Part 13
Di ruang tamu, Dayana dan kakek neneknya Arya masih mengobrol seperti biasa. Mereka bertanya tentang kehidupan Dayana yang ternyata sudah tidak memiliki orang tua. Keduanya sudah meninggal karena suatu peristiwa, dan tentu saja Dayana menyembunyikan fakta yang sebenarnya tentang penyebab mereka tiada.
"Oh jadi kedua orang tua Nak Dayana ini sudah meninggal?"
"Iya, sejak saya umur lima belas tahun." Dayana menganggukinya sembari tersenyum.
"Berarti sama ya dengan Arya? Kedua orang tuanya juga meninggal." Nenek Arya menatap ke arah kakeknya yang mengangguk sendu, sedangkan Dayana yang paham akan hal itu tentu saja turut merasakan hal yang sama, karena ia paham bagaimana rasanya.
"Kalau boleh saya tahu, apa penyebab orang tua Arya meninggal, Nek? Apa mereka sakit?" tanya Dayana hati-hati.
"Bukan, tapi karena kecelakaan mobil. Dulu Arya dan kedua orang tuanya berniat mengunjungi kami di sini, tapi saat di perjalanan, mobil mereka ditabrak truk yang rem blong. Saat itu Arya masih sangat kecil dan dia menjadi satu-satunya korban yang selamat, itu karena putri kami melemparnya ke tepi jalan." Wanita tua itu menceritakan dengan suara bergetar.
"Andai saja Arya enggak dilempar, mungkin dia juga akan meninggal terlindas bersama dengan kedua orang tuanya." Wanita itu melanjutkan ucapannya, namun tangisnya pecah di saat itu juga, membuat Dayana merasa bersalah karena sudah bertanya.
"Ma-maafkan saya, saya tidak tahu ...." Dayana menunduk penuh penyesalan, sedangkan wanita tua itu justru menggeleng dan berusaha tersenyum saat suaminya berusaha menenangkannya dengan mengusap punggungnya.
"Enggak apa-apa. Sebagai calon istrinya Arya, kamu harus tahu kisahnya, tapi Nenek harap kamu enggak membahasnya lagi dengan Arya ya? Nenek takut Arya kembali bersedih karena enggak bisa mengingat kasih sayang orang tuanya. Saat itu usianya baru dua tahun, dia belum mengerti apa-apa, pasti ada rasa penyesalan di hatinya dan Nenek enggak mau dia merasakannya lagi."
"Saya mengerti, Nek." Dayana mengangguk paham sembari menatap iba ke arah nenek Arya yang tengah menghapus air matanya.
"Dan oh ya satu hal lagi, Arya itu anak yang baik, dia enggak pernah membohongi kami. Kalau dia bisa jujur, dia pasti akan melakukannya. Tapi andai kejujuran itu menyakiti orang lain, dia pasti akan memilih untuk memendamnya. Mungkin Arya enggak bisa menjadi lelaki yang sempurna untuk kamu, tapi Nenek yakin dia akan menjadi lelaki yang mau melakukan apapun untuk kebahagiaan kamu. Jadi, jangan pernah meragukannya andai suatu saat nanti dia menyembunyikan sesuatu dari kamu ya?Nenek yakin, dia cuma enggak mau menyakiti kamu."
Mendengar ucapan neneknya Arya, hati Dayana seketika terenyuh seolah ada sesuatu yang meremas dadanya hingga terasa sesak. Sekarang Dayana jadi paham, kenapa Arya tampak bersedih saat mengatakan bila kakek dan neneknya hanya perlu tahu bagian bahagia di hidupnya saja. Lelaki itu tidak mau menyakiti hati siapapun, terutama hati kakek dan neneknya.
"Iya, Nek." Dayana mengangguk paham sembari tersenyum tulus, padahal ia sendiri sadar bila hubungannya dengan Arya hanya sebatas kontrak yang suatu saat nanti akan berakhir, namun kenapa ia begitu takut mengecewakan mereka, kakek dan neneknya Arya.
"Sudah, jangan ada yang bersedih lagi. Oh ya, Nak Dayana sudah sarapan apa belum?" tanya kakeknya Arya yang diangguki oleh istrinya.
"Iya, Nenek sampai lupa tanya itu. Kamu sudah makan apa belum?"
"Sudah kok, Nek."
"Nenek minta maaf ya? Kamu pasti ingin istirahat kan di hari libur, tapi Nenek malah menyuruh Arya untuk mengajak kamu ke sini. Bagaimana kalau sekarang kamu istirahat saja di kamarnya Arya?" ujar wanita itu yang seketika digelengi kepala oleh Dayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Contract Husband (Completed)
Любовные романыDemi keinginannya memiliki seorang anak, Dayana harus menjalani pernikahan kontrak dengan Arya, seorang guru SD yang tentu tidak bisa dikatakan mapan. Namun karena wajahnya yang tampan dan juga prestasinya yang lumayan, Dayana memilih lelaki itu un...