Dua Puluh Enam

7.4K 562 46
                                    

"kemana saja kau selama ini?" Tayuya menatap sinis pria berambut biru pucat di hadapannya.

Sakon hanya menghela nafas lelah menghadapi sang kekasih. Ia sedang ada di Ame ga kure saat mendengar gadis itu di tangkap polisi dan ia mengambil penerbangan pertama ke Konoha untuk menemui wanita magenta itu.

"Aku minta maaf Tayuya. Aku baru mendengarnya kemarin dari Ayahmu." Ucap Sakon penuh rasa bersalah.

"Kau tahu aku hampir gila di sana. Semua ini gara-gara jalang Pinki sialan itu." Tayuya meremas bantal sofa  melampiaskan amarahnya.

Pria itu sudah mendengar apa yang terjadi dari Orochimaru jika kekasihnya itu menyerang Sakura. Dan Sasuke melaporkannya hingga wanita itu terpaksa bermalam di kantor polisi.

"Tayuya, menikahlah denganku. Dan kita pindah ke Ame." Sakon tidak tahu apakah ini waktu yang tepat atau bukan untuk melamar kekasihnya itu.

Ia sudah memikirkannya dengan matang, perusahaannya sudah benar-benar pailit dan tidak bisa diselamatan. Ia bersyukur sebelumnya telah merintis usaha bersama temannya Kidomaru di Ame sehingga perusahaan itu berjalan cukup baik dengan tambahan modal dari uang tabungannya.

"Menikah?" Tayuya tertawa mengejek. "Aku dengar perusahaanmu bangkrut. Memangnya kau sanggup memenuhi semua kebutuhanku?"

Hatinya terasa nyeri saat mendengar tawa mengejek dari kekasihnya itu. Dan bagai mana wanita itu merendahkannya.

"Kita bisa memulainya bersama, membangun usaha baru." Entah mengapa ia merasa enggan mengatakan pada kekasihnya jika keuangannya baik-baik saja meski perusahaan keluarganya sudah bangkrut.

"Kau ingin mengajakku hidup miskin?" Wanita magenta itu menatap sinis kekasihnya. "Kau pikir aku Sudi?"

"Kita tidak hidup miskin, hanya saja kau tidak akan bisa terlalu sering pergi berbelanja seperti sebelumnya." Ia mencoba meyakinkan kekasihnya itu untuk hidup sederhana dan mengurangi hobinya berbelanja.

"Tidak bisa membeli pakaian, make up dan pergi ke salon itu artinya miskin. Kau itu tolol ya?" Ia menatap angkuh Sakon dan tersenyum menghina. "Jangan pernah temui aku lagi. Aku tidak butuh pria miskin sepertimu."

Senyum tipis terukir di bibir pria itu, benar kata orang sebuah hubungan terkadang diuji oleh uang. Ketika pria memiliki banyak uang ia tidak akan puas dengan satu wanita, dan ketika si pria tidak memiliki uang maka sang wanita akan mencari yang lebih mapan. Sakon menyadari satu hal mungkin Tayuya adalah wanita yang cantik seperti bidadari tapi ia tidak bisa di jadikan seorang istri.

"Baiklah, aku pergi. Semoga kau bahagia." Sakon beranjak dari duduknya.

"Aku akan selalu bahagia selama memiliki uang." Ia tertawa mengejek. "Pastikan kau sudah punya banyak uang jika ingin kembali padaku."

"Kau tahu meski memiliki banyak wanita seorang Raja hanya memiliki satu Ratu." Sakon menjeda ucapannya. "Karena hanya wanita yang layak yang dapat mengenakan mahkota, dia wanita yang di hormati dan bermartabat. Bukan wanita yang menggodanya agar dapat hidup di istana. Apa kau mengerti?"

"Kau menghina ku?" Wanita itu tertawa. "Tentu saja aku akan menjadi Ratu, dan kau. Hanya bisa menatapku dari jauh."

"Dan ketika saat itu datang, aku akan menatap ke arah lain." Pria itu keluar dari rumah Tayuya.

"Kau melupakan ini." Tayuya melemparkan dua buah kartu kredit ke dada Sakon. "Aku tidak butuh kartu tidak berguna milikmu."

Sakon tersenyum kecil dan memunguti kartu-kartu itu, Tayuya tidak tahu jika kedua kartu itu sudah bisa digunakan dan sepertinya ia tidak pernah lagi mencoba menggunakannya semenjak Sakon memblokirnya.

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang