Sesuai judul chapter kali ini dan apa yang kalian minta❤️
Happy reading
🕊️🕊️🕊️
Beberapa bulan kemudian..
“Malik, Mama minta tolong panggilin Papa di kamar,” kataku tanpa menengok dari kesibukanku membuat sarapan.
“Iya, Mah,” sahutnya lalu kudengar kaki kursi berderit dan langkah kakinya menjauh.
Tidak berapa lama, suara langkah kaki cukup ramai mendekat. Aku menoleh singkat dan melihat Bintang dengan matanya yang belum terbuka sepenuhnya, sementara Pras mengekor sambil menggendong Malik.
“Kak, ini teh buat gue, kan?”
Aku berbalik lagi lalu menjawab, “Iya.”
“Duduk di sini.” Pras sepertinya berbicara dengan Malik.
“Aku bantuin.” Tiba-tiba Pras berada di sampingku.
Aku menggeleng dan mendorongnya pelan agar sedikit menjauh. Belum lagi sebelah tangannya yang secara alami memeluk pinggangku. “Enggak usah. Ini tinggal masukin bekalnya Malik.”
“Ya udah.” Pras mendaratkan ciuman kilat di pipiku lalu bergabung bersama Bintang dan Malik di meja.
“Astaghfirullah, mata gue!” jerit Bintang di belakang sana. Setelah itu Bintang menangis yang kentara sekali dibuat-buat.
Aku menutup wadah bekal Malik dan bergabung di meja makan. Dan Bintang masih saja bersandiwara, membenamkan wajahnya di kedua tangannya yang terlipat. Pras yang duduk di hadapanku tampak tak peduli sementara Malik memandang Bintang dengan mata membulat penasaran.
“Tante kenapa nangis?” tanya Malik.
Bintang mengangkat kepalanya. “Malik, aku juga pengen punya suami.”
Malik mengernyit. “Tapi kata Papa pernah bilang Tante belum boleh punya suami.”
“Tuh dengerin,” sela Pras sambil menikmati nasi gorengnya.
Bintang tidak mengacukan kakaknya. “Kamu kok jadi mirip papamu.”
“Malik kan anaknya Papa, anaknya Mama juga.”
Jawaban Malik menarik ujung bibirku dan saat mataku melirik Pras, dia juga tersenyum bangga ke arah Malik.
“Tapi Malik lebih sayang sama Tante, kan? Tante kan sering jajanin Malik,” kata Bintang lagi.
Malik mengangguk dengan polosnya. Merasa menang, Bintang mengajak Malik bertos ria.
Kehadiran Malik di rumah ini membawa suasana baru. Rumah terasa lebih hidup dan ramai. Meja makan selalu menjadi tempat kami menghabiskan lebih banyak waktu. Dan itu hanya untuk mendengar cerita Malik tentang harinya selama di sekolah.
Bintang juga tidak kalah, seakan memang berniat menyaingi Malik. Mulai dari menceritakan pengikutnya yang terus naik secara stabil atau keluhannya karena make up yang akan direview-nya sedang sold out.
Jika mengingat beberapa bulan ke belakang, mengajak Malik untuk tinggal bersama bukanlah sesuatu yang mudah.
Pertama kali mengetahui bahwa Malik belum bertemu orangtua yang meninggalkannya, dari Kak Tiara. Dan selama dua bulan pencarian, Malik dirawat disalah satu panti asuhan. Akhirnya setelah pertimbangan panjang, aku dan Pras memutuskan bertemu Malik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simbiosis Romantisme [TAMAT]
RomancePita butuh seseorang yang bisa membantu memperbaiki ekonomi keluarganya. Dan Pras memenuhi syarat itu. Karenanya, Pita berani menerima lamaran Pras -dibanding menunggu Bara yang beberapa bulan ini dekat dengannya. Pita telah merencanakannya matang-m...