Hallo semuanya😁 Apakabar?..
.
.
.
.
...."Kamu mau jadi pacarku?"
Siti kira kalimat itu akan menjadi kalimat pembuka yang begitu manis. Jujur saja, sebagai perempuan sejelek dirinya, ia belum pernah ditembak cowok, walaupun tampilannya terlihat urakan, ia juga perempuan.
"Apakah kalimat itu bisa buat perempuan menerima cinta?"
Ternyata penutupnya asem.
Siti masih mematung, membiarkan Pak Kenan menghabiskan kalimatnya.
"Ti, kamu kenapa?"
Siti menetralkan wajahnya yang kecut. Bukannya ia mengharapkan, tapi hampir saja ia terbawa suasana, imajinasinya saja yang terlalu liar dan berlebihan.
"Gak pak, saya specless, saya gak tahu pak. Saya gak punya pengelaman ditembak cowok."
Kalimat itu mungkin membuat pak Kenan tak enak, tapi baginya tak masalah. Ia sudah terbiasa memiliki kisah cinta menyedihkan.
"Ah, maafkan saya. Itu-"
"Gak apa-apa pak, lagian saya juga tahu kok."
Siti mengibas udara dengan tangannya. Bibirnya masih mengeluarkan tawa pelan.
"Kalau begitu saya lanjutkan pekerjaan pak."
Siti melangkah pergi sambil memegang nampan di dadanya. Emang ya kalau cowok itu suka kasih harapan, dan cewek juga sering salah paham.**
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 malam. Siti merenggangkan tubuhnya yang terasa letih. Ia bekerja keras hari ini. Kaffe juga sudah hampir sepih, tinggal beberapa pelanggan saja."Pulang sama siapa?" Siti menghentikan gerakkannya saat suara Meno terdengar.
"Sendirilah. Emang sama siapa lagi?"
Meno mendengus malas.
"Gue antar."
Siti langsung berbalik menatap Meno. Sejak kapan Meno berubah jadi baik sekali.
"Kenapa lihat gue kayak gitu?"
"Lo gak lagi gilakan? Tumben-tumbenan. Tapi gak apa-apa, gratis mah gue suka."
Meno menonyor kepala Siti pelan, ia sudah hafal tingkah Siti.
**
Siti dan Meno keluar dari caffe, langkah kaki keduanya berhenti saat melihat Julian berdiri di depan caffe."Sudah selesai pekerjaannya?"
Meno menarik Siti ke belakang tubuhnya. Sontak saja Siti menyembulkan kepalanya dari samping. Mata Siti masih syok menatap Julian, beberapa kali ia berkedip lucu, hanya untuk memastikan ia tidak bermimpi, atau sosok itu adalah setan.
"No, dia benaran si Panjul?"
"Ha, Pacul apaan?" bisik keduanya masih bisa di dengar Julian.
Julian melangkah mendekat, dengan cepat menarik tangan Siti mendekat ke arahnya.
"Siti istri saya, dan saya yang akan mengantarnya pulang."
Siti mengerutkan tangannya saat kedua pria ini memegang sebelah tangannya. Ia seperti barang dan dua orang pria ini seperti bocah.
"Saya yang akan megantarnya pulang. Sejak kapan anda menjadi suami yang baik?"
Meno menarik sebelah tangan Siti mendekat ke arahnya, tapi Julian kembali menarik tangan Siti.
"Dia istri saya."
"WOE OGEP, TANGAN GUE SAKIT."
Siti sontak menarik kedua tangannya yang hampir putus karena ditarik terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Bukan Milea (End)
RomansaSiti tersenyum pedih melihat Julian berlari pergi meninggalkannya di taman demi Tania, masa lalu pria itu. Hal yang membuatnya terlihat bodoh, tak bisa marah dan melarang, karena pada dasarnya ia hadir menjadi istri Julian karena perjodohan.