40.Pulang

1.3K 66 3
                                    

.......**.......

Sudah hampir dua minggu ia berada di rumah sakit. Keadaannya pun kini sudah mulai membaik sedikit demi sedikit. Malam ini gadis itu terlihat sibuk dengan buku dan pulpen di tangannya, karena ujian sebentar lagi ia tak mau membuang-buang waktunya begitu saja. Pukul 9.40 malam ia masih setia dengan buku-buku didepannya, Mempelajari setiap pelajaran yang sempat tertinggal karena sakit. Saat sedang serius, pundaknya tiba-tiba di tepuk oleh seseorang.


"Ngapain?" Hening, tak ada jawaban dari gadis itu.

"Ngambeknya udahan dong, udah 2 hari kamu diemin abang kayak gini" sambil mengelus pucuk kepala adiknya. Ia merasa sangat bersalah karena tidak hadir malam itu. Padahal ia tahu bahwa adiknya pasti menunggu kedatangan dirinya. Hari itu ia tak bisa datang karena berkas-berkas kantor yang menumpuk dan Ayahnya menginginkan berkas-berkas itu diselesaikan hari itu juga, dan bodohnya Leon lupa mengabari.

"Kamu mau apa aja nanti abang turutin, asal jangan marah lagi sama abang oke?" Gadis itupun menoleh dengan wajah yang berseri-seri saat di tawari seperti itu oleh kakaknya.

"Beneran? Janji gak bohong lagi?"

"Iya janji, kamu mau apa emang?"

"Besok aku mau pulang, bosen tau di rumah sakit mulu. lagian kan aku udah sehat gini"

"Nanti deh,tangan kamu juga belum sembuh betul kan?"

"Tapi udah gak apa-apa kok. Aku juga kasihan sama abang dan yang lainnya, harus ganti-gantian nemenin aku di rumah sakit kan kalo di rumah enak. Abang juga gak usah bolak-balik, terus bisa tidur di kamar abang juga kan"

"Yah udah, besok abang tanya dokter dulu deh kalo gitu" finalnya, Syhiera langsung memeluk kakaknya dan mengecup pipi Leon singkat sambil mengucapkan terima kasih kemudian ia melanjutkan aktifitas belajarnya.

"Masih mau belajar? Ini udah jam berapa loh, sana tidur. Lanjutinnya besok aja"

"Nanggung bang, dikit lagi selesai kok. Ujiankan bentar lagi. Trus udah beberapa hari juga gak masuk Nanti lupa"

"Tapikan inget kondisi juga sayang, nanti kalo drop lagi gimana?"

"Bawel, mending bang Leon bantuin aku".

"Mana lagi emang yang belum selesai?"

"Ini sama ini, tinggal nyari jawabannya aja sih"

"Ohh itu mah gampang,biar abang bantuin, tapi janji yah abis ini tidur?"

"Iya janji"

Leon akhirnya membantu untuk mengerjakan tugas-tugas adiknya itu sampai selesai. Setelah itu ia akhirnya menuruti permintaan sang kakak dan beristirahat setelahnya. Syhiera pun tertidur dengan cepat akibat rasa lelah pada tubuhnya jadi wajar saja ia tak butuh waktu lama untuk terlelap. Karena hari ini adalah jadwal Leon menemani sang adik maka malam ini ia akan tidur di rumah sakit hingga pagi nanti.

Dini hari Syhiera terbangun dari tidurnya, anak itu nampak gelisah terlihat dari bulir-bulir keringat yang membasahi kening hingga pelipisnya. ia masih mencoba untuk menetralkan nafas dan detak jantungnya yang tak karuan, Seluruh tubuhnya sangat panas namun ia malah merasakan sebaliknya. Wajah dan bibirnya kini menjadi pucat pasi, gadis itu mencoba untuk mendudukkan diri karena rasa pusing yang menyerang kepalanya. Namun tiba-tiba darah mulai menetes mengenai selimut yang ia kenakan, Syhiera buru-buru membalik selimut itu supaya nanti kakaknya tak melihat. Ia berusaha membersihkan darah pada hidungnya dan mengganti bajunya setenang mungkin agar tak membangunkan Leon. Setelah selesai ia kembali tidur seperti tak terjadi apa-apa.

Skip

Pagi hari tiba,seperti janji Leon semalam,
Kini ia mulai berbicara dengan dokter yang kini sedang memeriksa kondisi Syhiera.

"Dok boleh gak adik saya pulang hari ini?"

"Nona Syhiera sebenarnya masih sangat memerlukan pemulihan yang intens, mengingat kondisi dia saat ini yang cukup lumayan pa-"

"Ekehm ekhem" Syhiera terbatuk namun seperti kode untuk Sang dokter agar tak melanjutkan kalimatnya. Dokter yang mengerti hal itu kemudian tersenyum dan memberi izin agar gadis itu bisa pulang.

Syhiera kini sudah berada di rumah. Meskipun Leon dan si kembar sempat adu argumen akibat tak mendiskusikan hal itu terlebih dahulu dengan mereka, namun Syhiera mencoba untuk meyakinkan keduanya sampai akhirnya mereka luluh. Untung saja hari ini adalah weekend jadi mereka tak usah kesekolah dan memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama.

"Nanti kalo adek bener-bener udah sembuh kita ke pantai bareng, trus liat Sunset sambil pegangan tangan" ucap Keinan sambil menggenggam tangan Reinan, pria itu langsung menunjukkan eksperi jijik dan menepis tangan Keinan

"Idih najis, lo megang tangan bang Kenzo aja sana" kata Reinan sambil mengedikkan dagu ke arah Kenzo. Merasa namanya di sebut anak itu langsung memberikan tatapan sinis andalannya ke arah Reinan.

"Canda bang, serius amat lo" Syhiera dan Leon yang melihat tingkah saudaranya itu hanya terkekeh.

"Aku ke bawah dulu yah, mau ngambil minum, haus"

"Eh gak usah dek biar abang Kei aja yang ngambilin"

"Udah gak apa-apa, aku bisa sendiri kok, abang di sini aja sama yang lain"

"Bener gak apa-apa?" Kata Leon memastikan, gadis itu mengangguk sebagai jawaban. Akhirnya ia turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil air putih. Saat ia hendak kembali lagi ke atas dan menemui kakaknya, ia melihat Ayahnya yang baru pulang dengan wajah yang nampak lelah karena seharian habis bekerja. Syhierapun menghampiri pria itu dan berinisiatif untuk memberinya air minum.

"Ayah baru pulang? Capek yah? Ini, Ayah pasti hauskan" sambil menyodorkan gelas berisi air yang harusnya itu untuk dirinya.

"Tidak usah sok perduli, Pergi sana"jawabnya dingin.

"Aku cuman khawatir aja sama Ayah,Ayahkan udah kerja sampai jam segini pasti capek" katanya lembut pada sang Ayah. Namun Diraihnya gelas itu dan kemudian ia membantingnya kelantai hingga pecah dan berserakan kemana-mana. Syhiera benar-benar terkejut atas perbuatan Ayahnya hingga membuat gadis itu memejamkan mata.

"Kamu tidak dengar apa yang saya ucapkan? Kehadiran kamu membuat saya muak, Minggir!" Sambil mendorong tubuh putrinya membuat anak itu meringis karena tangannya yang terkena pecahan beling. Melihat hal itu Abigail bukanya menolong ia malah menginjak tangan anaknya sehingga darah yang keluar semakin banyak. Bibir gadis itu bergetar menahan sakit, kemudian ia mendongak dan memohon ampun namun pria itu tak menghiraukan. Bulir-bulir air matanya pun kini berjatuhan, ia terus meminta maaf untuk kesalahan yang tidak ia lakukan berharap ayahnya akan ibah dan mengangkat kaki dari atas tangannya. Padahal sebelumnya ia sudah berharap bahwa pria itu akan senang melihat kepulangannya dari rumah sakit tapi tak disangka ia malah diperlakukan seperti itu.

.
.
.
.
.
.
.

Maksih buat yang udah nunggu cerita aku, maaf kalo gak bisa up setiap hari. Sibuk banget sama kerjaan huhuhu....awalnya bikin story ini cuman iseng" doang sekalian ngilangin stress karena kerjaan eh gak taunya respon kalian baik banget😭💕

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang