Happy reading❤️
🕊️🕊️🕊️
Membuka pintu kafe, mataku langsung menangkap punggung perempuan itu. Duduk seorang diri di ujung sana. Dengan langkah percaya diri, aku menghampirinya dan menarik kursi di depannya.
Sandra mengangkat kepalanya dari secangkir cokelat panasnya. Senyum yang tadi menghias wajah mulusnya mendadak lenyap. Alisnya bertaut lalu ia mendengus. Sikapnya berubah 180°. Sandra bersedekap, menyilang kakinya di bawah meja, dan mengangkat dagunya.
“Wow! Kejutan yang sangat tidak diharapkan.” Sandra tersenyum mengejek.
Aku membalas senyumnya kemudian meletakkan tas di kursi sebelahku. “Oh ya? Kenapa kaget? Bukannya lo yang chat suami gue.”
Sandra memelototiku geram. “Suami?”
Kalau mengingat dulu bagaimana Sandra menyerang Bintang, sebenarnya aku cukup mewanti-wanti. Menurut pengamatanku yang hanya bertemu sekali dengannya, dia adalah orang yang nekat. Emosinya cepat meledak dan bertindak tanpa berpikir panjang.
Bukan tidak mungkin dia menyerangku di sini. Meski tempat ini ramai oleh pengunjung lain. Tetapi aku berusaha menutupi rasa takutku. Aku tidak akan kalah.
“Harusnya gue yang kaget ketemu lo soalnya Pras enggak nyimpen nomor lo. Gue ke sini tanpa tau siapa yang lagi nunggu gue,” kataku tenang.
“Udah?”
“Hmm?”
“Gue mau cabut kalau lo dah selesai ngomong.”
“Bukannya lo minta ketemu?”
Sandra menyipitkan matanya menatapku lurus-lurus. “Pras,” Sandra menunjukku. “Bukan lo.”
Sandra menyambar tasnya kesal, bersiap berdiri namun aku segera menghentikannya.
“Karena itu gue di sini.”
Walau sepertinya enggan, Sandra menjatuhkan kembali tasnya. Ia membetulkan posisi duduknya dan bersedekap lagi.
“Gue minta lo berhenti gangguin Pras.”
Jujur, sedikit pun aku tidak cemburu pada Sandra. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hubungan mereka. Ditambah Pras yang tidak pernah menggubris Sandra. Semalam aku melihat semuanya. Chat yang dikirim Sandra tanpa henti sementara Pras tak pernah sekali pun membalasnya. Alih-alih cemburu, aku malah kasian.
Kuakui pada pandangan pertama, orang-orang akan mengagumi kecantikan Sandra. Pasti banyak laki-laki di luar sana yang menyukainya, sayangnya fokusnya hanya terus tertuju pada orang yang tidak tertarik padanya.
Sandra menyugar rambut panjang bergelombangnya. “Apa hak lo?”
Aku tersenyum santai. “Gue istrinya dan lo bukan siapa-siapanya.”
“Enggak!” desis Sandra. “Hubungan gue hancur gara-gara lo.”
“Enggak ada yang perlu dihancurin dari hubungan kalian. Sejak awal Pras enggak berniat menjalin hubungan serius sama lo. Sandra, lo harusnya terima fakta itu.”
Butuh kesabaran penuh menghadapi orang ini. Apa pun yang keluar dari mulutku hanya angin lalu baginya.
“Pita, lo enggak tau kedekatan gue sama Pras jadi jangan sok tau.”
“Walaupun kalian dekat, saling suka atau pacaran dimasa lalu. Itu enggak mengubah fakta kalau sekarang gue yang ada di sampingnya.”
“Lo itu serakah. Apa dua laki-laki di belakang lo enggak cukup?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Romantisme [TAMAT]
RomantizmPita butuh seseorang yang bisa membantu memperbaiki ekonomi keluarganya. Dan Pras memenuhi syarat itu. Karenanya, Pita berani menerima lamaran Pras -dibanding menunggu Bara yang beberapa bulan ini dekat dengannya. Pita telah merencanakannya matang-m...