Bab 13 Sama-sama Tidak menginginkan

1.6K 169 16
                                    

Jangan lupa komentar dan Votenya

Asap rokok mengepul mengelilingi ruang tertutup yang penuh kerlap-kerlip lampu, bau alkohol juga tercium.

Siti beberapa kali mengomel ketika tubuhnya terhimpit atau tertabrak orang-orang yang sedang meliukkan badannya seirama musik disko yang sedang diputar.

Mata Siti menajam mencari sosok perempuan yang harus ia jaga. Puteri, adik ipar yang dakjal mirip kakaknya itu benar-benar menguji kesabarannya. Geo sedang tak di rumah, nomornya juga tak aktif. Lalu, Julian pria itu lebih tak bisa dihubungi. Terpaksa ia yang harus datang mencari Puteri. Ia harus meninggalkan pekerjaannya demi Puteri, jika tidak mertua cerewetnya itu akan terus menyindir bahkan bisa ditendang dengan segera dari rumah mewah itu.

Benar-benar minta dipites kayak kutu nih anak.

Siti tak henti-hentinya memaki Puteri, yang belum juga ia temukan. Matanya makin menyipit, meneliti sosok perempuan yang sedang berjoget dengan beberapa pria yang mengelilinginya.

Benar-benar perempuan satu ini, dengan gaun yang menampilkan belahan dada, dan paha putih mulusnya, Puteri masih joget dengan liarnya.

Mata Siti membelak melihat tubuh Puteri mulai di peluk seorang pria.

"Siapa lo?"

"Lepasin tangan lo sebelum gue potong."

Pria itu tampak tak suka, dan menghiraukan perintah Siti. Satu kali gerakkan pria itu tersungkur ke lantai. Siti segera menangkap tubuh Puteri yang sempoyongan. Benar saja dugaannya, Puteri tampak sangat mabuk.

"Lepasin brengsek. Lepasin gue."

Siti hampir saja terjatuh jika seseorang tak menahan tubuhnya.

"Tenang lo Manja. Bener-bener kayak ulat bulu."

Siti masih saja mengomel , keningnya mengerut ketika pria yang tadi menahannya, memegang tubuh Puteri.

"Mau apa lo-"
Suara Siti tampak tertelan di tenggorokannya. matanya membelak melihat Julian menopang tubuh Puteri. Wajahnya masih sama seperti wajah Sasuke dalam film Naruto, sempat ia berfikir untuk mencabik tatapan wajah tampan tapi dingin itu.

Julian pergi begitu saja setelah menatap Siti sebentar.

Siti mendengus malas. Tatapan Julian mengisyaratkan untuk pergi. Benar-benar Julian sial, dia pikir tatapan wajahnya itu bisa membuat orang paham.

Beberapa orang menatapnya takjub karena menjatuhkan seorang pria.

Siti berusaha keluar dari kerumunan yang kembali meliukkan tubuh seirama dengan musik, seakan keributan tadi tak ada artinya.

Siti menghentikan langkahnya, ia seperti melihat Tania di ujung lorong sana. Membuang nafas sejenak, Siti memilih membuang pemikirannya, kalaupun Tania, masa bodoh.

Siti melirik Julian yang memasukkan tubuh Puteri ke dalam mobil. Sepertinya gadis manja itu tertidur.

Siti mematung saat Julian menatapnya lurus seakan menguliti.

"Kenapa sih?" Siti mengerutkan keningnya bingung. Julian pikir mereka bisa berbicara dari pikiran ke pikiran. Benar-benar tak habis thinking.

"Bawa Puteri pulang." Julian melempar kunci mobil ke arah Siti dan ditangkap dengan bagus.

"Kenapa harus aku?" Siti makin mengerutkan keningnya. Ia pikir adanya pria ini bisa membuatnya tenang. Ia tak betah berurusan dengan Puteri.

"Saya masih ada urusan."

"Masih ada urusan? Saya gak habis pikir dengan pak Julian, ini adik kandung sendiri yang hampir digrepe-grepe cowok."
Julian hanya diam. Siti makin gondok, diamnya Julian hanya membuatnya marah.

Siti Bukan Milea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang