Siti beberapa kali menghembuskan nafas berat. Langit sore yang indah dari atas lantai 2 caffe milik Meno, bahkan begitu menakutkan jika berganti gelap.
"Lo yakin gak mau pulang?"
Meno mengangkat sebelah alisnya, rasa bingung dan penasaran masih tergambar pada kening yang masih mengerut.
Siti tak peduli pada teguran Meno. Ia masih fokus menatap langit, dengan pikiran yang terbang kemana-mana. Tadi siang, saat ia bertemu Julian di kampus, refleks ia kabur. Jujur saja, ia belum bisa menerima kenyataan. Bagaimana bisa ia tidur dengab Julian? Bukankah ini terlalu cepat dan dramatis? Lalu sejak kapan ia seperti merasa tak masalah ditiduri Julian. Pemikiran gila ini yang membuat ia makin stres.
"Kenapa Ti, ada masalah cerita lah. Minimal gue gak kahwatir lo gila nantiny."
"Gue benaran udah gila No."
"Astaga, lo beneran gila Ti?"
Siti melirik kesal ke arah Meno. Pria yang beberapa bulan patah hati itu, hanya terkekeh pelan. Sempat-sempatnya Meno mengisenginya.
"Permisi Bos, ada tamu!"
"Siti, pulang!" Megan syok, ia tak habis pikir sifat dari pria tampan di sebelahnya.
Siti dan Meno juga terkejut dengan kehadirang jelangkung satu ini.
"Megan, kenapa kamu bawa jelangkung masuk? Segera bawa pulang dia!" Seru Meno tak terbantahkan.
Kedua pria tampan itu sama-sama saling tatap dengan tak bersahabat. Megan merasa pening. Sedang Siti masih syok, Julian benar-benar serius ingin memulai hubungan baru dengannya. Haruskah ia senang? Atau ia abaikan? Hati dan pikiranya tak sejalan."Saya datang menjemput istri saya. Apa kamu memang pria yang suka menyembunyikan istri orang?"
Meno melebarkan matanya, sedangkan Julian tak peduli dengan kalimat kasarnya. Langkah kaki yang panjang, membuat ia begitu cepat di hadapan Siti untuk menarik istrinya pulang.
Siti meringis pelan ketika dua tanganya sama-sama ditarik.
"Jangan kasar pada Siti. Sebelum kamu, dia dan aku seperti keluarga."
Julian menatap tajam ke arah Meno.
"Hanya seperti, tapi aku suaminya."
Julia makin menarik tangan Siti kuat. Siti merasa kedua tangannya akan putus."Lepas bego. Tangan gue hampir putus njir."
Julian melebarkan matanya, ia tak menyangka kalimat kasar itu akan Siti keluarkan. Sedangkan Meno masa bodoh karena sudah terbiasa.
Siti makin meringis saat Julian menariknya dengan kasar menuruni tangga.
"Julian, tangan gue bisa putus."
Dikacangin adalah kebiasaan yang sering ia dapati dari Julian. Seperti yang ia duga, Julian benar-benar mendorongnya masuk ke dalam mobil dengan kasar.
"Gila lo, kalau tangan gue putus gimana? Gue bukan anjing yang lo
ditarik sesuka lo, malah ada anjing yang diperlakukan dengan baik!" Omel Siti begitu kesal. Melihat Julian tak ada respon, membuat Siti makin kesal. Ia mencoba untuk membuka pintu mobil dan turun. Tapi, dengan cepat Julian menarik tanganya."Bajing-"
Kalimat Siti tenggelam dengan ciuman kasar dari Julian. Mencoba memberontak, Julian bahkan tak peduli.Tubuh Siti mematung, matanya bahkan tak berkedip sama sekali. Julian hanya menarik sudut bibirnya, tersenyum penuh makna.
"Jika seperti ini, kamu terlihat lebih baik."
Mobil Julian melaju pergi meninggalkan halaman caffe. Meno hanya menatap datar dari atas lantai dua ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Bukan Milea (End)
RomanceSiti tersenyum pedih melihat Julian berlari pergi meninggalkannya di taman demi Tania, masa lalu pria itu. Hal yang membuatnya terlihat bodoh, tak bisa marah dan melarang, karena pada dasarnya ia hadir menjadi istri Julian karena perjodohan.