21.Sakit

1.5K 50 0
                                    


.......**.......

Syhiera terbangun dan mendapati diriniya tertidur di atas kasur miliknya dengan handuk kecil yang berada di keningnya.

Ia menatap keseliling dengan bingung,bukankah semalam ia berada di gudang? Bagaimana bisa dia sudah berada di kamarnya saat terbangun?. Syhiera mencoba mendudukan diri, namun tiba-tiba rasa pusing menyerang kepalanya, ia menggeleng sebentar lalu memijat pelipisnya untuk mengurangi rasa pusing yang dirasanya kemudian bangkit dan melepaskan handuk itu lalu menaruhnya di atas nakas, Ia berjalan membuka pintu namun dengan kebetulan Leon juga berdiri di depan pintu kamar miliknya dengan sebuah kantong obat bertuliskan Nama Syhiera.

"Gimana perasaanya udah mendingan?" Pria itu kemudian meletakkan tangannya di kening gadis itu dan satu tangannya lagi memegang keningnya sendiri

"Hmm...masih panas, masuk lagi sana, hari ini gak usah sekolah Keinan udah ngasih surat izin ke wali kelas kamu" ia mendorong tubuh adiknya pelan lalu merebahkannya di atas kasur

"Tadi abang buatin bubur,cuman karena udah dingin jadi dipanasin lagi" sambil menyelimuti sebagian tubuh adiknya.

"Abang yang bawa aku kesini?" Tanyanya pada Leon lalu pria itu mengangguk sebagai jawaban.

Semalam ia pulang agak subuh karna urusan kantor, sebelum memasuki kamarnya ia pergi kekamar Syhiera terlebih dahulu hanya untuk sekedar mengecek apakah adiknya itu tidur dengan nyenyak. Namun saat pintu kamarnya di buka ia tak menemukan sosok yang ia cari. Mungkinkah? Pikirnya. Ia sudah tau dimana Syhiera berada dan benar saja ketika ia mengambil kunci yang tergantung di dekat pintu itu dan membukanya. Ia sangat terkejut mendapati adiknya yang sudah menggigil kedinginan serta luka memar di tubuh anak itu. Segera Leon membawa adiknya ke kamar lalu menutupnya dengan selimut.

"Abang tau aku disana?" Leon lagi-lagi mengangguk

"Abang...Ayah benci adek yah?" Baru iya akan mengangguk namun ketika mengerti apa yang adiknya itu ucapkan ia segera menggeleng dengan kuat diikuti oleh gerakan tangannya

"E-enggak kok, adek kenapa gitu ngomongnya?"

"Kalo Ayah gak benci aku, kenapa dia memperlakukan aku kayak gitu?"

Leon terdiam, hatinya teriris saat kata-kata itu terucap dari bibir sang adik, ia tak tau harus berkata apa untuk diberikan sebagai jawaban,Ia memilih bungkam.

"Kalo Ayah gak benci kenapa dia slalu nolak uluran tangan Iera? Kalo Ayah gak benci kenapa dia selalu lukain perasaan Iera? Terus kenapa Ayah selalu mukul Iera? abang bilang Ayah gak benci tapi Kenapa?..." Ia menangis menatap ke arah Leon,ada rasa sesak yang menghantam keras tepat di bagian dadanya.

"Aku capek abang, aku pengen ikut Kakek sama Nenek, mungkin kalo sama mereka aku bisa lebih bahagia"

"Kamu ngomong apa sih dek, jangan kayak gini, abang sedih liatnya"

"Hidup aku emang semenyedihkan itu bang"

"Tidur yah. Kamu mungkin cuma kecapean aja makanyak jadi sensitif kayak gini"

Benar kata kakaknya mungkin karna ia hanya terlalu lelah dengan hidupnya memikirkan masalah-masalah yang terus berdatangan tanpa henti. Syhiera lebih memilih mendengarkan ucapan kakaknya.

Sore hari,tiba waktunya Keinan dan Reinan pulang sekolah. Seharian ini dia hanya bersama dengan Leon, pria itu terpaksa membolos kuliah dan tak pergi ke kantor hanya untuk menemani adiknya. Ia bahkan tak perduli ketika Ayahnya memaki-maki dirinya lewat telfon.

"Adeeekkkkkk abangmu yang tampan ini datang~~" ucap Keinan saat mebuka pintu kamar adiknya lengkap dengan seragam yag masih melekat di tubuhnya. Sebenarnya hari ini dia dan Reinan ada jadwal latihan. Namun ia meminta izin untuk pulang lebih awal. Alasannya yah ingin menemui adik kesayangannya itu. Rencananya pagi tadi ia tak ingin ke sekolah hanya untuk menemani Syhiera. Kalau saja Leon tak mengamuk ia pasti akan tinggal.

"Abang gak latihan?"

"Hah? Enggak, tadi ujannya deres banget trus ada angin kenceng juga dek jadi latihannya di batalin deh" ia terkekeh ke arah Syhiera

Plak

"Goblok, kalo cari alesan yang masuk akal dikit dong, hujan dari mana coba, orang dari tadi langitnya cerah gitu " Leon yang datang sambil membawa air minum untuk adik perempuannya itu menggeplak kepala Keinan

"Sakit elah bang!! Ini pala loh bukan gendang, asal main tabok aja" ia menggosok belakang kepalanya.

"Emang bener kok tadi ujan,yah mungkin disini emang enggak, kalo gak percaya tanya aja noh si kulkas" ia menunjuk ke arah Kenzo

Sejak kapan Kenzo berada disitu?

"Mau kepala lo sekalian gue ilangin?" Katanya mengancam Keinan

"Rei gigit dia, masa kepala sodara lo yang tampan rupawan ini mau dipenggal" perintahnya pada Reinan yang duduk di sofa sambil bermain ponsel

"Lo kira gue anjing?!!"

"Lo ngerasa emang? Gue gak bilang padahal. Tapi kalo menurut lo gitu gue bisa apa"

"Lo bener-bener minta di hajar yah bangsat!!"

Acara kejar-kejaran antara dua saudara kembar itupun terjadi. Kalo bukan karna Leon yang menghentikan mereka mungkin mereka berdua akan benar-benar saling mengigigt. Syhiera tertawa kecil melihat tingkah kakaknya itu ia bisa sedikit melupakan masalah yang menimpanya. Tawanya pun terhenti saat Kenzo mengucapkan maaf padanya.

"Sorry dek, salah gue" sikembar yang adu mulut dan Leon yang melerai sontak mengalihkan pandangan mereka pada Kenzo.

"Kenzo minta maaf?tumben"-Leon
"Nih anak Kesambet keknya"-Reinan
"Omaigat hati mungilku terkamjakiya,ini bisa masuk 7 keajaiban dunia gak sih?"-Keinan. Batin mereka yang mulai saling menatap satu sama lain seolah tak percaya, karena yang mereka tau pria dingin itu tak akan pernah meminta maaf pada siapapun sekalipun dirinya yang salah

Setelah dirinya mengucapkan kata-kata itu ia pun pergi meninggalkan saudaranya yang lain dan menuju kamarnya. Syhiera tersenyum simpul.

.
.
.
.
.
.

Salam cinta dari aku buat kalian😘💕

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang