16. Saudara Tiri

1.3K 50 2
                                    

.......**.......

Hari ini Syhiera kembali ke aktifitasnya seperti Biasa, yaitu sekolah. turun dari mobil ia langsung disambut oleh Najendra di depan gerbang. laki-laki itu sepertinya sedang khawatir mengingat tak ada satupun pesannya yang dibalas oleh gadisnya, bahkan belasan telfon darinya tak pernah ia angkat kemarin. senyum hangat dari gadis itu membuatnya tenang. Ia melambaikan tangan ke arah Syhiera yang langsung dibalas oleh gadis itu, berlari kecil kearah Najendra lalu memeluknya singkat. pria itu mengusak rambutnya sebentar lalu menautkan jemari mereka memasuki gerbang sekolah. namun dari arah kejahuan ada yang memperhatikan mereka dengan tatapan tak suka.

Selesai upacara, mereka kini belajar dengan tenang hingga waktu istirahat tiba. seperti biasa Syhiera akan kekantin bersama yang lain. namun kali ini Arumi ikut karna paksaan dari Syhiera dan teman-temannya. mereka berenampun duduk bersama sambil menikmati makanan yang sudah mereka pesan. hingga satu kejadian tak terduga pun terjadi pada Syhiera

Byuurrrr

Segelas es teh dingin membasahi wajahnya, pelakunya siapa lagi kalo bukan Yuna dan gengnya. bukan hanya Syhiera yang terkejut melainkan semua orang yang berada di kantin siang itu. Najendra pun sudah berdiri di tempatnya sedangkan yang lain hanya membelalakan mata.

"Eh sorry sorry gue gak sengaja, tadi kaki gue kayak agak lemes gitu" ucapnya pura-pura membersihkan wajah Syhiera menggunakan sapu tangan miliknya.

"GILA YAH LO, HARUSNYA LO TUH LEBIH HATI-HATI!!!" bentak Najendra pada Yuna.

"Tipes lo? kalo lemes mah berobat neng" sindir Sadana 

"kamu gak apa-apa Ra?" tanya Najendra pada Syhiera yang kini sibuk menyeka wajahnya sendiri

"gak apa-apa kok, aku pamit ke toilet dulu yah"

"mau gue temenin?" tawar Arumi namun di tolak dengan halus olehnya

"gak usah lo makan aja, gue bisa kok sendiri" kini ia mulai berdiri dari tempatnya

"kamu yakin?" tanya Najendara kembali memastikan kalo gadisnya itu benar-benar tidak apa-apa. Syhiera mengangguk lalu pergi dari sana. Sampainya di toilet ia mulai membasuh wajahnya yang dirasa agak lengket serta rambutnya yang terkena es teh tadi. saat sedang fokus pada kegiatannya itu, tiba-tiba pintu toilet terbuka. ternyata itu adalah Yuna dan dua orang temannya yaitu Rani dan Tesa. anehnya kini Tesa menunggu di depan pintu toilet, ia seperti sedang berjaga? Yuna berjalan ke arahnya lalu tiba-tiba menendang paha Syhiera hingga membuat ia tersungkur di lantai.

"jadi lo anaknya Mama? sodara tiri gue?" kata Yuna to the point, Syhiera tidak kaget lagi, karena ia sudah tau. gadis yang memanggil Mama ke arah Bundanya hari itu adalah Yuna.

"Najis banget gue sebenernya,tapi bagus deh kalo gue punya sodara tiri yang kaya, jadi bisa gue porotin sekalian" sambil tertawa dan menatap sinis ke arah Syhiera. Syhiera tidak bergerak ia masih di posisinya sambil menunduk tak berani menatap mata Yuna.

"Gue masih heran kenapa Mama ninggalin keluarganya yang kaya raya itu demi Papa, tapi setelah liat lo dan sodara-sodara lo yang lain,sekarang gue ngerti kenapa, itu karena dia gak pernah dapet kebahagiaan yang sebenernya dari keluarga lo"

"Bohong! Apa yang lo bilang itu semuanya bohong" kata Syhiera penuh penekanan.

"Bohong? Lo tau apa? Mau gue kasih satu fakta buat lo? Mama gak pernah cinta sama bokap lo, mereka nikah karna di jodohin, dan lo tau Mama bilang apa ke gue? Mereka lahirin anak-anaknya cuman karena paksaan dari mertuanya, supaya apa? Supaya perusahaan keluarga Abigail ada yang nerusin" Syhiera sama sekali tidak ingin mempercayai apa yang Yuna katakan, namun setelah mengingat-ingat kembali memang benar bahwa Bunda dan Ayahnya jarang berbicara dan tidak pernah terlihat akur sama sekali. Syhiera hanya bisa diam, ia tak tau harus berkata apa lagi.

Merasa tak direspon, Yuna mencengkram kuat rahang Syhiera hingga meninggalkan bekas kemerah-merahan pada kulit putihnya.

"mulai sekarang apapun yang gue minta dari lo, harus lo turutin gue gak nerima alasan apapun. ngerti lo" menghempaskan wajah Syhiera dengan kasar lalu beranjak pergi meninggalkannya yang masih terduduk di lantai.

Setelah kepergian mereka, ia mencoba bangkit dan memegangi pahanya yang dirasa agak ngilu karna tendangan yang dia dapatkan tadi. Tapi sakit pada tubuhnya belum seberapa di banding rasa sakit yang ada di hatinya. ia menghapus jejak air matanya dipipi dengan agak kasar yang turun entah sejak kapan. mencoba merapikan rambut dan seragamnya ia menghela nafas panjang, apakah hari-hari berikutnya akan lebih berat dari ini?ia berharap semoga saja tidak.

Berjalan memasuki kelas, ia kemudian tersenyum seolah-olah tak terjadi apa-apa padanya,sebelum duduk ia sempat menatap ke arah pacarnya yang terlihat khawatir kemudian mulutnya bergerak mengatakan tidak apa-apa pada Najendra. ia lalu duduk di kursi dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Arumi yang tak sengaja melihat dagu Syhiera yang nampak memerah sedikit kaget, ia ingin menanyakan hal itu padanya namun diurungkan karna merasa belum terlalu sedekat itu dengan Syhiera. ia pun mencoba untuk mengabaikan hal tersebut.

Bell pulang berbunyi, semua siswa dan siswi kini berlarian keluar kelas meninggalkan area sekolah. begitupun Syhiera, Ia bersiap-siap untuk pulang dan mulai mengemasi semua buku dan alat tulisnya lalu memasukkannya kedalam tas, namunn dari arah balik pintu ada yang memanggil namanya dengan suara yang agak berat, suara yang sangat ia kenal, itu adalah Reinan. tunggu, Reinan? sejak kapan ia mau menemuinya sepulang sekolah? biasanya laki-laki itu kalo tidak ikut eskul yah dia akan langsung pulang bersama Keinan.

"Ra,udah selesai? hari ini kamu pulang sama abang" sambil bersender di ambang pintu dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana yang ia kenakan.

"abang gak ada eskul? tumben ngajak aku pulang bareng"

"gak ada, lagian inikan Senin, gak ada jadwal. udah cepetan entar si Keinan ngomel-ngomel gak jelas, abang pusing dengernya" kata Reinan, mungkin adiknya lupa bahwa hari ini Keinan dan Reinan tidak ada jadwal. Mereka hanya akan ikut eskul setiap hari rabu sampai sabtu saja.

"iya iya sabar ini mau pamit dulu sama temen-temen"

ia lalu pamit kepada 4 orang temanya yaitu Najendra,Aji, Sadana serta Arumi. karna Malvin sudah berada di ruang Osis sejak tadi. dengan malu-malu ia langsung mengecup pipi Najendra singkat dan kemudian berlari menyeret lengan kakaknya pergi meninggalkan ruangan itu. Najendra yang di perlakukan seperti itu tersenyum sambil memegangi pipinya, ia tersipu.

"cih dasar bucin" decih Aji yang kemudian diberi jari tengah oleh Najendra.

.

.

.

.

.

huhuhuhu udah chapter 16 aja gak kerasa deh😭😭😭

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang