Bab 22. Mulai dari Awal

1.4K 119 5
                                    

Sekian lama baru kembali Update. Makasih yang udah nunggu. Jangan lupa Vote dan Komentarnya
.
.
.
.
.
.

Siti menuang air ke dalam gelas mertuanya, sesekali melirik Julian yang juga curi-curi pandang padanya.

"Astaga Ti, kerasukan kamu huh?"

Siti meletakan teko lalu melototi gaun mertuanya yang telah basa.

"Maaf ma. Siti gak sengaja." Biasanya dia akan merasa bodoh, tapi sekarang merasa malu pada Julian. Ternyata jatuh cinta memang bisa buat orang tak waras.
Julian pria itu hanya tersenyum kecil lalu kembali fokus melihat handphonenya. Sedangkan sang mertua hanya menatapnya dengan kesal. Tidak peduli tatapan mertuanya, Siti kembali mencuri pandang dengan Julian, lalu ia kembali tersenyum.

**
Siti merasa hari ini adalah hari yang indah. Ia yang dulunya akan makan di belakang bersama para pembatu, pagi ini ibu mertua menerimanya dengan senang hati, walau ia membuat kesalahan. Puteripun jarang merengek seperti bayi karena kehadirannya. Awal yang baik untuk membangun lembar kehidupan baru.

Julian mengetuk stir mobilnya. Detik terus bergulir menjadi menit.

"Apa kamu tak ingin turun?"
Siti tersadar dari lamunanya. Menoleh ke arah Julian yang sedang menatapnya aneh, Siti berdehem sebentar, lalu turun dari mobil. Siti sedikit cemberut saat Julian pergi begitu saja, bukankah harusnya mereka beromantis dulu. Menggeleng pelan mengusir pemikiran gilanya, Siti mulai melangkah dari halte menuju ke kampus yang tidak jauh dari ia berdiri. Ia dan Julian sepakat untuk tidak mengumbar hubungan pernikahan mereka.

Baru saja melangkah, motor ninja Gavin lewat, dan yang membuat ia syok adalah perempuan dibonceng Gavin. Sabrina turun dengan wajah kusut. Gavin sejenak melirik Siti, tapi dibalas cuek bebek. Setelah Gavin pergi, Siti menoleh ke arah Sabrina yang cemberut.

"Ti, lo tahu gak? Gue minggu depan bakal nikah. Hiks, tolongin gue."

Sabrina menarik Siti dengan wajah hampir menangis. Mendengus pelan, Siti mencoba menenangkan Sabrina. Bagaimanapun Sabrina adalah sahabat baiknya. Ia sudah mencoba membantu, tapi nihil, Gavin mengenalnya.

"Tenang Sab, yang gue tahu, Gavin itu dulunya tunangan Naura."

Sabrina melepaskan ujung baju Siti. Matanya memicing penuh kecurigaan pada Siti.

"Janga bilang cinta pertama lo adalah Gavin?"

Siti membelakkan matanya, lalu sadar jika Sabrina gadis pintar, dan tahu jika Naura adalah sepupunya, ia sering menceritakan pada Sabrina walau tidak semuanya.

Siti mengibaskan tangannya ke udara, mencoba membuat Sabrina untuk tidak membahas tentang cinta remajanya.

"Ti, siapa tahu Gavin mau batalkan kalau lo yang bujuk."

Siti ingin memasukkan Sabrina ke selokan samping mereka berdiri.

"Gila lo. Gak, pokoknya enggak. Lo tahukan, seberapa gue pengen lupain kisah lama itu?!"

Siti melangkah menelusuri trotoar, membiarkan Sabrina merengek sambil mengejarnya.

"Ti, tapi gue cintanya sama Geo. Gue maunya nikah sama Geometri."

Sabrina merasa frustasi. Siti menghentikan langkahnya. Ia ikut frustasi dengan kisah cinta mereka.

"Kalau lo segitu suka sama Geometri, ya uda beritahu dia. Kalau dia juga balas perasaan lo, ya udah sama-sama berjuang."

Siti pikir hanya itu saran yang bisa ia berikan. Toh, kisah cintanya juga sudah membuatnya frustasi. Ia baru saja menikmati indanya membuka lembaran baru.

Siti Bukan Milea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang