"Rame banget," ucap Amel. Ia dan Galang baru sampai di depan teras kafe.
Mereka dapat melihat suasana Kamojo yang sudah sangat ramai melalui pintu yang terbuka. Bukan hanya ramai oleh para pengunjung, melainkan juga ramai oleh band yang tengah manggung.
Di lantai dasar memang terdapat sebuah panggung. Disediakan untuk beberapa musisi lokal yang dipekerjakan oleh pihak kafe untuk tampil menghibur para pengunjung setiap malam Minggu.
"Apa masih ada meja kosong? Aku nggak mau kalo disuruh gabung sama orang lain."
"Nggak usah khawatir. Meja buat kita udah disediakan di lantai dua."
Amel menoleh, memberi tatapan bingung pada Galang. "Bukannya kita harus pesen jauh-jauh hari agar bisa mendapat meja di lantai dua?"
"Nanti aku jelasin. Sekarang kita masuk dulu, yuk!"
Amel menurut. Mereka lantas masuk ke kafe dengan tangan masih saling bertaut.
*****
Ketika tengah menapak anak tangga menuju lantai satu, band yang tengah manggung baru saja menyelesaikan lagunya. Band itu berterima kasih kepada para penonton sebelum digantikan oleh seorang MC laki-laki.
Sementara band tersebut masuk ke ruangan yang tidak jauh dari panggung.
"Penampilan berikutnya, mari kita sambut ... The Mask!" Para penonton sontak bersorak.
Penasaran, Amel menoleh ke arah panggung tanpa menghentikan langkah.
Dari ruangan yang sama, keluar dua orang bertopeng pesta. Seorang perempuan berponi mengenakan gaun selutut berwarna pink dengan bawahan mengembang dan seorang lelaki jangkung bersetelan kemeja hitam berlengan pendek yang diduga sebagai gitaris lantaran membawa sebuah gitar.
Kening Amel berkerut, merasa tak asing dengan kedua orang tersebut.
Ketika hendak menapaki anak tangga terakhir, ia tersandung. Beruntung ada Galang yang sigap menolong sebelum tubuhnya benar-benar terjatuh. "Jangan meleng! Kalo jatuh gimana!?"
"Maaf," jawab Amel lirih. Bersama sang pacar, ia kembali melanjutkan langkah. Melewati sebuah pintu untuk menuju ruang terindah di Kamojo.
Tanpa sepengetahuan sepasang kekasih itu, sang gitaris tengah menatap mereka nanar. Kenapa cewek itu ada di sini? Lalu, cowok itu siapa? Apa pacarnya?
"Kak!" Panggilan si gadis bergaun pink berhasil menarik atensi sang gitaris. "Ayo! Jangan membuat para penonton menunggu lama."
"Ah, iya, maaf," jawab sang gitaris lantas menapaki anak tangga panggung, menyusul si gadis bergaun pink yang sudah berada di panggung.
*****
Jika lantai dasar ramai oleh para pengunjung dan musisi lokal, juga terang oleh cahaya lampu, maka lantai satu sebaliknya.
Meski setiap meja terisi oleh sepasang kekasih atau suami istri, suasana lantai satu terkesan tenang dan romantis oleh cahaya lilin di tengah meja serta alunan merdu dari biola.
Jangan lupakan juga nilai plus dari lantai satu, yaitu keindahan langit malam buatan dengan bintang-bintang buatan yang berkelip-kelip.
Ini kedua kali Amel menikmati keindahan "Langit Malam" Kamojo.
Setahun lalu, ia dan Galang pernah pergi ke "Langit Malam" Kamojo untuk merayakan anniversary hubungan spesial mereka yang pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA ORKAY JADI ART
Fiksi RemajaMenjadi ART? Karamel tak pernah membayangkan hal itu sebelumnya. Namun, siapa sangka, gadis yang akrab disapa Amel itu sungguh menjadi ART demi melunasi hutang orang tuanya. Entah apakah ia akan betah, atau justru menyerah di tengah jalan. _________...