Part 02
Rian menghembuskan nafas panjangnya, merasa tak menyangka saja bila salah satu dari dua sahabatnya itu adalah istrinya. Itu karena ekspresi mereka saat ini sama-sama terlihat konyol, padahal ia hanya mengatakan donor sperma, namun tanggapan mereka begitu berlebihan rasanya.
"Donor sperma itu ... buat apa?" tanya Dayana tak mengerti, yang diangguki oleh sahabatnya sendiri.
"Iya, Sayang. Buat apa?" tanya Laura kali ini.
"Ya buat hamil lah. Dayana mau hamil kan? Tapi dia enggak mau menikah, ya berarti harus donor sperma supaya hamil." Rian berusaha menjelaskannya ke mereka.
"Spermanya siapa?" tanya Dayana terlihat sangat penasaran, namun Rian tampak mulai lelah sekarang karena sepertinya butuh banyak waktu untuk menjelaskan semuanya ke mereka.
"Ya sperma orang lah. Kamu bisa membelinya di luar negeri, seperti Malaysia, Jerman, Italia, Inggris, dan Singapura." Rian menjawab santai, ya setidaknya ia memang memberi mereka informasi yang benar.
"Membeli sperma? Itu berarti enggak perlu ada pernikahan kan? Karena itu cuma transaksi jual beli, jadi aku bisa hamil tanpa suami, begitu?" tanya Dayana memastikan yang diangguki oleh Rian.
"Tepat sekali," jawab Rian sembari tersenyum, yang ditanggapi sama oleh Dayana yang tampak tertarik dengan ide sahabatnya tersebut.
"Tapi, Na. Kalau donor sperma itu, kamu jadi enggak tahu siapa ayah dari anak kamu kan?" tanya Laura kali ini.
"Memangnya iya ya?"
"Iya lah. Tapi memangnya buat apa kamu mau tahu ayah dari anak kamu nanti? Kamu enggak membutuhkannya kan?" sahut Rian tak habis pikir, yang diangguki mengerti oleh Dayana.
"Benar juga. Buat apa mau tahu? Tapi setelah jual beli selesai, apa yang terjadi?" Dayana kembali bertanya kali ini.
"Ya kamu harus melewati tahapan bayi tabung lah. Saranku, kamu minta yang bayi kembar dua atau tiga, supaya sekalian hamil dan melahirkan, jadi enggak perlu bolak-balik prosesnya." Rian menyahut serius.
"Memangnya request kaya gitu bisa ya, Sayang? Tahu begitu, kita menjalani bayi tabung supaya dapat anak kembar," sahut Laura sembari memanyunkan bibirnya.
"He, bayi tabung itu mahal, kita belum sekaya Dayana. Dan lagi untuk apa kita bayi tabung? Kamu kan punya aku, pakai cara manual juga kamu bisa hamil dan punya anak kan?" Rian menjawab tak habis pikir.
"Oh iya ya?" jawab Laura yang tentu saja membuat Rian jengah dengan pemikiran istrinya.
"Jadi bagaimana, Na? Mau donor sperma?" tanya Rian kali ini, namun Dayana justru menggeleng pelan dengan ekspresi tampak frustrasi.
"Aku enggak tahu. Sudah ya, aku pusing, aku mau pulang terus istirahat."
"Kenapa harus buru-buru pulang sih? Kamu kan juga baru sampai, Na?"
"Iya, Na. Kenapa harus pulang sekarang?" tanya Rian kali ini. Sedangkan Dayana kini mendirikan tubuhnya lalu menghampiri Laura untuk mengecup pipi kiri dan kanannya seperti biasa.
"Aku cuma ingin cepat-cepat istirahat, aku pulang dulu ya?"
"Oke. Hati-hati di jalan ya, dan terima kasih untuk kadonya." Laura menyunggingkan senyumnya, yang ditanggapi sama oleh Dayana.
"Iya, sama-sama. Bye," pamit Dayana sembari melambaikan tangannya sembari melangkahkan kakinya.
"Bye," jawab Laura sembari terus memerhatikan punggung sahabat baiknya tersebut sampai menghilang tertutup pintu kamar.
***
Di jam setelah makan siang, sebuah sekolah melaksanakan rapat setelah memulangkan para siswa-siswinya. Dan tak lebih dari dari sepuluh guru yang datang dan mengikuti rapat tersebut. Ekspresi wajah mereka sama-sama terlihat tak tenang, itu karena rapat tersebut akan membahas kelangsungan hidup sekolah yang selama ini mereka perjuangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Contract Husband (Completed)
RomanceDemi keinginannya memiliki seorang anak, Dayana harus menjalani pernikahan kontrak dengan Arya, seorang guru SD yang tentu tidak bisa dikatakan mapan. Namun karena wajahnya yang tampan dan juga prestasinya yang lumayan, Dayana memilih lelaki itu un...