Happy Reading
***
Hari ini karena terlampau bersemangatnya, aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Padahal baskara baru menampakkan silaunya beberapa menit lalu. Semua ini karena perasaan senangku untuk ke sekolah, lebih tepatnya ingin melihat reaksi murid di sekolah tentang kembalinya aku dengan Sarkara.
Bergegas aku menuju ruang makan begitu mencium masakan mama yang menguar. Pagi ini mamaku kembali menjalani rutinitasnya menyiapkan sarapan. Hari ini semuanya tampak kembali seperti kebiasaan keluargaku. Tidak ada lagi nestapa yang aku rasakan dan aku bahagia.
"Anak mama udah siap tenyata," sapa mama melihat kehadiranku.
"Iya, Ma. Genna tadi bangun jam 5."
"Sebentar ya. Makanannya sebentar lagi matang."
Aku duduk di meja makan menunggu mamaku selesai memasak. Tidak lama setelahnya papa datang. Penampilannya sudah rapi, siap untuk berangkat bekerja.
Papa langsung mencium pipiku begitu sampai, dan berlalu pergi menghampiri istrinya yang sedang memasak. Mengucapkan kalimat romantis yang membuat aku tersenyum haru.
"Ini makanan Genna," ujar mamaku membawa sepiring berisi makanan khusus.
Semenjak pulang dari rumah sakit, sesuai arahan dokter yang telah diutus Sarkara. Jadwal makanku telah disusun dan hanya boleh memakan makanan yang sudah diresepkan beserta jumlah nutrisi yang masuk.
Bersyukur walaupun makanan tersebut berbeda dari biasanya yang aku komsumsi, mulutku tetap menerimanya dengan senang hati. Itu semua karena mama mengolahnya menjadi lebih baik, sesuai seleraku.
Kami sarapan dengan khidmat setelah papa memimpin doa. Beberapa kali terdengar suara papa menggombali mama yang langsung mendapat tatapan tajam dari mama.
"Cantik ya, Na," sahut papa.
"Siapa?" tanyaku.
"Istri papa."
Setelahnya tawa papa terdengar dan mama sudah menunjukkan gelagat salah tingkah. Pada usia mereka sekarang, orang tuaku tetap menunjukkan keromantisannya. Mereka tidak lain seperti pasangan yang setiap hari sedang kasmaran. Besar harapanku untuk selalu hadir di tengah mereka. Merasakan kehangatan yang selalu orang tuaku tawarkan.
"Mama sudah siapkan bekal untuk Genna." Disodorkannya kotak bekal itu. "Jangan lupa dimakan," sambungnya.
"Mama," jedaku. "Terima kasih." Mama mengangguk penuh arti dengan mata penuh haru.
Beberapa saat mama mengantar papa sampai ke depan. Tidak seperti biasanya, papaku berangkat cukup pagi. Mungkin ada urusan yang perlu dilakukannya. Aku juga tidak mengambil pusing, seperti kata mereka tempo hari.
"Sarka juga lapar, Ma."
Aku tersentak mendengar suara Sarkara. Terlihat laki-laki itu sudah duduk di sampingku. Tangannya yang memegang piring disodorkan ke mama. Dengan telaten mama mengambilkan Sarkara nasi goreng kesukaannya. Benar, jika nasi goreng mama masih menjadi salah satu kesukaan Sarkara.
"Apa lo lihat-lihat," ketusnya.
"Kasar," timpalku.
Tatapanku mengarah ke Sarkara yang sedang makan dengan lahap. Ini satu hal yang aku sukai darinya. Walaupun terlahir dari keluarga old money tapi Sarkara tidak memandang sebelah mata makanan sederhana mamaku.
"Bekal lo," tegur Sarkara ketika aku mendahuluinya menuju pintu utama.
Kami berjalan beriringan setelah berpamitan dengan mama. Kendaraan Sarkara sudah terparkir indah di halaman rumahku. Seolah mengerti pandanganku, Sarkara berujar lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Berkisah (On Going)
Teen FictionKata mereka, Gennadiya itu terlahir dari keberuntungan. Kehidupan Genna membuat sebagian orang iri. Mulai dari orang tua yang sportif, sahabat yang selalu menjadi pelipur lara, serta pasangan hampir sempurna serupa Genna sudah memenangkan lotre. Tid...