04. BERTEMU MAJIKAN ( 2 )

71 50 110
                                    

"Kamu pasti Karamel, putri tunggal Kanya dan Alfa," ucap si wanita bergaun ungu begitu Amel duduk di sofa panjang lain setelah ia mempersilakan gadis itu duduk.

Amel tersenyum gugup. "Iya, Tan---maksud saya, Nyonya."

Wanita bergaun ungu itu balas tersenyum. "Panggil tante juga boleh."

Amel menggeleng. "Saya nggak enak memanggil majikan sendiri dengan panggilan tante."

"Terserah kamu," balas si wanita bergaun ungu. "Ngomong-ngomong, kedua orang tuamu mana?"

"Mama dan papa udah pulang, Nyonya. Mereka hanya mengantar saya saja. Oh iya, papa berpesan agar Nyonya menjaga saya," jawab Amel tak lupa menyampaikan pesan sang ayah, menggantikan maid yang seharusnya menyampaikan pesan tersebut pada sang majikan.

Maid itu sendiri pergi ke dapur sesuai perintah si wanita bergaun ungu.

"Tanpa perlu papamu ingatkan pun kami pasti menjagamu seperti menjaga keluarga sendiri," sahut si wanita bergaun merah. Ia lalu meminta Amel untuk memanggilnya oma dengan nada tegas.

Amel hanya mengangguk, mengiyakan saja permintaan wanita tersebut.

*****

Kini Amel sudah mengenal wanita bergaun ungu dan wanita bergaun merah setelah perkenalan singkat keduanya.

Wanita bergaun ungu itu bernama Kirana, istri seorang pengusaha yang masuk daftar sepuluh orang terkaya di Indonesia. Entah apa nama perusahaan suaminya, bergerak di bidang apa, dan berada di peringkat berapa karena ia tidak memberitahu Amel.

Wanita bergaun ungu itu justru meminta Amel untuk mencari tahu sendiri di Google.

Suami Kirana 'lah yang merupakan sahabat Papa Amel.

Sementara si wanita bergaun merah bernama Wulan, ibu dari suami Kirana. Wanita penyuka warna merah dan red rose itu juga merupakan seorang desainer pakaian sekaligus pemilik Butik Rose yang terkenal di Kota Bandung, Jakarta, dan kota-kota besar lain di pulau Jawa.

Amel terkejut mengetahui hal tersebut. Gadis itu tak menyangka bisa bertemu dengan pemilik butik favoritnya.

Tak mau kalah, Kirana mengungkap identitasnya sebagai pemilik salah satu salon ternama di Bandung. Namun, reaksi Amel tidak se-wow saat mengetahui Wulan adalah pemilik Butik Rose, membuat wanita bergaun ungu itu menggembungkan sebelah pipi.

Kirana berdeham, menarik atensi Amel dari Wulan sebelum kembali bersuara. "Karena kamu ada di sini sekarang, kamu pasti udah mengetahui perihal hutang itu dan menerima tawaran suami Tante untuk menjadi ART selama setahun ... tanpa dibayar."

Amel hanya tersenyum. Ia sudah mengetahui perihal dirinya akan bekerja gratis selama setahun dari sang ibu kemarin.

"Meski begitu, kamu tetap akan mendapat uang saku harian." Perkataan Kirana membuat senyum Amel semakin lebar.

Gadis itu menatap Kirana berbinar. "Berapa, Nyonya?"

"100 ribu per hari," jawab Kirana.

Seketika senyum Amel luntur. Binar pada kedua matanya pun lenyap. Ia terlalu banyak berharap. 100 ribu buat apa coba?

Kirana tersenyum melihat respon Amel. "Apa kamu pikir Tante pelit?"

Amel cepat menggeleng sebelum berkata, "Terima kasih untuk uang sakunya, Nyonya." Khawatir sang majikan tersinggung dan berubah pikiran. Atau yang terburuk, tak jadi menerimanya sebagai ART.

"Kami tidak sepelit itu, Amel."

Amel menoleh ke sumber suara, mendapati Wulan tengah tersenyum kepadanya.

Wanita bergaun merah itu kembali bersuara. "Asal kamu tahu, kami menggajimu satu juta per hari. Tidak seperti ART lain yang bekerja pada kami yang kami gaji enam juta per bulan."

Amel tertegun. Itu berarti, total gaji gue selama setahun adalah 365 juta!?

"Kamu bisa menghitung berapa gajimu selama setahun, kan?" Amel hanya mengangguk menjawab pertanyaan Wulan. "Berterima kasihlah pada papamu. Jika dulu dia tidak menyelamatkan nyawa anak semata wayang Oma, kami tidak akan bermurah hati kepadamu."

"Selain itu, kami juga berencana membiayaimu di SMA Galaksi hingga lulus dan ingin membahas perihal kepindahanmu ke sekolah tersebut dengan kedua orang tuamu," tambah Kirana.

"Membiayai saya di SMA Galaksi?" Amel membeo, memastikan pendengarannya tidak bermasalah. Ia tahu, SMA Galaksi ialah satu dari lima SMA swasta terfavorit di pulau Jawa dan tak kalah bergengsi dengan sekolah lamanya, SMA Cakra Buana.

Tentu biaya di sekolah itu juga tak kalah mahal dengan biaya di SMA Cakra Buana.

"Iya, Amel" jawab Kirana. "Ini juga salah satu bentuk terima kasih kami kepada papamu."

"Nyonya nggak sedang bercanda, kan? Nggak sedang membohongi saya, kan?" tanya Amel tak ingin gembira terlalu awal.

Kirana tersenyum sebelum menjawab, "Tante tidak sedang bercanda dan tidak sedang membohongi kamu, Amel."

Sejenak Amel menatap lekat-lekat sepasang mata indah Kirana sebelum berlalu menuju wanita bergaun ungu tersebut. Gadis itu tiba-tiba menerjang Kirana, memberinya pelukan sembari berulang kali mengucap terima kasih.

Kirana sempat terkejut, tapi tidak memberi perlawanan. Ia hanya membiarkan Amel memeluk dirinya.

Sadar apa yang ia lakukan, Amel segera melepas pelukannya dan meminta maaf pada Kirana sembari sedikit membungkuk.

Kembali Kirana menyunggingkan senyum melihat tingkah Amel. "Jangan lupa untuk berterima kasih kepada Nyonya Besar."

Amel mengangguk, membalikkan badannya ke samping, menghadap Wulan. Ia lalu berterima kasih sambil sedikit menunduk, tak berani bertindak lancang lagi.

Wulan juga dibuat tersenyum melihat tingkah Amel. "Sudah cukup ucapan terima kasihmu. Sekarang kamu kembali duduk sana."

Amel menurut. Ia kembali menegakkan tubuhnya sebelum kembali duduk di sofa panjang menghadap timur.

"Kamu bisa memasak?" tanya Wulan.

Dengan ragu, Amel menggeleng pelan. Gadis itu bahkan tidak pernah memegang kompor atau peralatan masak lain, apalagi memasak.

"Lalu, apa pekerjaan rumah yang biasa kamu kerja, kan?" Wulan bertanya lagi.

Amel menunduk sebelum menjawab, "Saya nggak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, Oma."

"Sudah Oma duga." Ucapan Wulan membuat Amel harap-harap cemas.

Wulan bangkit dari sofa, berjalan menuju Kirana, dan mengambil seragam maid yang masih terbungkus plastik yang sedari tadi tergeletak di samping sang menantu.

Kemudian Wulan berlalu menuju Amel yang masih menunduk.

"Ini untukmu."

Amel menatap seragam maid di depannya. Ia lalu mendongak dan mendapati Wulan tengah tersenyum simpul.

"Segera pergi ke kamarmu di paviliun dan pakai seragam maid ini. Setelah itu, kamu akan menjalani pelatihan sebagai ART sebelum mulai bekerja."

________________________

Sabtu, 26 Maret 2022

KETIKA ORKAY JADI ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang