11. MELANGGAR ATURAN

33 29 42
                                    

Jika biasanya setelah makan malam Amel langsung ke kamar untuk menonton televisi atau bermain smartphone, maka sekarang gadis itu tengah di dapur membersihkan peralatan makan.

Tiba-tiba Wisanggeni memanggil dari ambang pintu, mengalihkan perhatian gadis ber-hoodie pink dengan rok selutut berwarna putih itu dari kegiatan mencuci piring.

"Gue sama Hana mau kerja dulu. Lo baik-baik di rumah. Inget, jangan ke mana-mana!"

Mendengar nama Hana disebut, Amel tertegun sesaat. "Nona Hana ikut kerja?"

"Iya. Setiap malam Minggu, Hana selalu menjadi partner kerja gue," jawab Wisanggeni, lantas berlalu menjauhi dapur.

Sungguh sebuah fakta yang kembali menampar Amel. Nggak nyangka gue, ternyata Hana juga mau kerja sebagai karyawan lepas di sebuah alfamaret.

Sesaat kemudian, ia kembali membatin, Tapi, para pelanggan alfamaret itu nggak pada kapok buat datang lagi karena wajah datarnya, kan?

*****

Dari ruang keluarga, Amel mampu mendengar deru mobil. Asalnya dari luar.

Iseng. Gadis itu berlalu menuju teras, mendapati BMW M3 warna merah marun milik Wisanggeni siap berkendara dengan sepasang remaja duduk di kursi depan.

Karena posisi mobil menghadap rumah, Amel dapat melihat wajah sepasang remaja tersebut. Pergi kerja dengan mobil sebagus itu? Sebenarnya mereka mau kerja atau mau pamer, sih?

Kepala Wisanggeni menyembul setelah terlebih dahulu menurunkan kaca pintu depan sebelah kanan.

Ia mengingatkan Amel agar tidak lupa untuk mengunci pintu, lantas memasukkan kepalanya ke mobil dan menaikkan jendela setelah mendapat jawaban dari Amel.

Dengan hati-hati, Wisanggeni memundurkan mobil. Setelah seluruh badan mobil berada di jalanan kompleks, cowok jangkung itu membunyikan klakson sekali untuk menyahut seruan Amel yang memintanya berhati-hati, sebelum memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Sepeninggal kedua majikan mudanya, Amel berkutat pada smartphone yang sedari tadi ia bawa. Mengirim pesan pada sang kekasih.

'Aku bentar lagi otw. Kamu tunggu aja agak jauh dari gerbang kompleks. Nggak perlu jemput!'
18.28

'Bagus, deh. Kirain harus nunggu setengah jam lagi, tapi kalo pun harus nunggu lagi juga nggak apa-apa, kok. Jangankan setengah jam, demi kamu, ampe kiamat juga aku rela.'
18.28

Amel hanya terkekeh membaca pesan balasan Galang. Setelah sesaat berbalas pesan dengan sang kekasih, ia masuk ke rumah untuk mempersiapkan diri sebelum malam mingguan.

*****

Dari Kirana, Amel tahu jam pulang kerja Wisanggeni sebagai karyawan lepas di sebuah alfamaret.

Karena Hana juga bekerja dengan Wisanggeni, ia memperkirakan gadis berponi itu akan pulang bersama sang kakak tengah malam nanti.

Alhasil Amel memilih untuk tidak terburu-buru. Setelah memesan ojol---sengaja, agar tidak menjadi buah bibir tetangga karena melihatnya pergi dengan cowok di malam hari---Amel mandi, lantas mengganti pakaiannya dengan sweter putih bergambar kartun beruang cokelat dengan terusan rok selutut berwarna senada.

Tak lupa berdandan dengan riasan cukup sederhana, juga menyemprotkan parfum beraroma vanila.

Terakhir Amel menyiapkan sling bag berwarna krem untuk membawa bedak, lipstik, dompet, earphone nirkabel, dan smartphone.

Tepat saat gadis itu membuka pintu kamar, smartphone-nya bergetar panjang disertai nada dering. Ternyata ojol pesanannya sudah tiba di depan rumah.

*****

Cowok berjaket abu-abu dengan dalaman kaus senada dan bawahan jin hitam itu tengah bermain game pada smartphone ketika kaca mobilnya diketuk dari luar.

Ia mengalih pandang ke samping. Tersenyum, lantas cepat membuka pintu.

Amel---si pengetuk kaca mobil---balas tersenyum kecil, tak enak hati. "Maaf, ya, bikin kamu nunggu lama."

Galang menggeleng. "Bukannya aku udah bilang, demi kamu, nunggu ampe kiamat juga aku rela."

Lagi-lagi Amel hanya terkekeh menanggapi gombalan Galang yang cenderung garing. "Daripada kamu gombal mulu, mending bukain pintu buat aku," pintanya yang langsung ditunaikan oleh sang pacar.

Galang membuka pintu depan sebelah kiri. Tangan kanannya yang bebas lalu mengayun ke arah pintu yang terbuka. "Silakan masuk, Princess."

Kembali Amel terkekeh, tapi kali ini dengan wajah sedikit merona. Ia lantas masuk ke mobil.

Begitu Amel selesai memasang sabuk keselamatan, sedan hitam milik Galang mulai berlalu, mengantar sepasang kekasih yang asyik mengobrol sembari bersenda gurau.

*****

Kafe Moga Jodoh---atau yang akrab dikenal dengan nama Kamojo---ialah satu dari sepuluh kafe terfavorit di Bandung.

Bukan hanya namanya yang unik, peraturannya pun demikian.

Di Kamojo, satu meja minimal harus diisi satu cowok dan satu cewek. Akan tetapi, peraturan ini bersifat fleksibel.

Artinya, peraturan ini berlaku tergantung persetujuan kedua belah pihak. Jika ada yang enggan duduk bersama, maka mereka tidak akan dipaksa. Hanya saja harga makanan dan minuman yang dipesan akan sedikit lebih mahal.

Di kafe ini juga disediakan layanan konsultasi bagi mereka yang kesusahan menjalani hubungan asmara, juga bagi mereka yang gagal dalam berasmara.

Juga disediakan lantai khusus bagi pasangan yang ingin berkencan dengan suasana romantis sembari melihat indahnya langit malam.

*****

"Kita sampai," ucap Galang saat mobilnya melewati gerbang Kamojo, berlalu menuju parkiran mobil yang berada di samping gedung kafe.

Netra Amel yang awalnya mengedar pandang, terfokus pada sebuah mobil berwarna merah yang parkir di depan gedung kafe. Ia merasa mobil tersebut ialah mobil milik Wisanggeni saking miripnya.

Namun, Amel menepis benaknya sendiri. Paling cuma mirip. Lagian buat apa Wisanggeni kemari? Nge-date sama Hana gitu?

Amel menoleh ketika pintu di sampingnya terbuka. Ternyata Galang sudah turun dari mobil. Ia juga yang membukakan pintu untuk Amel.

Ketika Amel hendak turun dari mobil, tangan kanan Galang tiba-tiba terulur padanya. "Aku bantu, biar kamu nggak jatuh."

"Emangnya aku anak kecil?" ucap Amel dengan wajah dibuat cemberut. Akan tetapi, ekspresinya cepat berubah.

Dengan semburat merah terlukis di wajah, gadis itu menerima uluran tangan Galang sebelum berlalu bersama menuju kafe dengan tangan saling bertaut.

_________________

Minggu, 29 Mei 2022

KETIKA ORKAY JADI ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang