Part 10

2.2K 116 0
                                    

Part 10

Dayana memerhatikan Arya yang terlihat syok dengan apa yang baru saja dikatakannya, melihat lelaki itu begitu dramatis, tentu saja Dayana curiga bila lelaki itu akan menyerah. Dengan tatapan tajam, Dayana menatap langsung ke arah mata Arya.

"Kenapa? Apa Anda ingin menyerah setelah mendengar isi dari pernyataan saya?" tanya Dayana yang langsung digelengi kepala oleh Arya.

"Tidak kok, Bu."

"Lalu kenapa Anda terlihat syok mendengarnya?" tanya Dayana lagi yang baru disadari oleh Arya dan dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya.

"Ma-maafkan saya, Bu. Saya tadi hanya kurang fokus saja, bukan syok atau semacamnya." Arya menundukkan wajahnya, ia tampak merasa bodoh dan malu dengan ekspresinya.

"Kalau Anda ingin menyerah sekarang juga tidak apa-apa, saya tidak akan keberatan, saya bisa mendapatkan yang lain." Dayana menyilangkan kedua tangannya dengan tenang, seolah ingin memperlihatkan bagaimana harga dirinya yang tinggi tidak akan turun hanya karena seorang laki-laki.

"Jangan, Bu. Maafkan saya, saya tidak berniat apa-apa apalagi menyerah. Saya setuju dengan semua yang Anda katakan dan saya akan berusaha menjalankannya dengan baik sesuai keinginan Anda." Arya menjawab yakin.

"Bagus. Sekarang giliran Anda, apa yang ingin Anda ajukan untuk memulai perjanjian kita?" tanya Dayana yang tentu saja membuat Arya berpikir sekarang, karena ia belum memikirkannya sejak awal.

"Saya tidak tahu," jawabnya ragu.

"Kenapa tidak tahu?"

"Karena tidak ada yang saya inginkan untuk saat ini, Anda mau mempertahankan sekolah kami saja, saya sudah sangat berterima kasih dan bersyukur sekarang." Arya menyunggingkan senyumnya, senyum yang entah kenapa tak Dayana suka, karena banyak pengorbanan yang ditutupi olehnya.

"Anda serius tidak ingin mengajukan sesuatu?" tanya Dayana dengan nada tak yakin, yang kali ini membuat Arya sedikit berpikir.

"Oh ya ada, Bu."

"Apa itu?"

"Saya memiliki kakek dan nenek, saya harap Anda tidak keberatan bila saya memberitahu mereka tentang rencana pernikahan kita. Emh ... maksudnya pernikahan kontrak kita, tapi saya tidak akan membicarakan kesepakatan ini, saya hanya tidak bisa melihat mereka bersedih bila tahu saya hanya menikah kontrak."

"Bersedih bagaimana maksudnya?"

"Kalau Kakek dan Nenek saya tahu pernikahan saya ini hanya kontrak, mereka pasti akan bersedih, jadi saya berpikir untuk memberitahu bagian kebahagiaannya saja. Mereka hanya perlu tahu kalau saya akan menikah dengan Anda, sama seperti yang diketahui orang lain." Arya menjawab lugas, namun Dayana bisa merasakan bila lelaki itu tampak sedih sekarang.

"Baiklah, saya mengerti. Saya juga akan menambahkan hal itu ke dalam surat perjanjian kita, setelah itu kita akan tanda tangan sebagai kesepakatan. Oh ya, tolong berikan nomor ponsel Anda, saya akan menghubungi Anda saat saya butuh sesuatu atau butuh bantuan Anda." Dayana memberikan ponselnya pada Arya, yang diterima baik oleh lelaki itu lalu mengetik nomor ponselnya di sana.

"Ini, Bu." Arya mengembalikan ponsel Dayana, yang langsung ditekan panggil oleh pemiliknya. Tak lama, suara ponsel Arya terdengar, menandakan seseorang tengah menghubunginya.

"Itu nomor ponsel saya, tolong Anda simpan." Dayana kembali meletakkan ponselnya di atas meja, sedangkan Arya langsung mengangguk dan melakukan apa yang Dayana perintahkan.

"Oh ya, Pak. Karena saya sering sibuk, mungkin saya tidak bisa mengurusi urusan di KUA. Jadi apa Anda bisa mengurusnya sendiri? Nanti saya akan menyuruh orang untuk memberikan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk persyaratan menikah. Tidak apa-apa kan, Pak?" tanya Dayana yang langsung digelengi kepala oleh Arya.

My Contract Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang