiera sampai bergetar.

"Bi, aku haus tolong ambilin air dong" Ucapnya lemah, Saat ini ia hanya ditemani oleh sang bibi saja. Perempuan paru baya itu lalu memberikan gelas berisi air untuknya. Namun pada saat sang Bibi membantu Syhiera duduk agar memudahkannya untuk minum, tiba-tiba saja gadis itu memuntahkan darah segar dari mulutnya dan seketika hal tersebut membuat wanita itu panik, karena Kenzo tak kunjung kembali dan ia hanya punya nomor telfon Leon ia akhirnya menelfon Leon tanpa pikir panjang.

"Halo,Assalamualaikum Den Leon. Ini non Syhiera tiba-tiba muntah darah, dirumah juga tidak ada siapa-siapa selain bibi" ucapnya panik.

"Hah? Apa? Trus Kenzo kemana?"

"Den Kenzo tadi keluar beli bubur sama obat, ini saya harus gimana den?"

"Bibi telfon ambulance, saya pulang sekarang!" Percakapan itupun terputus.

Sama seperti yang Leon ucapkan, akhirnya wanita tua itu mulai menekan tombol darurat pada handphonenya. Tak berselang lama,mobil dengan sirine yang khas itu memasuki kediaman Keluarga Leon bersamaan dengan Kenzo yang baru pulang membeli obat di apotik. Betapa terkejutnya ia saat melihat beberapa petugas medis keluar dari rumahnya sambil menggotong tubuh sang adik yang sudah bersimbah darah. Kenzo kemudian membuang kantong yang ia pegang begitu saja ke tanah lalu berlalri menghampiri sang Adik.

"Bi, adek kenapa!!?" Tanya Kenzo panik

"Bibi juga gak tau den, tadi dia mau minum trus tiba-tiba aja Non Syhiera muntah darah. Habis itu gak lama dia juga mulai mimisan" sang bibi mulai menjelaskan kronologinya pada Kenzo.

"Ini lagi nunggu den Leon"

"Gak usah! Pak kita berangkat sekarang!!" Ucapnya pada sopir ambulance tersebut. Lalu mengambil handphone miliknya dan mencari kontak Leon.

"Bang gue bawa adek ke rumah sakit, lo langsung kesana!"

"Oke"

Didalam mobil Kenzo terus menggenggam tangan adiknya yang dirasa hangat. Ia tak mau berfikir yang macam-macam dan hanya terus berdoa untuk kesembuhan gadis itu.

"Kamu kuat, abang tau kamu bisa laluin ini semua. Jadi, kamu bertahan yah dek?" Sambil mengelus wajah sang adik yang sudah di pasangi alat pernafasan pada bagian hidung dan mulutnya. Ia terus menggenggam tangan Syhiera seperti enggan untuk di lepaskan.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit kemudian petugas medis itu langsung membawa tubuh sang adik menuju ruang UGD untuk segera di tangani. Kenzo hanya bisa menunggu dari luar dengan Gelisah.

"Keadaan adek gimana?" Tanya Leon saat ia melihat Kenzo berdiri di depan ruang UGD sendirian.

"Belum tau, masih di tanganin sama dokter"

Pintu ruangan akhirnya terbuka, namun wajah dokter itu nampak lesu. Kenzo serta Leon pun segera menghampiri dokter tersebut. Namun sang dokter hanya menggeleng lemah membuat keduanya terdiam.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun nyawa pasien tidak bisa terselamatkan, trauma pada otaknya memburuk sehingga mengalami pendarahan yang hebat. Hal tersebut diakibatkan karena sering terkena pukulan benda tumpul" bagai tersambar petir, Keduanya diam terpaku di tempatnya. Penjelasan dari dokter membuat Leon pusing. Semuanya sangat sulit untuk di cernah oleh Leon dan Kenzo.

"Gak mungkin, dokter bohongkan? Tadi pagi adek saya baik-baik aja kok" kata Leon tak percaya

"Sekali lagi dokter bilang kayak gitu, saya gak akan segan-segan buat mukul dokter" ucap Kenzo dengan penuh penekanan akibat menahan amarahnya. Dokter itu hanya terdiam ia mengerti akan perasaan keduanya. Merekapun masuk ke dalam ruangan dimana adiknya berada. Namun ketika mereka melihat seluruh tubuh adiknya itu telah di tutupi sebuah kain putih, Leon langsung terjatuh menyeluruh ke lantai sedangkan Kenzo menundukkan pandangannya dengan kedua tangan yang terkepal. Malam ini akan menjadi malam yang paling menyakitkan bagi keduanya.

"Saya sudah memberitahukan hal tersebut pada pasien dan menyarankan agar melakukan pengobatan, namun pasien menolak dan meminta saya agar merahasiakan hal tersebut kepada keluarganya,pasti berat bagi pasien untuk menahannya selama ini" kata Dokter tersebut yang kini berdiri di samping Kenzo.

"B-bangun dek, ini bang Leon. Kamu tega ninggalin bang Leon sama yang lain hmm? Bangun yah? Jangan bercanda kayak gini, kalo kamu mau buat abang takut, kamu udah berhasil kok. Jadi sekarang bangun yah?" Ucap Leon sambil terus mengelus wajah serta rambut gadis itu. Sesekali Leon akan menciumi Keningnya dengan deraian air mata. Ia berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi dan akan segera terbangun. Namun sekeras apapun Leon mencoba ia tak akan pernah bisa mengubah sebuah kenyataan.

.
.
.
.
.
.
.

Next💔😔

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang