Udah Up ya?
Lagunya terserah kalian😁😂Siti benar-benar menahan gondoknya sekarang. Julian menyerahkan uang seratus ribu kepada sopir taksi dan mendorongnya masuk. Benar-benar kasar.
"Jangan pernah mempermalukan saya, walau kamu bukan istri yang saya inginkan."
"Apaan sih lo Julian. Pak buka pintunya."
Siti beberapa kali mendorong pintu taksi.
"Pak bawa dia ke alamat ini."
Mobil taksi melaju pergi. Siti mengeluarkan kepalanya menatap Julian dengan kesal.
"Sialan lo." Teriak Siti menggema diantara suara bising kendaraan yang begitu ramai. Ia benar-benar tidak peduli jika Julian adalah dosennya.
Siti mendumel kesal saat Julian berbalik pergi, masuk ke dalam caffe. Ia tak pernah merasa mempermalukan Julian. Siti benar-benar tak habis pikir dengan sikap Julian.
"Benar-benar titipan dakjal tuh orang."
"Sabar neng, itu tandanya suami sayang."
Siti membuka mulutnya tak percaya. Ia ingin membalas kalimat supir taksi ini, tapi jika itu terjadi mungkin kalimat kasar tentang sifat Julian yang akan ia keluarkan.
*
Julian yang mulanya ingin melangkah masuk, dihentikan oleh sosok Meno yang sejak tadi memperhatikan apa yang Julian lakukan, sedangkan Tania masih duduk tenang menikmati makannya di dalam.Julian ingin kembali melangkah sebelum suara Meno kembali menahan langkahnya.
"Apa yang kamu lakukan pada Siti?"
"Bukan urusan anda."
Julian kembali melangkah masuk ke dalam. Meno menatap punggung Julian yang perlahan menghilang ditelan pintu masuk. Ia harus mencari tahu dari Siti sendiri.
Entah hubungan model apa antara Siti dan Julian. Tapi, yang ia sadari pria berwajah datar itu sangat kasar.**
Siti bermalas-malasan di atas tempat tidur. Beberapa kali ia bangkit mondar-mandir memikirkan cara untuk membuat membalaskan dendamnya pada Julian.Pria sialan itu mengatakan untuk tidak ikut campur dengan urusannya.
Siti masih mendumel dalam hatinya. Ia harus bekerja dan mengumpulkan uang. Ia benci saat Julian selalu membanggakan uag untuk mengusirnya. Ia juga bisa hidup sendiri.
Siti mengerutkan keningnya. Sejenak ia berpikir dengan tingkahnya.
"Untuk apa gue ikutin Julian? Sejak kapan gue tunduk sama dia selain di kampus?"
Siti menepuk keningnya, menyadari sikap konyolnya yang uring-uringan. Dengan cepat mencari tas dan handphonenya.
Siti mengacak rambutnya mengingat tas dan handphonenya masih di caffe.
"Pria dakjal itu enak-enakkan pacaran, lalu gue di sini ngikutin perintah kurang ajarnya."
Siti terus saja mengomel sambil menuruni tangga.
"Lah, Mami, lihat deh pakaian yang Siti kenakan? Mami beli kostum buat pembantu baru?"
Siti yang baru saja sampai dianak tangga terakhir harus berhenti melangkah. Ia mendengus malas mendengar ocehan tak bermutu Puteri. Tumben gadis cengeng dan manja ini berada di rumah. Biasanya hang out bersama teman-teman segengnya.
"Enggaklah, mungkin selerah pakaiannya yang norak."
Siti bisa melihat tatapan mata mama mertuanya sedang menilai baju pelayan yang ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Bukan Milea (End)
RomanceSiti tersenyum pedih melihat Julian berlari pergi meninggalkannya di taman demi Tania, masa lalu pria itu. Hal yang membuatnya terlihat bodoh, tak bisa marah dan melarang, karena pada dasarnya ia hadir menjadi istri Julian karena perjodohan.