Part 11
Keesokan paginya, Arya pergi ke rumah Dayana setelah sarapan bersama kakek dan neneknya, ia juga sudah mengirim pesan bila ia akan datang untuk menjemput Dayana dan wanita itu membalas bila ia juga akan bersiap-siap.
Arya mengemudi motornya dengan perasaan tenang sembari menikmati angin pagi yang menyegarkan, ditambah dengan suasana perkotaan yang lenggang karena hari libur dan tentu tak banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Setelah beberapa kali memeriksa alamat, akhirnya Arya masuk ke gang perumahan mewah, di mana rumah-rumah di sana tidak ada yang sederhana apalagi seperti rumahnya. Melihat sekelilingnya yang dipenuhi rumah lantai dua, membuat Arya sempat ragu untuk melanjutkan rencananya untuk menjemput Dayana.
"Sepertinya Bu Dayana itu orang yang sangat kaya," gumam Arya dalam hatinya, sebagai lelaki biasa tentu saja ia merasa tidak sebanding bila disejajarkan dengan Dayana. Namun, ia lagi-lagi kembali berpikir untuk tetap fokus pada perjanjiannya dengan wanita itu, tanpa harus merasa malu.
"Aku enggak boleh berpikir yang aneh-aneh, sekarang aku harus fokus mencari rumah Bu Dayana, kalau enggak salah dia tinggal di rumah nomor dua puluh tujuh, berarti sebentar lagi aku sampai." Arya kembali melajukan motornya setelah melihat rumah yang berada diurutan dua puluh lima.
"Dua puluh tujuh. Ini rumahnya?" gumam Arya tampak takjub saat melihat rumah berlantai dua yang tertutup gerbang hitam di depannya.
"Tapi aku harus tanya dulu," ujar Arya lagi sembari menghentikan motornya lalu memarkirkannya dan memencet bel yang berada di dekat gerbang. Tak lama, seorang satpam datang membukakan gerbang untuknya dan menatap Arya dengan tatapan bertanya.
"Assalamualaikum, Pak."
"Wa'alaikum salam."
"Apa benar ini rumahnya Bu Dayana, Pak?"
"Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang satpam yang diangguki oleh Arya.
"Iya, Pak. Saya ke sini mau menjemput Bu Dayana." Arya menjawab jujur, namun tatapan satpam tersebut justru terlihat ragu setelah menatap motor matic milik Arya.
"Apa Anda ojol yang dipesan Bu Dayana? Tapi tumben Bu Dayana naik ojek, biasanya kan pesan taksi kalau Pak Sopir libur. Apa Anda tidak salah rumah, Pak?"
"Saya bukan ojol, Pak. Saya juga tidak salah rumah." Arya melirihkan suaranya, ia merasa tak percaya diri berada di sana terlebih lagi setelah mendengar ucapan pak satpam padanya.
"Itu tamu saya, Pak." Seorang wanita datang dari arah belakang satpam, yang ditatap oleh keduanya dengan tatapan berbeda.
"Oh jadi Bapak ini tamu Anda, Bu? Saya pikir tadi ojol." Satpam itu tersenyum canggung, sedangkan Dayana hanya menghela nafas tampak tak suka, namun bagi si satpam hal itu sudah biasa untuknya.
"Sudahlah, Bapak bisa kembali ke pos. Jangan lupa tutup lagi gerbangnya!" ujar Dayana terdengar serius yang langsung diangguki pak satpam.
"Siap, Bu." Satpam itu langsung pergi dan menutup gerbang, meninggalkan Dayana dan Arya yang terlihat berpikir sekarang.
"Ada apa? Kenapa Anda cuma diam? Katanya mau ajak saya ke rumah Anda. Ayo, berangkat!" ujar Dayana yang berhasil menyadarkan lamunan Arya.
"Ah iya, Bu. Maaf ...." Arya membalikkan tubuhnya ke arah motornya, namun Dayana justru menatap heran ke arah kendaraannya.
"Apa ini?" tanya Dayana sembari menunjuk ke arah motor Arya.
"Motor, Bu." Arya menjawab polos, namun tidak dengan Dayana yang terlihat kian kesal namun masih berusaha untuk tetap tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Contract Husband (Completed)
RomanceDemi keinginannya memiliki seorang anak, Dayana harus menjalani pernikahan kontrak dengan Arya, seorang guru SD yang tentu tidak bisa dikatakan mapan. Namun karena wajahnya yang tampan dan juga prestasinya yang lumayan, Dayana memilih lelaki itu un...