Bab 2. Dosen Baru

2.5K 200 16
                                    

"Ti, Siti. Syuut."

Siti berbalik menatap malas Sabrina yang terus mmemanggil, sudah seperti nyamuk yang mengitari telinga, sangat menyebalkan.

"Apa?''Tanya Siti malas. Tidak tahu saja kalau ia lagi malas bicara.

"Katanya ada dosen baru, gantiin pak Lukman yang pensiun."

Siti menatap malas, astaga cuman dosen baru. Gitu saja heboh. Seperti mau nerima uang dari pemerintah saja.

"Katanya masih mudah dan ganteng banget, baru nyelesain S2 di Amerika."

Siti menatap malas Sabrina yang begitu antusias, sepertinya bukan hanya Sabrina, tapi semua anak perempuan di kelas ini begitu antusias. Tidak tahu saja mereka, biasa yang ganteng tidak gampang diraih. Semacam bulan, hanya bisa dilihat tapi tidak bisa digapai. Keindahan seperti itu hanya dimiliki oleh perempuan yang sangat cantik. Atau lebih tepatnya kebanyakan cowok ganteng seleranya tinggi. Dosen lagi, mana mau 'sama mahasiswa? Eh, ada kok, tapi yang cantik pastinya.

Kelas mulanya ribut mendadak jadi hening.

"Perkenalkan saya Julian Wang. Saya akan menggantikan pak Lukman menempuh mata kuliah Manajemen dan Bisnis."

Siti kenal, sangat kenal. Dia Julian suaminya. Siti membuang nafas kasar, kenapa harus dia?

Mata keduanya bertemu, Julian menatap Siti tanpa ekspresi. Siti mendumel dalam hati dengan ekspresi Julian. Rasanya Julian selalu memberi ekspresi yang 'sama padanya. Ekspresi datar.

"Ikuti aturan saya, maka saya akan memberi nilai sesuai kemampuan kalian."

Kalimat itu seperti ditujukkan untuknya. Siti memasang wajah jutek, tahu saja kalau ia begok. Sekian yang Julian sampaikan. Siti heran dengan anak-anak perempuan di kelas. Biasa jika pak Lukman mengajar mereka cuman diam, main hp, atau parahnya menutup mata 'akan tidur, 'sama sepertinya. Tapi giliran Julian saja, semua pada bertanya. Tidak tahu saja mulut Julian seperti silet. Dua minggu yang lalu ia dan Julian resmi menikah. Jangan pikir ia akan merasakan pengantin baru yang bercumbu mesrah. Jawabannya tidak. Kenapa juga Julian harus menjadi dosen di kampus ini. Walau mereka menikah, ia dan Julian jarang bertukar sapa. Jangankan bertukar sapa ketemupun jarang. Sama saja seperti jomlo karatan. Siti merasa masa bodoh.

Ia akan tunjukkan ke Julian, orang bodoh yang dianggap sebelah mata 'sama keluarga mereka akan sukses. Setelah ia dan Julian menikah jangan pikir ada bulan madu. Julian ke luar negeri dan ia tidur cantik di rumah mereka. Ia menikah tapi seperti tidak menikah, dan setelah dua minggu ia baru melihat Julian.

Traaaaakkh.

Siti memekik kaget. Untung ia tidak keluarkan kata kotor, Siti cuman ngelus dada. Untung tidak ada riwayat jantung.

"Saya tidak suka ada mahasiswa yang melamun di kelas saya."

Siti menelan lsudah kasar. Sialan, Julian pasti ngamatinya. Julia memukul meja dengan buku tebal. Siti sekarang jadi pusat perhatian. Julia tahu saja jika ia melamun. Julian sangat tegas.

"Maaf pak."

Cuman itu kalimat yang bisa ia keluarkan. Jika ia membalas kalimat Julian, cari mati. Julian memang suami disurat nikah, pernikahan mereka sangat berantakkan. Bisa-bisa ia diberi nilai E.

"Saya tidak suka, jika saat saya mengsajar mahasiswa tidak ada buku paket di atas meja."

Setelah itu Julian kembali ke depan. Siti menatap sekitar, keningnya mengerut. Hanya ia yang tidak memiliki buku paket yang Julian pegang.

"Syuut, Sabrina. Kok hanya gue yang gak punya buku?"

"SITI HALIME, KELUAR SEKARANG DARI KELAS SAYA."

*

Siti Bukan Milea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang