Dua Puluh Tujuh

6.6K 574 96
                                    

Sasuke mengikuti Sakura dari belakang, ia membawa troli berisi belanjaan. Gadis merah muda itu tengah sibuk memilih sayuran.

"Apa yang kau cari? Semua sayuran itu sama saja." Sasuke menatap lelah kekasihnya yang tengah membolak-balik sebuah kubis.

"Kau mana mengerti." Sakura meletakan sebuah kubis dan brokoli ke troli. "Yang kau tahu cuma menulis laporan." Beberapa wanita paruh baya yang ada di sana tertawa.

"Pria itu cuma tahu makan tapi tidak tahu cara memilih sayuran." Seorang wanita tertawa nyaring membuat Sasuke kesal.

"Kau benar, yang mereka hanya ingin perut dan di bawah perutnya terpuaskan." Wanita yang tengah memilih timun ikut berbicara.

"Tapi bibi, aku sangat hebat jika membuat Sakura menjerit saat malam hari." Sasuke menyeringai. " Dan dia selalu meminta lebih."

Para wanita itu merona mendengar ucapan Sasuke yang cukup vulgar bagi mereka.

"Masa muda memang penuh gairah." Wanita yang terlihat lebih tua berkata lembut.

"Jadi jangan remehkan aku." Ia mengerling genit pada mereka.

"Mereka akan bersemangat melakukannya setiap hari." Seorang wanita dewasa yang tengah memilih tomat tertawa kecil.

"Terkadang pria suka membanggakan dirinya sendiri." Wanita yang lain menimpali Sasuke.

"Mau bagaimana lagi. Milikku ukurannya memang XL." Sasuke tersenyum bangga. "Dan aku masih sangat muda juga kuat. Benarkan Cherry?"

Seringai angkuh itu terlukis di wajah pria yang tengah menyombongkan dirinya, membuat para wanita paruh baya itu menatap penuh minat pada satu-satunya pria diantara mereka.

"Dasar bodoh." Sakura memukul tangan Sasuke. "Kami permisi bibi."

Sakura menarik tangan Sasuke dan menjauh dari para wanita itu. Gadis itu merasa sangat malu mendengar ucapan vulgar kekasihnya dan para wanita paruh baya itu. Dan apa-apaan pria emo itu, biasanya dia akan mengabaikan orang lain tapi hari ini ia malah menanggapi sekumpulan ibu-ibu.

"Kau cemburu pada bibi-bibi itu?" Sasuke terkekeh.

"Untuk apa aku cemburu. Kau itu bodoh atau apa? Berbicara vulgar seperti itu di depan umum." Sakura menatap tajam kekasihnya.

"Mereka meremehkanku, mana bisa ku diam saja." Pria itu berjalan ke rak sayuran berisi tomat meninggalkan Sakura.

Jadi dia merasa tersinggung dengan ucapan para bibi itu? Sakura menepuk dahinya, Uchiha dengan pride-nya yang terlalu tinggi terkadang menjengkelkan sekali.

"Hari ini Oka-san mengundang kita untuk makan malam bersama." Sasuke memasukan dua kantung tomat ke dalam troli.

"Aku tahu." Sakura tak acuh dan memilih memasukan buah apel ke dalam kantung plastik.

"Apa Ka-san meneleponmu?"

"Izumi nee yang memberitahuku."

"Dan kau tidak memberitahuku?"

"Kau juga sudah tahu."

"Hei Pinki." Sasuke menarik tangan Sakura. Lalu mengecup pipi gadis itu.

"Mama Onii-san itu mencium Onee-chan berambut pink." Seorang anak menunjuk ke arah mereka. "Apa mereka pacaran?"

Sakura panik ia tersenyum canggung pada wanita dewasa dengan seorang anak itu. Mungkin anak laki-laki itu berusia tujuh atau delapan tahun.

"Kami tidak pacaran. Aku dan kakak pink itu suami istri, seperti mama dan papamu." Sasuke menatap bocah laki-laki yang tengah memperhatikan mereka. "Lagipula kau masih terlalu kecil untuk tahu apa itu pacaran."

PlatonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang