Empat Puluh Empat

746 121 35
                                    

Happy reading^^

.
.
o0o
.
.

Manik gelap Pria tua itu menatap nyalang wanita muda yang tengah menangis tersedu-sedu, kedua tangannya mengepal erat menahan amarah. Pagi ini asistennya memberitahunya jika di keluarga Uchiha tengah menjadi trending topik di berbagai platform sosial media.

Beredar video asusila salah seorang anggota keluarganya tanpa sensor dan wajahnya terlihat jelas di sana.

"Jii san tenanglah." Itachi mencoba menenangkan Kakeknya tapi justru rasa sakit di kepala yang ia rasakan karena kakeknya memukul kepalanya dengan keras.

"Kenapa kau tidak mengawasi adikmu dengan benar Itachi." Pria muda dengan kuncir rendah itu meringis, sepertinya Kakeknya lupa jika dialah yang sangat memanjakan adiknya itu.

"Tuan Madara, saya sudah mengurus semuanya." Seorang pria berambut coklat membungkuk pada Madara. "Saya sudah memastikan tidak ada lagi video yang beredar."

"Hn, Yamato bawa bocah tengik itu kemari. Jika dia menolak, patahkan kakinya dan seret ke hadapanku."

"Baik Tuan." Pria bernama Yamato itu kembali membungkuk sebelum pergi.

"Kau dan Putrimu pulanglah, kita akan bicara lagi nanti." Madara merasa sangat lelah harus mengurus masalah yang ditimbulkan oleh cucunya.

"Baik Ji san, aku harap Sasuke akan mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Putriku." Orochimaru beranjak dari duduknya, "Tayuya kita pulang."

Wanita berambut magenta itu juga ikut beranjak dan keluar dari ruangan bernuansa tradisional itu.

Orochimaru berpapasan dengan Mikoto dan Fugaku di halaman rumah. Pria Uchiha itu menatap datar teman masa kuliahnya itu sementara Mikoto menatap tajam Tayuya yang terlihat pucat dengan wajah sembab.

"Fugaku, aku harap kau mengambil keputusan terbaik." Orochimaru tersenyum sungkan kepada temannya itu.

"Putrimu benar-benar sangat pintar Orochimaru." Mikoto melayangkan tatapan jijik pada Tayuya sebelum ia berjalan masuk di susul oleh Fugaku.

Mikoto dan Fugaku berlutut di lantai tatanami. Kediaman Ayahnya adalah rumah tradisonal bergaya zen. Suara gemericik air dan bambu yang bergerak karena air membuat suasana terasa sejuk dan nyaman. Tapi itu tidak dirasakan oleh keduanya, Ayahnya menguarkan aura kemarahan yang dapat mereka rasakan.

"Tou san... " Ucapan Fugaku terputus saat gelas teh yang dipegang Ayahnya mendarat di dahinya menciptakan goresan yang mengalirkan darah.

Pria itu memejamkan matanya merasakan rasa perih dan sedikit panas di bahunya karena cairan berwarna pekat yang tumpah dari gelas.

Mikoto mencoba menyeka darah di dahi suaminya dengan saputangan miliknya, ia tidak pernah melihat Ayah mertuanya semarah ini pada mereka bahkan saat perusahaan mereka mengalami kerugian.

"Apa mengurus dua bocah tengik saja begitu sulit bagimu sampai dia membuat masalah sebesar ini?" Madara meneriaki Putra sulungnya.

"Tou san ini semua salahku, aku tidak mengawasi Sasuke dengan baik." Mikoto membungkukkan badanya hingga dahinya nyaris menyentuh lantai.

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang