Part 08

2K 132 0
                                    

Part 08

Mendengar penjelasan Rian, Laura seketika menoleh ke arah suaminya dengan tatapan tak percaya. Sedangkan Dayana justru terdiam, memikirkan ucapan Arya yang ingin menikahinya demi bisa menjaga nama baiknya.

"Jadi, saat kamu bilang ke Dayana untuk menjalani proses bayi tabung, itu maksudnya dia harus tinggal di luar negeri? Begitu?" tanya Laura ke arah suaminya yang diangguki olehnya.

"Iya lah. Kamu pikir, nama Dayana akan selamat kalau masih nekat hamil tanpa suami di negara ini? Yang ada Dayana bisa saja dicap wanita murahan." Rian menjawab lugas seperti biasanya, yang tentu saja membuat Laura itu cemberut dengan jawaban ceplas-ceplosnya.

"Kalau Dayana hamil di luar negeri terus pulang setelah melahirkan, memangnya enggak ada yang mencurigainya apa?"

"Kalau anak itu sudah di luar kandungan sih enggak masalah, Dayana bisa menyembunyikannya sampai dia sekolah kan? Kalau dia sudah sekolah, otomatis Dayana harus mengakuinya sebagai anak, itu artinya akan ada pertanyaan publik mengenai anak itu. Tapi aku yakin, enggak akan separah saat orang tahu Dayana hamil tanpa suami."

"Memangnya enggak bisa ya hamil di sini saja? Maksudku perut Dayana disembunyikan supaya enggak ada orang yang tahu, mungkin Dayana bisa pakai jaket setiap hari, atau apalah supaya enggak ketahuan. Aku cuma enggak mau Dayana tinggal di luar negeri sendirian, bagaimana bisa dia menjalani kehidupannya di sana?" Laura tampak sedih saat mengatakannya, ia begitu khawatir dengan sahabatnya. Namun suaminya itu justru menatap jengah ke arahnya, seolah apa yang dikatakannya begitu tidak masuk akal.

"Mana bisa Dayana melakukan itu? Perut orang hamil itu sulit disembunyikan, mau pakai jaket juga pasti aneh dan akan semakin mencurigakan."

"Ya masa harus tinggal di luar negeri sendirian? Di sana Dayana kan enggak punya siapa-siapa? Kalau dia kenapa-kenapa saat hamil bagaimana? Kalau aku enggak punya anak bayi, aku pasti akan ikut, tapi sayangnya aku sendiri juga baru melahirkan." Laura tampak sedih saat mengatakannya, yang tentu saja bisa Rian pahami perasaannya, mengingat istrinya itu begitu menyayangi sahabatnya tersebut. Mereka bertiga memang sering ribut dan mungkin juga sering berbeda pendapat, namun tak melunturkan rasa sayang di hati mereka masing-masing.

"Tapi kan Dayana masih punya Nenek. Nenek kamu bisa ikut kan, Na?" tanya Rian yang diangguki antusias oleh istrinya.

"Iya, Na. Kamu ajak saja Nenek, beliau pasti akan menjaga kamu selama di sana, tapi kamu juga harus menyewa orang lain juga supaya ada yang membantu kamu melakukan pekerjaan rumah." Laura menyahut antusias seolah memiliki harapan di wajahnya.

"Kalian tahu kan, Nenekku tinggal di rumahku saja enggak mau, apalagi aku ajak tinggal ke luar negeri, pasti langsung menolak. Nenek cuma enggak mau meninggalkan rumah orang tuaku, tapi aku juga enggak enggak bisa tinggal di rumah itu." Dayana menyahut sendu, merasa sedih saja bila mengingat masa lalunya itu.

"Sudah, jangan mengingat masa lalu. Jadi, bagaimana rencana kamu selanjutnya?" tanya Laura yang sudah paham dengan perasaan sahabatnya.

"Entahlah. Mungkin aku akan menikah dengan si pendonor sperma." Dayana menjawab tenang dan bahkan terkesan tak memiliki beban, berbeda dengan kedua sahabatnya yang sempat terdiam dan mengangguk lalu sama-sama menajamkan mata.

"APA KAMU BILANG? KAMU AKAN MENIKAH?" tanya Laura dan Rian bersamaan, namun Dayana justru menghela nafas seolah masih ada keraguan.

"Iya ...," jawabnya tak yakin.

"Kamu mau menikah sama siapa? Kok tiba-tiba sih kamu kasih kabar?" Laura sampai syok mendengarnya, begitupun dengan Rian yang berada di depannya.

"Aku juga enggak yakin kok, tapi kemungkinan aku akan menikah."

My Contract Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang