50.Penyesalan

4.3K 133 27
                                    


.......**.......

Kenzo masih setia berdiri di samping tubuh sang adik, menatap wajahnya yang terlihat damai dengan mata yang akan tertutup untuk selamanya. Air mata yang di tahan sedari tadi akhirnya jatuh satu persatu membasahi wajah tampan miliknya. Ia tak akan bisa mendengar suara tawa gadis itu, ia tak akan lagi mendegar ocehan yang menyuruhnya berhenti balapan. Malam ini adik perempuan satu-satunya telah direnggut oleh semesta dengan cara yang menyakitkan bagi laki-laki itu.

Di ujung sana Leon nampak terdiam dengan tatapan kosong, Matanya membengkak akibat menangis terlalu lama. Sedetik kemudian, Ia berdiri lalu datang menghampiri Kenzo yang masih terisak di tempatnya dan memeluk tubuh adiknya sambil menepuk-nepuk punggung milik pria itu. mereka hanya bisa saling menguatkan satu sama lain.

"Abang telfon Keinan sama Reinan dulu" ucapnya lalu beranjak dari sana. Kenzo menyesal karena ia selalu cuek dengan adiknya padahal gadis itu selalu berusaha untuk mendekati dirinya.

"Maafin abang yang selalu dingin dan bersikap cuek ke kamu hiks" Kenzo bersimpuh sambil terus menggenggam jari-jari adiknya.

"Abang Janji bakal berhenti balapan, abang janji bakal lebih perhatian lagi ke kamu. Bangun dek abang mohon" tangisnya semakin pecah saat mengucapkan janji-janji itu pada adiknya yang bahkan tangannya masih dirasa hangat dalam genggamannya.

"Udah Zo, kamu harus kuat. Kita bawa adek pulang yuk? Abang udah telfon Kei sama Rei buat pulang" kata Leon sambil memeluk adiknya dari samping.

"Aku gak siap kehilangan adek bang, kenapa tuhan ambil dia? Kenapa gak aku aja?"

"Jangan ngomong kayak gitu, nanti adek sedih dengernya.gak ada yang siap adek pergi Zo bahkan abangpun masih gak percaya. tapi mungkin tuhan lebih sayang dia, penderitaannya udah selesai dan dia udah gak sakit lagi. Ayo kita pulang" ucap Leon dan segera membantu adiknya berdiri.

Saat ini mereka sudah berada di kediaman keluarganya dan Orang-orang mulai berdatangan satu persatu untuk melayat. Tak lama setelahnya Keinan dan Reinan datang, sama seperti Kenzo tadi, laki-laki itu benar-benar sulit untuk menerima keadaan. Tangannya terkepal dan rahangnya mengeras.

"APA-APAN INI, KELUAR GAK LO SEMUA!!" teriaknya marah pada para pelayat sambil melemparkan tasnya ke lantai.

"GUE BILANG LO SEMUA KELUAR!! ADEK GUE LAGI SAKIT JADI JANGAN GANGGU DIA" Keinan dibutakan oleh amarah hingga Leon mencoba untuk menenangkan sang adik dengan cara memeluknya namun Keinan malah mendorongnya hingga Leon mundur beberapa langkah.

"Kei tenang, lo gak boleh gitu. Mereka dateng buat liat adek, adek udah gak ada Kei lo harus terima kenyataan"

"DIEM BANG!! Lo ngomong sekali lagi, gue tonjok lo, bisa-bisanya lo ngomong segampang itu" tatapannya langsung berubah menjadi tajam saat ia menatap Ke arah Leon, saat ini emosi Keinan benar-benar tidak stabil. Reinan yang berdiri di belakang Keinan bahkan sudah menangis tanpa suara, ia bergetar dan tak sanggup untuk melangkah.

"Dek..." Lirihnya, ia kemudian berusaha mendekati tubuh gadis itu yang kini sudah tertutup kain batik

"Bang Reinan udah pulang, ayok belajar bareng n-nanti...nanti abang ajarin adek fisika maafin abang pulang telat, besok-besok abang gak usah latihan basket lagi" katanya terbata-bata,hingga suaranya menghilang. dadanya begitu sesak saat ia menggenggam jemari adiknya yang dirasa mulai dingin. Kini Keinan yang mendekat ia meraba-raba wajah adiknya dengan tangan yang bergetar.

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang