Delapan Belas

7.8K 581 56
                                    

Tangan kekarnya menuangkan vodka ke gelasnya, ingatannya kembali saat ia menemui gadis merah muda di apartemennya.

Jelaganya terbuka dan mendapati dirinya terbangun di sofa, ia tidak mendapati Sakura di sana. Ada kantung es batu di kakinya, ia tersenyum untuk perhatian kecil mantan kekasihnya itu.

Ia sudah menelepon Obito membawa gadis pirang itu pergi, agar ia memiliki waktu bersama Sakura. Sasuke ingin berbicara dengan Sakura.

"Kau sudah bangun." Sakura meletakan secangkir kopi di hadapan Sasuke. "Pulanglah sebelum Ino kembali." Sakura tidak ingin Ino melihat Sasuke di sini karena ia yakin gadis pirang itu akan marah.

"Dia bersama Obito." Sasuke menyesap kopinya.

"Ku mohon pulanglah."

"Kembalilah padaku." Hatinya terasa sakit mendengar permintaan Sasuke.

Wajah tampan pria itu terlihat muram tidak ada lagi kilat tajam dan dingin dalam jelaga yang dulu begitu memikat hatinya.

"Aku tidak bisa." Sakura tersenyum sendu.

"Kenapa?"

"Karena hatimu bukan untukku. Aku tidak mau menjalani hubungan palsu denganmu."

"Aku tidak bisa jauh darimu."

"Hentikan dan pulanglah. Aku mohon biarkan aku sendiri Sasuke."

Sasuke mengepalkan tangannya menatap wajah sedih Sakura. Ia memilih beranjak dan keluar dari apartemen gadis itu. Ia masih merindukannya tapi ia tidak bisa tetap berada du sana jika Sakura tidak menginginkannya.

Sasuke melemparkan gelasnya membentur dinding hingga pecah dan berserakan di lantai, ia kesal mengapa gadisnya menolak kehadirannya tapi ia terlihat begitu nyaman saat bersama Kakashi. Ia ingin Sakura kembali padanya ia tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan saat ini tapi ia begitu menginginkan gadia merah muda itu berada di sisinya.

Bukankah ia mencintai Tayuya tapi entah mengapa ia begitu tidak rela saat gadis itu pergi darinya. Ia hanya menginginkan Sakura. Bahkan ia terus mengabaikan wanita bersurai magenta itu. Ia sedang tidak ingin bertemu dengan Tayuya dan mendengar rengekan wanita itu.

"Brengsek." Tinjunya mendarat di meja kaca menghancurkan benda persegi itu dan membuat luka di tangannya, ia tidak peduli dengan darah yang mengalir.

Sasuke tengah mabuk berat dua botol vodka bergelinding di lantai. Pria itu merebahkan tubuhnya di sofa membiarkan darah terus menetes dari jari-jarinya yang terluka dan hilang kesadaran.

Ia terbangun dalam keadaan menggigil, kepalanya berdenyut sakit dan ia merasakan nyeri di tangannya. Penglihatannya memburam ia tidak bisa melihat dengan jelas tangannya. Ia ingat semalam memukul meja hingga pecah dan melukai tangannya. Sasuke mencoba bangun tapi tubuhnya terasa lemas dan kepalanya seperti berputar. Tenggorokannya terasa kering dan sakit.

Ia menghela nafas lelah, badanya semakin menggigil ia merasa kedinginan tapi tidak mampu bergerak hanya sekedar untuk berjalan masuk ke kamarnya untuk mendapatkan selimut. Sasuke menggunakan jasnya untuk menutup tubuhnya tapi itu tidak membantu sama sekali ia tetap kedinginan. Tangannya meraih gawai miliknya di saku jas namun benda itu tidak menyala, sepertinya kehabisan daya.

"Sakura." Suaranya sangat serak dan mulutnya terasa sangat kering.

Ia berharap gadis merah muda itu ada di sini sekarang, ia sangat merindukannya.

.
.
o0o
.
.

Sakura berlari dari halte bus menuju ke gedung apartemen milik Sasuke, baru saja security di sana mengabarinya jika ada yang aneh dengan Sasuke dan sudah tiga hari pria itu tidak keluar dari apartemennya untuk bekerja.

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang