Part 17
Dayana menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dengan senyum kakunya ia mengangguk-angguk paham. Berbeda dengan neneknya yang masih terdiam dengan tatapan yang sama, sedangkan Arya justru tersenyum ramah seperti biasa.
"Terima kasih untuk penjelasannya, Pak. Kami sangat paham." Dayana menatap ke arah neneknya yang turut mengangguk dan tersenyum kaku.
"Sebelumnya saya ingin minta maaf ke Anda, Nek. Mungkin saya tidak memenuhi standar calon suami Dayana seperti yang Anda harapkan. Saya bukan berasal dari orang berada, saya bahkan tidak punya orang tua, saya hanya tinggal dengan kakek nenek saya, yang bekerja menjaga toko sembako di rumah. Tapi saya berjanji, saya akan bertanggung jawab, melindungi, dan menjaga Dayana sekuat yang saya bisa." Arya berujar serius dan tentu saja hal itu tidak pernah Dayana duga sebelumnya, berbeda dengan neneknya yang justru tersenyum mendengar penuturan Arya.
"Nenek bisa mengerti, Nenek juga enggak memandang status ataupun asal-usul keluarga Nak Arya kok. Dan Nenek juga yakin kalau Nak Arya ini memang baik dan cocok untuk menjadi suami Dayana." Wanita tua itu tersenyum tulus dan menjawab ucapan Arya dengan sangat mantap, namun cucunya justru terlihat tak tenang sekarang seolah ada sesuatu yang mengganjal.
"Tapi pesan Nenek, tolong tetap sabar menghadapi Dayana, karena dibalik sifat mandirinya, dia juga tetap wanita seperti pada umumnya, kadang ingin dimengerti tapi sulit untuk mengungkapkan." Neneknya melirik ke arah Dayana yang tampak tak suka dengan ucapannya.
"Nenek ngomong apa sih? Enggak jelas banget." Dayana menjawab ketus, namun neneknya itu justru tersenyum lembut.
"Dayana memang terlihat seperti wanita keras kepala tapi sebenarnya dia wanita yang sangat baik, hatinya sangat lembut, cuma tertutupi dengan keegoisannya yang selalu ingin terlihat kuat dan tak terkalahkan." Neneknya melanjutkan ucapannya, yang kali ini tidak bisa Dayana tinggal diam.
"Pak Arya, kita pulang sekarang ya?" ujar Dayana tiba-tiba sembari mendirikan tubuhnya, Arya yang begitu serius mendengarkan ucapan neneknya tentu saja dibuat bingung dengan sikap Dayana.
"Pulang? Tapi kenapa, Bu?"
"Enggak apa-apa, saya capek. Mau istirahat." Dayana menjawab cepat, namun neneknya justru menggeleng pelan dan tersenyum tipis, seolah sudah paham dengan sikap cucunya yang mudah sekali kesal.
"Oh begitu? Sa-saya mengerti." Arya tampak tak enak hati dengan neneknya Dayana bisa dilihat dari caranya menatap ragu ke wanita tua itu.
"Sudah, enggak apa-apa. Antar saja Dayana pulang! Pak Arya pasti juga capek kan? Besok harus ke sekolah dan mengajar anak-anak, jadi lebih baik Pak Arya dan Dayana pulang sekarang dan istirahat di rumah masing-masing." Neneknya berujar tulus seolah sudah paham dengan apa yang Arya rasakan sekarang.
"Iya lah, Nek. Masa istirahat di rumah yang sama? Jelas-jelas kita beda rumah." Dayana menyahut tak habis pikir.
"Kenapa? Kamu sudah enggak sabar dan mau cepat-cepat serumah dengan Nak Arya ya?" goda neneknya yang seketika digelengi oleh Dayana.
"Ya enggak lah, Nek. Jangan fitnah sembarangan, aku cuma ...."
"Sudah-sudah, Nenek mengerti maksud kamu."
"Apa yang Nenek paham dengan senyum seperti itu?" Dayana tampak tak ingin ada yang salah paham, namun neneknya justru terlihat ingin menggodanya dengan senyum smirknya.
"Oh ya, bagaimana dengan persiapan pernikahan kalian? Apa perlu kita adakan pertemuan keluarga dulu?"
"Enggak usah, Nek. Aku sudah bertemu dengan keluarga Pak Arya kok. Masalah persiapan pernikahan, aku sudah memesan paket lengkap ke temanku yang punya WO. Sudah ya, kita pulang dulu. Ayo, Pak Arya." Dayana melangkahkan kakinya dengan terburu-buru, yang langsung diangguki oleh lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Contract Husband (Completed)
RomantikaDemi keinginannya memiliki seorang anak, Dayana harus menjalani pernikahan kontrak dengan Arya, seorang guru SD yang tentu tidak bisa dikatakan mapan. Namun karena wajahnya yang tampan dan juga prestasinya yang lumayan, Dayana memilih lelaki itu un...