Part 04

2.1K 136 1
                                    

Part 04

Keesokan paginya, Arya dan Maya masuk ke sekolah seperti biasa, namun keduanya sama-sama tampak muram bila dilihat dari ekspresi wajahnya. Sedangkan di ruangan mereka, seluruh guru sengaja menunggu untuk mengetahui hasil dari apa yang Arya dan Maya usahakan kemarin.

Seperti yang guru-guru lainnya tahu, Arya dan Maya berusaha mencari rumah anak dari pemilik tanah sekolah. Keduanya berniat membicarakan masalah yang terjadi secara baik-baik, dengan harapan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Sayangnya, harapan mereka harus Arya dan Maya hancurkan setelah keduanya baru mengetahui fakta dan kenyataan yang begitu menyakitkan. Sekarang, mau tak mau semua guru harus tahu kenyataan itu, kenyataan yang akan mengecewakan semua orang termasuk murid-murid dan orang tua mereka.

"Assalamualaikum," salam Arya yang tak pernah lelaki itu lupakan di setiap pertemuan, sedangkan di sampingnya, Maya hanya terdiam dan menjawab salam Arya dari dalam hatinya.

"Wa'alaikum salam." Semua orang yang berada di sana menjawab dengan antusias, mereka bahkan mendirikan tubuhnya dari kursi kerja masing-masing lalu menghampiri Arya dengan harapan yang sama.

"Pak Arya, bagaimana? Apa Anda berhasil membujuk anak dari pemilik tanah sekolah ini?" tanya salah satu guru wanita yang umurnya cukup jauh di atas Arya.

"Iya, Pak. Bagaimana hasilnya? Tanah sekolah ini tidak akan dijual kan, Pak?" Ada yang kembali bertanya, namun Arya seolah enggan dan tak enak hati untuk mengatakan yang sebenarnya, namun mau bagaimana pun ia harus memberi mereka pengertian dan penjelasan.

"Maafkan saya, Bu, Pak. Saya tidak berhasil membujuk beliau ...." Arya menjawab dengan nada bersalah, membuat semua orang kecewa, namun tidak dengan Maya yang tampak iba melihatnya.

"Saya juga minta maaf, karena saya juga tidak bisa membantu masalah ini. Tapi tolong jangan salahkan Pak Arya sepenuhnya, dia sudah berusaha berbicara baik-baik dengan Pak Herman. Tapi ternyata, ada alasan besar yang membuat Pak Herman tidak bisa mengurungkan niatnya untuk menjual tanah ini, jadi Pak Arya tidak bisa berbuat apa-apa." Maya berujar serius, yang kali ini membuat semua orang yang berada di sana merasa penasaran dengan alasan besar itu.

"Memangnya kenapa Pak Herman tetap berada di pendiriannya untuk menjual tanah ini, Bu?" tanya seorang guru muda, yang cukup mewakili rasa penasaran para rekannya.

"Intinya, Pak Herman memiliki hutang ratusan juta, karena ayahnya sempat sakit parah dan menghabiskan banyak biaya sebelum meninggal. Beliau merasa bingung dan stres karena terus-terusan ditagih, dan bahkan diancam akan disita rumahnya, kalau tidak, beliau harus siap dipenjara."

"Karena tidak memiliki pilihan, Pak Herman datang ke sekolah kita dan menemui Pak kepala sekolah untuk meminta izin menjual tanah ini. Mungkin karena alasan itu, Pak kepala sekolah tidak membantu kita ataupun berusaha berjuang mempertahankan sekolah ini." Maya menjelaskan dengan tenang yang berhasil membuat semua rekannya paham.

"Jadi, sekarang kalian sudah tahu semuanya?" tanya seseorang yang baru saja datang, yang tentu saja langsung dikenali oleh mereka.

"Pak kepala sekolah," gumam mereka bersamaan, banyak yang terkejut melihat keberadaannya di sana.

"Saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian, saya minta maaf. Tapi di sisi lain, saya bersyukur kalian tahu semua ini dari Pak Herman-nya langsung." Lelaki bertubuh gempal itu menjawab dengan nada bersalah.

"Pak Rama atau pemilik tanah ini adalah lelaki yang sangat baik, beliau teman saya sejak kecil. Meskipun bukan berasal dari keluarga orang kaya, tapi jiwa membantunya sangat besar. Itu lah kenapa beliau mewakafkan tanah ini untuk dibangun dan dipergunakan dalam kebaikan, tapi ternyata di akhir hidupnya, keluarganya harus menanggung hutang untuk biaya penyakitnya saat masih hidup." Pak kepala sekolah itu menatap seluruh rekannya yang terdiam, yang tampak sangat bisa mengerti dengan penjelasannya.

My Contract Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang