07. TUAN MUDA GEN & ATURANNYA

40 26 11
                                    

Empat setengah jam kemudian

Amel tengah mengobrol dengan sang pacar via panggilan video aplikasi chating hijau ketika pintu kamarnya diketuk Lastri dari luar.

Begitu Lastri mengungkapkan maksud kedatangannya, Amel terpaksa mengakhiri obrolannya dengan Galang. Ia lekas membuka pintu tanpa terlebih dahulu mengganti hoodie biru muda beserta rok selutut berwarna senada dengan seragam maid. Seperti yang Lastri minta.

Ketika pintu sudah terbuka, tak hanya Lastri yang berdiri di depan pintu kamarnya, melainkan ada seorang security dan seorang cowok jangkung berjaket cekolat dengan ritsleting terbuka. Cowok jangkung itu berdiri di tengah, diapit Lastri dan si security.

Empat kata berikut yang mungkin bisa menggambarkan deskripsi singkat si cowok jangkung.

Ganteng! Seganteng di fotonya! Amel memekik dalam hati.

Cowok jangkung di depan Amel memang masuk kategori cogan, alias cowok ganteng. Tak kalah tampan dengan Galang. Hanya saja si cowok jangkung ini lebih tinggi dibanding pacarnya. Mungkin berbeda satu kilan.

Ia juga bernetra kecokelatan. Tak seperti Galang yang bernetra hitam.

Ehem!

Amel mengerjap saat si cowok jangkung berdeham. Ia segera mengalih pandang dengan menatap sepatu si cowok jangkung.

Cowok jangkung itu mengulurkan tangan kanannya ke depan Amel. "Mungkin lo sudah mengenal gue dari mama, karena mama juga gue sudah mengenal lo, tapi nggak ada salahnya berkenalan lagi, kan?"

Amel mendongak, mendapati si cowok jangkung tengah tersenyum simpul. Cowok ini ramah. Nggak kayak adiknya.

"Jadi, salam kenal, nama gue Wisanggeni. Panggil aja Gen atau Geni."

Amel ragu sesaat sebelum menjabat tangan Wisanggeni. "Salam kenal juga, Tuan Muda Gen."

Gadis itu cepat mengakhiri jabat tangannya dengan Wisanggeni saat netra hitamnya menangkap kedatangan sosok Hana berbaju tidur putih bermotif salah satu karakter animasi My Little Pony berwarna pink.

Amel pernah beberapa kali menonton animasi itu ketika berkunjung ke rumah Desi. Tepatnya ketika si adik gadis penyuka twintail itu memintanya untuk menonton bersama. Alhasil ia mengenal karakter poni yang identik dengan pesta tersebut.

Malam ini hanya pakaian Hana saja yang berubah, sementara ekspresinya tetap datar. Ia bahkan tidak menyunggingkan senyum untuk sang kakak.

"Kenapa kamu kemari? Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk menunggu di mobil?" tanya Wisanggeni.

Hana menatap datar cowok jangkung di depannya. "Emang aku nggak boleh kemari?"

Belum sempat Wisanggeni membalas, Hana kembali bersuara. "Mama memintaku mengingatkan Kakak agar tidak lupa untuk makan di sini terlebih dahulu sebelum pergi."

"Aku nggak lupa, kok, tapi masih ada sesuatu yang harus aku selesaikan dulu." Wisanggeni kembali beralih pada Amel. "Segera kemasi barang-barang lo. Malam ini juga lo pindah ke rumah gue."

"Eh!? Tapi, Tuan Muda, pelatihan saya masih belum selesai. Kata oma, saya harus berlatih minimal selama tiga hari sebelum benar-benar bekerja sebagai ART."

"Lo bisa lanjut di rumah gue. Gue udah mendapat izin mama dan oma. Nanti gue yang menggantikan bi Lastri sebagai mentor." Wisanggeni lantas beralih pada security yang datang bersamanya. "Setelah dia selesai berkemas, tolong bawakan barang-barangnya dan simpan di bagasi mobilku."

KETIKA ORKAY JADI ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang