Part 09

2K 137 1
                                    

Part 09

Di rumah neneknya, Dayana tampak termenung saat mengunjungi ibu dari mamanya tersebut. Entah kenapa pikirannya tengah berkecamuk sekarang, memikirkan tawaran Arya yang ingin menikahinya. Belum lagi kedua sahabatnya juga turut mendukungnya, membawanya pada rasa dilema.

Bagi Dayana, pernikahan itu menakutkan. Itulah kenapa ia sangat berusaha untuk sukses bahkan sampai sekarang, karena ia berpikir kalau dirinya banyak uang, ia tidak akan bergantung dengan lelaki manapun. Menjadi wanita mandiri, melakukan apapun semuanya sendiri, dan bahkan mewujudkan impian kebahagiaannya pun sendiri.

Lalu, bagaimana bila ia justru dihadapkan pada pilihan yang salah satunya harus ada pernikahan. Atau kalau tidak, kesuksesan yang ia dapatkan sekarang akan menghilang seiring berjalannya waktu, karena cap buruk tentang dirinya.

"Apa aku urungkan saja niatku untuk punya anak ya? Aku bisa mengadopsi anak dari panti asuhan kan? Dengan begitu, aku enggak harus menikah dengan Pak Arya." Dayana bergumam lirih, memikirkan dengan baik-baik apa yang akan ia pilih. Tentu saja ia tidak mau menyesali semuanya sebelum benar-benar terjadi kedepannya.

"Apa tadi kamu bilang, Na? Kamu akan menikah dengan Pak Arya? Siapa dia?" Tanpa Dayana sadari, neneknya yang berada di belakangnya mendengar ucapan Dayana di bagian akhir, membuat wanita itu terkejut dan menoleh ke arah belakang.

"Nenek, kenapa ada di situ?"

"Kan Nenek sudah bilang, Nenek akan mengambilkan buah untuk kamu. Tapi Samapi sini, Nenek dengar kamu akan menikah dengan Pak Arya? Siapa dia?" Mendengar penjelasan neneknya, Dayana memejamkan matanya, sepertinya neneknya itu sudah salah paham dengan ucapannya.

"Aku tadi bilang, aku enggak harus menikah dengan Pak Arya, bukan aku mau menikah dengan Pak Arya, Nek." Dayana tampak enggan menjelaskannya, karena ia sendiri tidak ingin membahas Pak Arya dengan neneknya.

"Oh ya? Tapi siapa Pak Arya? Dan kenapa kamu berpikir enggak harus menikahi dia? Memangnya sebelum ini kamu berniat menikah dengannya?" tanya neneknya terdengar penasaran sembari mendudukkan tubuhnya, karena sebelum ini cucunya itu tidak pernah membahas apapun yang berhubungan dengan laki-laki, cucunya itu selalu menghindar acap kali ia bertanya mengenai sebuah hubungan ataupun pernikahan.

"Enggak lah. Siapa juga yang mau menikah sama orang kaya dia?" Dayana tampak tak berminat membicarakannya, namun neneknya justru kian penasaran.

"Memangnya dia orang yang seperti apa?"

"Orang yang terlalu baik atau bisa dibilang bodoh." Dayana menjawab lugas, karena memang itu lah yang ia pikirkan tentang Arya, lelaki polos yang takut dosa dan terlalu memikirkan kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Orang yang baik? Lalu kenapa kamu enggak mau menikah dengan dia? Bukankah, kita menilai orang itu dari kebaikannya dulu ya, baru kita akan memikirkan bagaimana dan seperti apa kita dengan dia kedepannya?" Wanita tua itu berniat memancing cucunya, yang sepertinya mulai tertarik dengan laki-laki.

"Bukan karena dia baik atau enggak, Nek. Aku saja yang enggak mau menjalin hubungan dengan siapapun apalagi sampai menikah." Dayana menghembuskan nafas panjangnya, ia tahu bukan orang lain yang salah tapi rasa takutnya lah yang begitu menguasainya hingga membuatnya berada di titik trauma.

"Dayana, orang tua kamu meninggal sudah lama dan sudah seharusnya kamu melupakan semuanya. Apalagi masih berpikir bila pernikahan itu menakutkan, hanya karena kamu sering melihat orang tua kamu bertengkar." Wanita itu mengusap puncak kepala cucunya, ia benar-benar sudah sering mengatakan hal ini, namun ia tidak akan berhenti membuat cucunya itu mengerti.

"Bukan hanya pertengkaran, Nek. Tapi juga pembunuhan. Lalu bagaimana mungkin aku bisa melupakan semuanya? Ingatan itu begitu menyakitkan." Dayana menghapus air mata di pelupuknya, ia tidak ingin menangis sekarang, namun rasanya juga sulit untuk tetap tenang.

My Contract Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang