Sakura memijit kepalanya yang terasa pusing, sejak kemarin Ino terus mengomeli dirinya tentang menuntut Tayuya karena menganiaya dirinya dan sekarang sahabat merah terus saja mengoceh tentang memberi pelajaran pada Tayuya.
"Jangan biarkan ular betina itu lepas Sakura." Sakura hanya diam dan tetap fokus memasukan puding ke dalam mulutnya dan kedua kakinya ada di dalam kotatsu.
"Kau mendengarkan ku tidak sih?" Karin merebut paksa sendok di tangan Sakura dan menarik piring berisi puding di hadapan gadis merah muda itu ke arahnya.
Sakura mengulurkan tangannya seolah ingin mengambil keduanya namun ia urungkan dan menopang dagunya menatap gadis berkacamata itu.
"Dia putri Orochimaru sensei." Sakura hanya merasa tidak enak pada dosennya itu jika sampai membawa kasus ini ke jalur hukum.
Meskipun ia tahu tindak penganiayaan Hannya mendapatkan hukuman sebentar paling tidak tiga sampai enam bulan hukuman kurungan. Tapi tetap saja ia merasa tidak enak, bagaimanapun juga ia ikut memprovokasi wanita itu hingga dia hilang kontrol.
"Ayolah dia hanya anak dosen kita. Bahkan jika dia anak Presiden sekalipun kita bisa menyeretnya ke penjara dengan bukti yang kau miliki." Karin mengalah dan mengembalikan puding milik Sakura.
"Apa Sasuke tahu hal ini?" Karin menatap Sakura penasaran karena gadis merah muda itu seolah menganggap apa yang ia alami adalah hal sepele.
"Aku mengirim video itu pada Nyonya Mikoto." Sakura menjawab tak acuh. "Kita lihat apa yang akan Sasuke lakukan pada wanita tercintanya."
"Sialan, ternyata kau sama liciknya dengan ular betina itu." Tawa sinis Karin menggema di ruangan itu.
"Dia bilang ingin kembali padaku dan aku akan mempertimbangkannya. Setelah melihat tindakannya." Sakura memasukan suapan terakhir. "Puding ini enak, aku ingin sepotong lagi."
Karin mencebikkan bibirnya. "Tentu saja, ini puding mahal kau tidak akan sanggup membelinya."
"Terimakasih nona yang dermawan, kau sangat baik hati sekali pada gadis jelata nan jelita ini." Sakura berkata dramatis membuat Karin tertawa.
"Aku akan minta Kushina ba-chan mengajariku cara membuat puding karamel seperti ini." Karin mengulurkan piring yang sudah kembali ia isi puding kepada sahabatnya.
"Aku akan memilih membelinya daripada membuatnya. Sangat merepotkan dan butuh waktu lama."
Bel apartemennya berbunyi, Karin beranjak dari duduknya untuk membuka pintu. Mungkin karena kehilangan cukup banyak darah membuat Sakura masih merasa pusing dan wajahnya terlihat pucat.
Manik rubi itu menatap terkejut menatap empat orang yang berdiri di luar. Sejujurnya ia sudah menduga jika dua orang wanita itu akan dtang hanya saja ia tidak menyangka jika mereka datang tidak dengan tangan kosong.
"Hai Karin-chan." Wanita anggun itu menyapanya.
"Apa kabar ba-san." Karin tersenyum sopan ke pada nyonya Uchiha.
"Ah, kau di sini menemani Sakura ya?" Wanita paruh baya itu melewati Karin tanpa dipersilahkan masuk di susul Izumi dan kedua pelayannya.
Mikoto melihat Sakura yang tengah bersandar di sofa dan menonton tivi. Sendok puding masih ada di dalam mulutnya membuatnya terlihat lucu karena sangat kekanakkan.
"Sakura." Mikoto memanggil gadis merah muda itu. Menarik atensinya dari benda persegi yang tengah menayangkan sebuah drama remaja.
Gadis itu menoleh, karena terkejut ia menjatuhkan sendok di mulutnya ke pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Platonis
FanfictionNaruto © Masashi kishimoto (21+) Sakura tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi, ia memilih bertahan meskipun setiap malamnya terasa begitu menyakitkan karena ada pagi yang indah meskipun penuh kepalsuan. "Aku mencintaimu." "Hn." Hatinya perih...