Hallo semuanya maaf baru bisa menyapa kalian. Apa kabar? Semoga kabar baik-baik ya😊
Jangan lupa banyak istirahat dan jaga kesehatan😁Siti beberapa kali melirik Julian yang sedang asyik bermain handphone. Ia merasa jenuh seharian tidur di rumah sakit. Benar, ia terbangun di rumah sakit karena demam. Anehnya, ia tak menyangka Julian yang songong mau menemaninya.
"Pak Julian gak kerja?"
Seperti biasa, kalimatnya seperti angin lalu. Benar-benar Julian brengsek.
"Cepat saja sembuh, lalu tidak merepotkan." Siti mendengus malas. Ia merasa bingung dengan setiap perubahan yang terjadi, terutama pada sikap Julian.
"Saya mau bertanya pak!" daripada mati penasaran, lalu kepikiran setiap saat Siti memilih memberanikan dirinya bertanya. Tahu jika Julian tak akan berucap, Siti tetap mengeluarkan kalimatnya.
"Kenapa bapak bilang ingin memulai hubungan dengan saya? Bapak gak lagi kerasukan jin baikkan?"
Julian sontak menatap tepat pada dua bola mata Siti. Mata Julian berpindah pada kaca jendela yang menampilkan lagit-langit, karena mereka di lantai empat rumah sakit.
Terdiam cukup lama, Julian mengeluarkan senyumnya. Siti merasa Julian memang aneh sejak kemarin. Belum lama Julian menyuruhnya tak hadir dalam kehidupan pria menyebalkan ini. Senyum Julian begitu tipis, tapi menurutnya senyum yang dipaksakan.
"Ya, kita harus memulai dari awal."
"Lalu Tania, bapak mau buang kemana?" Ia tak ingin mengharapkan cinta seorang pria, atau janji manis lagi. Luka masa lalu hanya membuat ia belajar, jika mencintai hanya membuat luka.
Julian terdiam sebentar, entah apa yang dipikirkannya. Siti masa bodoh, memilih mengambil apel di atas nakas lalu menggigitnya tanpa mengupas kulit. Ia yakin Julian nencintai Tania, pria ini sangat plin-plan.
Julian berdiri di depan jendela, membelakanginya. Dua tangan Julian dimasukan ke dalam saku celananya.
Siti mengerutkan keningnya, entah apa yang terjadi pada Julian.
"Saya harus mengikuti kemauan papa saya. Walaupun kita sama-sama tak menginginkan ini, kita sudah sama-sama dewasa untuk menyelesaikan masalah."
Siti makin menerutkan keningnya, mulutnya masih mengunyah potongan apel.
"Saya gak paham pak."
"Tania juga tak masalah. Mari kita mulai semuanya dari awal."
Siti menatap punggung Julian. Ia merasa punggung itu begitu jauh.Julian berbalik menatap Siti dengan senyum. Siti melebarkan matanya, ia rasa semakin meriang. Takut-takut jika Julian memang dirasuki jin.
🎬🎬
Siti masih diam menatap ke arah luar. Tiba-tiba saja hatinya merasa resah. Sudah tiga hari yang lalu ia keluar dari rumah sakit. Benar saja kalimat Julian, pria dakjal itu mendadak berubah. Ia kira hanya candaan, tap Julian benar-benar serius.
"Kenapa lo?"
Mendengus malas, ia menatap Geometri yang sedang asik memakan kue kering.
"Kakak lo kayaknya kerasukan kuyang. Gila."
Geometri tersedak makanannya. Sontak ia terbatuk sambil meminum teh hangat milik Siti.
"Shutt, kalau mama gue dengar bisa berabe. Emang kenapa sih?" Geometri duduk di samping Siti.
Mendengar kalimat tanya Geometri, Siti makin uring-uringan.
"Masa abang lo bilang, mau jalani hubungan dari awal sama gue, gila gak tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Bukan Milea (End)
RomanceSiti tersenyum pedih melihat Julian berlari pergi meninggalkannya di taman demi Tania, masa lalu pria itu. Hal yang membuatnya terlihat bodoh, tak bisa marah dan melarang, karena pada dasarnya ia hadir menjadi istri Julian karena perjodohan.