Empat Puluh Lima

710 131 18
                                    

Happy reading^^
.
.
o0o
.
.

menu menatap sendu ponselnya, ia baru saja menerima sebuah video dari seseorang yang tidak ia kenal dan hanya berselang lima menit ia menonton. Video itu telah beredar di berbagai platform sosial media. Sudah hampir enam jam sejak video itu diunggah dan hanya dalam waktu tiga jam video itu telah hilang. Ia tidak menyangka secepat itu keluarga Uchiha menangani video asusila anggota keluarganya.

Sudah berjam-jam sejak video itu menghilang juga. Tapi kekasihnya tidak menghubunginya sama sekali, ia tidak tahu kapan pemuda Uchiha itu bermain api di belakangnya. Kapan kekasihnya itu menemui Tayuya hingga berakhir di ranjang. Apakah saat Sasuke tidak pulang dan ia menemukan bercak merah di lehernya ataukah selama ini dia selalu menemui Tayuya di belakangnya.

Ia pikir perhatian pemuda itu selama ini tulus dan berharap dapat memperbaiki hubungan mereka. Tapi ternyata ia salah, pemuda melakukan semuanya hanya untuk menutupi penghianatannya. Dadanya terasa sesak mengingat bagaimana pemuda itu melakukan banyak hal hanya untuk mendapatkan perhatian dan berada di sisinya.

Gadis merah muda itu langsung meraih ponselnya yang ada di atas meja saat benda itu berdering berharap Sasuke yang meneleponnya. Ia kecewa saat melihat id caller yang muncul di layar ponsel bukanlah yang ia harapkan. Ia meletakkan kembali ponselnya hingga benda itu berhenti bersuara.

Benda itu kembali berdering dengan id caller yang sama Ino Pig. Sakura merebahkan tubuhnya di sofa dan mengabaikan panggilan telepon dari sahabatnya. Ino adalah orang yang paling menentang hubungannya dengan Sasuke dan ia sangat keras kepala tidak mau mendengar nasihat sepupunya. Pada akhirnya ia kembali terluka oleh orang yang sama.

Matanya terasa perih dan mulai berair, ia terisak memeluk dirinya sendiri. Rasa kecewa memenuhi dadanya mengingat semua janji dan kata-kata manis Sasuke akhir-akhir ini. Seharusnya ia menuruti Ino untuk menyerah. Bahkan sampai saat ini orang yang ia cintai belum juga menghubunginya hanya sekedar untuk memberikan penjelasan meski mungkin hanya kebohongan yang akan ia ucapkan.

Manik sehijau batu emerald itu terbuka ia menatap jendela yang terbuka membawa angin musim panas yang menyejukkan. Langit di luar telah menggelap, Sakura tersenyum kecut saat menyadari dirinya menangis hingga tertidur. Tangannya meraih ponsel yang bergetar dan lagi ia melihat nama Ino tertera di layar. Panggilan itu berhenti dan ia mulai mengecek log panggilan serta kotak pesan. Semuanya dari kedua sahabatnya Ino dan Karin. Tidak ada satupun nama Sasuke.

"Hahahaha." Gadis bersurai merah muda itu tertawa, ia merasa sangat lucu karena masih mengharapkan pria muda Uchiha itu.

Mungkin saja saat ini kekasihnya tengah memadu kasih dengan wanita pujaannya semenjak pemuda itu masih remaja. Seharusnya ia sadar sejak awal dirinya tidak memiliki kesempatan untuk menang dari Tayuya. Pada kenyataannya Sasuke hanya mempermainkannya.

Sakura meletakkan ponselnya di di telinganya, ia memutuskan untuk menjawab panggilan sahabatnya.

"Sakura, kenapa kau tidak menjawab teleponku?" Ino bertanya panik diseberang sana.

"Aku baik-baik saja." Sakura berjalan ke arah dapur, sepertinya ia dehidrasi karena tenggorokannya terasa sakit.

"Bahkan aku tahu kau menangis seharian dari suaramu yang serak." Gadis Yamanaka itu melembutkan suaranya.

"Aku hanya butuh waktu untuk sendiri." Sakura memutuskan panggilan sepihak.

Ia meminum segelas air, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia berharap ini semua hanya mimpi namun semuanya terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi.

"Kenapa kau melakukan semua ini padaku Sasuke?" Tidak ada yang menjawab pertanyaannya hanya desau angin yang mendentingkan furin yang tergantung di balkon membuat suara gemerincing.

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang