37.Ulang Tahun

1.7K 65 2
                                    


.......**.......


"Maafin abang yah, nanti abang usahain pulang cepet kok, jangan cemberut gitu dong" bujuk Leon pada adik perempuannya, gadis itu terlihat mengerucutkan bibirnya saat dia mengatakan akan pulang terlambat karena sepulang Kuliah ia akan langsung pergi ke kantor Ayahnya.

"Hari ini kan aku ulang tahun, jadi abang harus dateng"

"yah pasti dong,nanti abang yang beliin kue sama lilinnya deh"

"Bang Keinan bakal beliin balon yang banyak, nanti Reinan yang tiup"

"Dih, ngapa jadi gue. Elo lah" si mungil Reinan langsung sewot

"Kan lo adek. Jadi, lo harus nurut sama gue"

"Gue abang lo yah sat, badan gue kena angin lebih dulu dari pada lo"

"Dimana-mana yang pendek itu tuh adek"

"Gak usah ngadi-ngadi deh lo, lo gak tau aja kalo yang kakak itu emang lebih pendek daripada adek"

"Bang Kenzo dateng kan? Malam ini gak balapan kan?" Tanyanya pada Kenzo yang sedari tadi diam saja sibuk memperhatikan pertikaian si kembar

"Hmm" jawabnya singkat lalu ia beranjak dari sana begitu saja.

"Fix kesurupan nisa sabyan dia" kata Keinan yang mencoba mencairkan suasana.

"Abang marah kali yah sama adek, adek nyesel pernah bentak abang waktu itu"

"Hush, apasih dek, kan adek tau Kenzo sifatnya emang kayak gitu. Bukan berarti dia benci adek enggak, dia justru sayang banget sama adek cuman dia gak tau aja cara ngungkapinnya gimana" kata Leon menenangkan.

"Bang Leon bener dek, si Kenzo emang gitu suka kek orang kesambet"

"Sana berangkat sekolah, ini udah jam 7, entar telat mampus lo pada" Mereka berduapun berpamitan pada adiknya, sebelum pergi Keinan sempat mencium pipi sang adik singkat sedangkan Reinan mengelus kepala adiknya lembut. Tak berselang lama setelah kepergian ketiganya, kini Leon yang berpamitan untuk ke kampus tapi sebelum pergi pria itu akan menceramahi adiknya terlebih dahulu, seperti makanannya yang harus habis, obat yang harus diminum serta istirahat yang cukup. Meski ia sudah mengatakan hal itu beberapa kali membuat Syhiera sampai bosan mendengarnya.

Kini ia sendirian di kamar tempat dia dirawat. karena bangsal yang ia tempati merupakan bangsal VVIP permintaan sang kakak, jadi wajar saja kalau ia sendirian di kamar seluas itu. Merasa bosan karena tak banyak yang bisa di lakukan, ia akhirnya mengabil ponselnya lalu membuka aplikasi berwarna orange dengan tulisan huruh W ditengahnya dan mulai membaca story story yang belum sempat selesai dia baca.

Saat sedang asik membaca kata demi kata, pintu ruangan tempat dimana ia sedang dirawat itu terbuka, menampilkan sosok gagah yang terlihat sangat berwibawah dengan setelan tuxedo berwarna abu-abu gelap serta sentuhan dasi dengan motif bergaris menambah kesan elegan pada dirinya, sosok itu siapa lagi kalo bukan Ayahnya. Senyum cerah langsung terpancar dari wajah gadis itu saat melihat kedatangan sang Ayah.

"Ayah mau jenguk aku?" Katanya antusias

"Jangan terlalu percaya diri, saya kesini hanya untuk membawakan buku pelajaran kamu. Ujian tinggal 2 minggu lagi, Ayah tidak mau kamu gagal" katanya sambil meletakan beberapa tumpukan buku di atas meja dekat kasur Syhiera.

"Iya Yah, nanti aku belajar kok" setelah meletakkan buku itu, Abigail berbalik dan hendak keluar dari ruangan itu. Namun perkataan Syhiera membuat langkahnya terhenti.

"Ayah...inget gak hari ini hari apa? Hari ini adalah hari dimana Ayah pasti seneng punya aku, dulu kita sering ngerayain bareng"

"Tidak, saya tidak punya waktu untuk mengingat hal-hal semacam itu" katanya tanpa berbalik menatap sang putri.

"Ayah, hari ini aku ulang tahun. Ayah dateng kan?"

"Tidak bisa, saya sibuk kamu sama abang saja"

"Boleh gak Ayah juga ikut? Walaupun tanpa bunda, Seenggaknya Ayah ikut yah"

"Diam!!! Tutup mulut kamu! Atau kamu mau saya buat bungkam selamanya?!" Seketika ia berbalik dan menatap Putrinya tajam. Syhiera hanya terdiam di tempatnya tak tahu apa yang harus dikatakan.

"Maafin Iera kalo Iera sering bikin Ayah marah, ingetkan kata Iera waktu itu? Iera gak bakal benci sama Ayah meskipun Ayah udah nyakitin Iera"

"Kamu terlalu naif! Saya benar-benar benci dengan kamu, seharusnya kamu mati saja"

Setelah mengatakan hal tersebut pria itu langsung beranjak dari sana. Jika disuruh memilih sepertinya gadis itu akan memilih disakiti secara fisik dari pada ia harus merasakan sakit hati yang teramat luar biasa karena perkataan tajam Ayahnya yang seolah-olah tak menginginkan keberadaannya.

Sehari saja, tidak. Mungkin satu jam saja biarkan ia merasakan kembali kehangatan yang dulu pernah ia rasakan. Sesulit itukah ia mendapatkan apa yang seharusnya memang seorang anak dapatkan dari kedua orang tuanya? Apakah semua anak broken home seperti itu? Apakah mereka memang kesepian dan tak pernah diperhatikan oleh orang tuanya lagi? Kalo iya, kenapa harus kami? Apa perceraian kalian adalah kesalahan kami? Di sini yang jauh lebih terpukul adalah anak-anak, tidak bisakah kalian mengerti?.

.
.
.
.
.
.
.

Maaf yah kemarin gak sempet update😭😭🙏🏻 aku lagi gak enak badan trus pusing juga karna kerjaan yg numpuk. Ini aja aku usahain banget...kalo nanti udah ngerasa fit lagi aku bakal sering sering update.. makasih yah buat yang udah nungguin😢💕💖💕💕

Ayah, Peluk Aku Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang