14. AKHIR PEKAN PERTAMA SEBAGAI ART

31 26 28
                                    

Di akhir pekan, biasanya Amel akan bersantai, lalu menjelang siang berkencan dengan Galang atau shopping dengan ketiga sahabatnya.

Namun, itu dulu, sebelum ia bekerja sebagai ART.

Akhir pekan kali ini, Amel akan sangat sibuk. Ia harus mencuci pakaian---pekerjaan yang tak sempat dikerjakan kemarin karena harus pelatihan---dan bersih-bersih rumah.

Selesai mencuci piring, Amel bersiap mencuci pakaian. Baik milik Wisanggeni, Hana, dan dirinya.

Beruntung ada mesin cuci, jadi gadis itu tak perlu mencuci dengan cara tradisional.

Tak terbayang jika Amel harus mencuci pakaian dengan tangan, mungkin pekerjaannya tidak akan beres karena terlalu banyak mengeluh.

*****

Saat ini, Amel tengah berada di halaman belakang---sedang menjemur pakaian ketika smartphone-nya bergetar panjang disertai nada dering.

Ia merogoh saku hoodie pink-nya, mendapati panggilan telepon dari Galang.

Tanpa melepas earphone nirkabel di telinga kiri---sedari tadi, telinga kiri gadis itu tersumbat earphone nirkabel yang digunakan untuk mendengarkan musik dari smartphone-nya---Amel mengangkat panggilan sang pacar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Ada apa, Lang?" tanya Amel. Ia terpaksa menunda pekerjaannya sejenak untuk mengobrol dengan Galang.

"Nanti aku mampir, ya? Sekarang aku lagi di perjalanan menuju Bandung, nih. Mau mengurus sesuatu di sana."

"Sesuatu apa?" tanya Amel penasaran.

"Ada, deh."

"Ih, apaan? Kasih tahu!"

Galang hanya tergelak sebelum berkata, "Sesuatu yang penting. Tenang, bukan selingkuhan, kok."

"Emang kamu berani selingkuh?"

"Berani, sih, berani, tapi buat apa selingkuh kalo udah punya kamu?"

Bukannya blushing, Amel justru dibuat kesal dengan pengakuan Galang. "Oh, jadi kamu berani menyelingkuhi aku!?"

"Cuma bercanda," jawab Galang cepat.

Amel mendengkus. "Awas aja kalo kamu berani selingkuh!"

"Nggak akan, Amel." Jeda sesaat sebelum Galang melontarkan pertanyaannya yang tadi. "Jadi, aku boleh mampir, kan?"

Huft

"Bukannya aku nggak mau kamu mampir, tapi selain Wisanggeni belum tentu mengizinkan, aku juga lagi sibuk.

"Setelah menjemur semua pakaian ini, aku harus bersih-bersih rumah. Nggak tahu bakal selesai kapan."

Di seberang telepon, Galang mampu menangkap kekesalan dalam nada bicara Amel.

Baru ia ingin membuka mulut, sang pacar sudah mendahului. "Beruntung, cuma seminggu sekali bersih-bersih rumahnya. Yang paling sering mungkin cuma nyapu atau bersihin barang-barang dari debu. Itu pun pake penyedot debu, jadi pekerjaan terasa lebih mudah.

"Selain itu, aku tidak bekerja sendiri. Hana juga membantuku bersih-bersih rumah."

"Cewek wajah tembok itu membantumu? Serius?" tanya Galang tak percaya. Ia mengenal Hana. Semalam mereka bertemu di parkiran mobil Kamojo.

Tepatnya, Galang melihat Hana yang tengah bermain smartphone di mobil Wisanggeni.

"Iya. Ceritanya begini ...." Amel lantas menceritakan apa yang terjadi semalam setelah ia diantar pulang oleh Galang.

KETIKA ORKAY JADI ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang