Tiga Puluh Tiga

2.5K 323 40
                                    

Happy reading^^
.
.
.
.

Sakura menundukkan wajahnya yang memerah dengan kedua tangan terangkat keatas dan berlutut, di sebelahnya Sasuke dalam keadaan yang sama. Pria itu hanya menggunakan celana piyamanya dan memperlihatkan beberapa kiss mark di dada pria itu.

Mikoto datang ke apartemen mereka pagi-pagi karena Sasuke melupakan janjinya. Sakura beruntung karena sudah mandi dan berpakaian lengkap sedangkan Sasuke yang masih tidur hanya dapat meraih celana piyamanya karena Mikoto membangunkannya dengan ciuman dari tas Gucci nya membuat pria itu terkejut.

Ia duduk dengan angkuh dan menyesap teh yang dihidangkan Sakura. Dan manik sewarna batu obsidiannya itu terus menatap noda kemerahan di dada putranya tanpa mengucapkan sepatah katapun semenjak ia menyuruh keduanya berlutut dan mengangkat kedua tangan. Membuat Sakura sangat malu dan berharap ada lubang di tanah yang menelannya.

"Oka-san, kami bukan anak-anak lagi, jadi bisakah kita hentikan semua ini?" Sasuke menatap kesal ibunya, tangannya terasa pegal karena harus terangkat.

Dulu saat kecil ibunya sering menghukumnya seperti ini tapi itu saat ia berusia lima hingga sepuluh tahun dan sekarang usianya sudah dua puluh lima tahun. Dan ini terasa sangat konyol.

"Sakura." Mikoto menatap gadis bersurai merah muda yang masih menunduk. "Saat kau nakal, apa yang Ibumu lakukan padamu?"

Sakura menggigit bibirnya, "menghukumku." Yah, orang tuanya cukup keras dalam mendidiknya terutama ayahnya.

"Kau dengar itu Sa-su-ke-kun. " Wanita paruh baya itu menekankan ucapannya saat menyebut nama putranya.

"Aku sungguh minta maaf karena lupa, dan juga kenapa Oka-san menghukum Sakura?" Sasuke melupakan janjinya untuk membawa Sakura makan malam ke mansion Uchiha tapi bukan berarti ini kesalahan Sakura juga. Seharusnya hanya ia yang disalahkan.

Mikoto meletakkan cangkirnya dengan anggun. Sakura selalu berpikir bagaimana bisa Mikoto selalu terlihat begitu anggun dan elegan saat bergerak atau melakukan sesuatu. Mungkinkah susunan saraf dan otot manusia berdarah bangsawan berbeda dengan dengan rakyat jelata sepertinya sehingga mempengaruhi gerak motorik mereka. Sakura menggelengkan kepalanya pelan karena pikiran konyolnya.

Wanita itu memang marah karena Sasuke tidak datang makan malam ke mansion tapi ia jadi semakin kesal saat sengaja menerobos apartemen putranya di pagi hari dan mendapati kekasih putranya itu tengah memasak. Sungguh ia sedang menikmati momen menjadi penyusup di apartemen Sasuke hanya untuk memergoki mereka dalam keadaan memalukan atau semacamnya untuk menggoda mereka.

Tapi sepertinya Sakura gadis yang terlalu rajin bahkan melihat jejak di tubuh putranya, gadis itu masih bisa bangun pagi. Mikoto mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa gambar Sasuke dan Sakura.

"Apa yang Oka-san lakukan." Sasuke protes dan berusaha meraih ponsel Ibunya.

"Tanganmu." Manik gelapnya menatap tajam putranya yang di balas tatapan datar Sasuke.

"Kenapa kau memfoto kami?" Dengan sengit Sasuke bertanya pada ibunya.

"Itu Bukan urusanmu." Wanita paruh baya itu memasukan ponselnya ke dalam tas. Ia beranjak dari duduknya dan menuju pintu apartemen.

"Oka-san hapus foto itu." Sasuke mengejar ibunya sampai ke genkan.

Sasuke sangat mengenal ibunya, ia adalah versi wanita dari Itachi sangat jahil dan suka mempermalukan nya sejak dulu. Mereka selalu memperlakukannya seperti anak kecil dan suka sekali menggodanya saat mereka bersama.

"Sampai jumpa." Mikoto mengecup pipi Sasuke lalu keluar dari apartemen dengan anggun mengabaikan permintaan putra bungsunya itu.

"Sial!" Sasuke menendang pintu di belakangnya Sakura tertawa riang.

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang