Chapter 21 mengudara, sesuai kesepakatan kita bersama🫂
Happy reading❤️
🕊️🕊️🕊️
“Pita?”
Pras tahu saja kalau aku sudah selesai masak. Aku mematikan kompor, melepas celemek, dan segera menyahut, “Aku di dapur!”
Pras tiba dengan muka kusut dan rambut berantakan. Beberapa hari tinggal bersama, menyambutnya sepulang kerja, ini pertama kali penampilannya semengenaskan ini. “Kamu kenapa?”
Pras membalasnya dengan senyum kecut lalu menghampiriku. Dia berdiri persis di depanku, menatapku sebentar sebelum menarikku ke dalam pelukannya. Tindakan Pras yang tiba-tiba, membuatku bergeming sesaat. Apalagi mendengar suara detak jantungnya. Hingga aku mengangkat kedua tanganku, balas memeluknya dan sesekali menepuk punggungnya.
“Karena kerjaan atau karena Sandra?”
Aku bisa mendengar helaan napas beratnya di atas kepalaku. “Ini salah aku.”
Ternyata karena Sandra. “Iya, memang. Makanya sesekali dengerin adik kamu,” candaku berusaha menghiburnya.
Helaan napasnya terdengar lagi. Pras lalu mengurai pelukannya, memegang kedua bahuku, dan menatapku lurus-lurus. Oh, sepertinya Pras menganggap serius perkataanku barusan.
“Kamu tenang aja, aku bakal selesain masalah ini,” ucap Pras sungguh-sungguh.
Jujur, aku sangat ingin bertanya. Kenapa Pras selalu saja membuatku tersanjung? Entah itu kata-kata yang keluar dari mulutnya atau tindakannya. Tapi rasa-rasanya, Pras juga tidak akan tahu harus menjawab apa.
Aku menyipitkan mata. “Kok aku lebih percaya sama Bintang, ya.”
“Dia kan di bawah perintah aku, Pit.”
Tawaku menyembur mendengarnya. Rasanya seperti ada di medan perang. “Pras, denger, ya. Masalah ini sama sekali enggak bikin aku kepikiran, jadi kamu usah terlalu pusing.”
Pras ingin protes namun aku segera memotong. “Udah, mending kamu mandi terus kita makan. Aku lapar,” kataku memelas.
Mungkin karena tak tega, Pras mengangguk dan menuruti perintahku. Namun belum lama meninggalkan dapur, Pras kembali. Bajunya masih seperti sebelumnya, hanya dua kancing teratas yang terbuka. Jadi, tidak mungkin dia telah selesai mandi. “Kenapa?”
“Dari Bara,” kata Pras mengulurkan ponsel padaku. “Kayaknya penting soalnya dia nelpon terus.”
“Oh?”
Ponselku berdering lagi. Jadi, aku mengambil dan mengangkatnya. Setelah menyerahkannya padaku, Pras berbalik namun aku segera menangkap tangannya.
“Halo, Bar?” Aku mengambil dua langkah hingga berdiri saling berhadapan dengan Pras. Aku ingin dia mendengar percakapanku dengan Bara tanpa ada yang mesti dirahasiakan. Sama sepertinya yang memperlakukanku dengan baik, aku juga ingin memperlakukannya dengan baik dan tidak menghancurkan kepercayaannya.
Alis Pras terangkat. “Kenapa?” tanyanya dengan suara pelan.
Aku menjauhkan ponsel sebelum menjawab, “Jangan pergi dulu.”
“Pita, sorry gue ganggu malam-malam.”
“Iya, enggak apa-apa. Kenapa, Bar?”
“Lo tau video yang lagi viral itu?”
“Video tentang gue, ya? Gue tau.”
“Itu bener atau enggak?”
“Enggak. Gue enggak pernah rebut siapa-siapa. Perempuan yang buat video itu yang gila.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Romantisme [TAMAT]
RomancePita butuh seseorang yang bisa membantu memperbaiki ekonomi keluarganya. Dan Pras memenuhi syarat itu. Karenanya, Pita berani menerima lamaran Pras -dibanding menunggu Bara yang beberapa bulan ini dekat dengannya. Pita telah merencanakannya matang-m...