Bab 5. Menyebalkan

1.6K 174 6
                                    

Masih ada yang nunggu?

Karena terus ditatap dua pasangan itu, dari dalam mobil. Siti mengangkat tangannya lalu berpose hormat ala anak-anak tongkorongan, Julian melebarkan matanya, Siti benar-benar sangat tak sopan, lampu merah berganti hijau. Motor yang dikendarai Geometri melaju pergi.

🌷

Siti beberapa kali menguap, menunggu Geometri, sama seperti menunggu perempuan nyalon, sangat lama. Janji lamanya sejam, tau-taunya 5 jam.

Ia benar-benar mati kebosanan. Entah buku apa yang Geo cari. Tidak jauh dari rak-rak buku, Geo muncul dengan sebuah buku yang lumayan besar di tangannya.

Siti menyipitkan sebelah matanya. Saat seorang gadis berseragam SMA mengikuti dari belakang dengan wajah memerah.

Jangan-jangan Geo anu-anu sama anak orang.

Siti berprasangka buruk. Apa lagi lihat rambut anak perempuan itu aut-autan.

"Udah lama tunggu? Kita makan dulu-"

Sebelah tangan Geo ditarik kuat.
"Gak bisa begitu dong. Jelas-jelas buku itu Gue yang megang dahulu. Masa lo mau kabur gitu aja."

Siti menelan ludahnya kasar. Bocah satu ini benar-benar, mulutnya seperti bom, langsung meledak.

"Maaf ya dek. Kamu terlambat. Buku ini sudahku beli."

Siti mengerutkan keningnya. Lalu membaca judul dari buku yang Geo pegang dengan susah payah, karena Geo terus saja bergerak ditarik bocah ini.

"Yah, Gak bisa gitu dong OM."

"OM?" Geo melototi bocah berseragam SMA itu tak terima.

'Cinta Terlarang.'

Astagajin.

Siti menepuk dahinya pelan. Ternyata buku yang mereka perebutkan adalah Novel romansa dewasa dengan kover membangongkan.

"Gi, udah aaah, biarin aja. Malu dilihatin orang."

Siti menatap perempuan dengan rambut Gulali yang mulai membujuk temannya pergi.
Siti kembali menatap perempuan dengan tag name, Grilen Maradewa.

Siti membuang nafas berat. Kantuknya mendadak hilang karena perdebatan dua orang yang sama-sama belum dewasa. Bukanya ia sok dewasa, tapi baginya dua-duanya sama-sama bersifat kekanakan, yang doyan bacah novel romansa.

"Lagian ya dek. Kamu itu masih kecil. Ngapain baca yang dewasa-dewasa gini. Kamu dari sekolah mana? Biar aku laporin."

"Laporin aja. Sekolahnya bapak gue."
Ketus Grilen, langsung ditarik pergi temannya.

Buset, keren banget.
Siti mendadak kagum dengan sifat gadis remaja ini, padahal di matanya Geo sangat tampan, biasanya para perempuan akan salah tingkah, tapi tak mempan ketampanan Geo di mata remaja perempuan itu.

"Hah, anak remaja zaman sekarang!" rutuk Geo kesal.

"Gila gak sih, itu bocah?"
Siti menggeleng pelan. Menurunya Geo juga gila.

Siti mengambil novel yang Geo rebutkan.

"Lo, ngapain rebutin novel sama perempuan kayak bocah."

"Lah, gue udah dewasa, dia aja yang masih bocah."

Siti sejenak tahu, jika Geo sangat bawel dan tak mau kalah. Siti mengembalikan novel itu dengan ogah-ogahan, lalu berlalu pergi. Ia benar-benar kesal, waktu yang harusnya dipakai untuk tidur, harus dilewatkan untuk menunggu Geo memperebutkan novel, seperti memperebutkan minyak. Sejenak ia menyesal telah mengagumi Geometri.

Siti Bukan Milea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang