05. PELATIHAN

42 28 17
                                    

Amel sudah menanggalkan midi dress pink selututnya di ranjang. Menggantinya dengan pakaian hitam putih khas maid.

Sejenak ia tertegun sebelum meliukkan badannya sembari sesekali berputar di depan cermin yang menempel di sebuah lemari pakaian.

"Orang cantik mau pake apa pun tetep aja cantik," puji Amel pada diri sendiri. "Sayangnya gue kurang suka dengan warna seragam maid."

Gadis itu lantas merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dengan jemari tangan.

Tidak mau ribet, Amel membiarkan rambut panjang bergelombangnya tergerai ke belakang.

Tok tok tok

"Apa belum selesai?" Terdengar suara perempuan dari balik pintu. Seorang maid menunggu Amel di sana---maid yang sama yang menunggu kedatangan Amel dan kedua orang tuanya di pos security. Lastri namanya.

Lastri---sang maid senior---diminta Wulan untuk mengantar Amel ke kamar yang sudah disediakan di paviliun. Juga ditunjuk sebagai pembimbing gadis itu dalam belajar sebagai maid. Tugas pertamanya ialah mengajari Amel memasak.

"Sebentar!" jawab Amel, agak berteriak agar Lastri dapat mendengar suaranya.

"Cepatlah sedikit! Jangan membuang-buang waktu!"

Gadis itu mengembuskan napas pelan. "Iya!" balasnya masih agak berteriak.

Padahal ia masih ingin mengobrol dengan ketiga sahabatnya di sebuah grup WhatsApp---bahkan Amel belum sempat mengirim fotonya ketika tengah memakai seragam maid pada sang pacar---tapi Lastri sudah tak sabar menunggu.

Amel terpaksa mengakhiri obrolan di aplikasi chating itu dan berlalu menuju pintu. Tak lupa membawa smartphone dan earphone nirkabel---dua barang yang tak boleh ketinggalan ke mana pun ia pergi.

Gadis itu lantas membuka pintu, mendapati Lastri berdiri di depan pintu dengan kedua tangan bersedekap di dada.

"Hanya ganti baju, kenapa bisa begitu lama?" tanya Lastri galak. Namun, bagi wanita paruh baya itu sikapnya bukan galak, melainkan tegas.

Amel menunduk, tak berani menatap Lastri. "Maaf," ujarnya lirih, tapi masih mampu didengar Lastri.

Di dalam hati, Amel bersyukur karena tidak bekerja satu atap dengan Lastri. Sekaligus harap-harap cemas. Berharap deskripsi Kirana tentang anak laki-lakinya tadi sesuai dengan kenyataan.

*****

Sesuai perintah Wulan, Lastri mengajari Amel di dapur rumah utama.

Terlebih dahulu Lastri mengenalkan Amel pada bumbu-bumbu dapur. Ada cabai, keluarga bawang, merica dan kembarannya, gula, garam, dan sebagainya.

Selain bumbu dapur, Lastri juga mengenalkan Amel pada peralatan masak dan mengajari gadis itu cara menyalakan kompor gas serta menggunakan oven.

"Apa rumahmu tidak punya dapur?" Begitulah komentar Lastri saat tahu Amel tak bisa menyalakan kompor gas.

Amel hanya tersenyum kikuk. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, gadis itu sama sekali belum pernah memegang alat masak. Ke dapur paling hanya untuk mengambil es krim, buah, atau minuman dingin.

Setelah pengenalan bumbu dapur dan peralatan masak, Lastri berniat mengajari Amel memasak makanan yang paling sederhana di lis yang disiapkan Kirana.

"Kamu bisa memasak telur mata sapi?" tanya Lastri sebelum memulai sesi pelatihan Amel. Hanya untuk memastikan, tapi jawaban Amel sesuai perkiraannya.

KETIKA ORKAY JADI ARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang